kebijakan kenaikan luas lahan pada kondisi pasar bersaing sempurna akan berdampak positif bagi peningkatan kesejaheraan petani, meskipun nilainya masih
lebih rendah dibandingkan kebijakan kenaikan harga jual susu skenario 5, penurunan suku bunga pinjaman skenario 9 maupun penurunan sharing
produksi skenario 11.
Skenario 12 Kenaikan Pendapatan Petani akibat Program BLT :
Apabila diterapkan kebijakan berupa pemberian BLT Bantuan Langsung Tunai per rumahtangga petani sebesar Rp 300 000 per triwulan sedangkan faktor
lain adalah tetap ceteris paribus maka akan berdampak meningkatkan kesejahteraan rumahtangga petani, namun peningkatannya kurang signifikan.
Bantuan Langsung Tunai meningkatkan semua faktor produksi, produktivitas lahan, penyerapan tenaga kerja maupun pendapatan petani namun
magnitude- nya kecil. Kebijakan program BLT meningkatkan pendapatan
rumahtangga petani sebesar Rp 580 500 1.8 dan total pengeluaran rumahtangga sebesar Rp 214 700 2.0 . Dampak kebijakan ini masih lebih
rendah apabila dibandingkan dengan kebijakan penurunan nilai sharing produksi maupun kenaikan luas lahan garapan.
7.3. Rangkuman Hasil Simulasi
Simulasi perubahan faktor-faktor eksternal terhadap perilaku ekonomi rumahtangga menghasilkan kinerja perilaku ekonomi yang berbeda antara 2
dua model ekonomi rumahtangga masyarakat sekitar hutan PHBM Kopi dan PHBM Rumput-gajah Sapi-perah sebagaimana disajikan pada Tabel 64.
Dari Tabel 64 dapat disajikan rangkuman hasil simulasi perilaku ekonomi rumahtangga sebagai-berikut :
Tabel 64.
Rangkuman Dampak Perubahan Faktor-faktor Eksternal terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani PHBM
No. PERILAKU
EKONOMI S-5 S-7 S-9 S-11
S-12 KP RG-SP KP RG-SP KP RG-SP KP RG-SP KP RG-SP
1 TK keluarga
-1.4 -52.9 -4.5
-50.8 11.6
-43.4 1.6 -44.1 3.3
3.8 2
Produksi 2.0 25.9 -2.8
8.1 42.0
12.9 6.3 9.3
-1.7 0.9
3 Pendapatan RT
10.4 47.6
8.0 12.3
35.8 22.1 4.1
11.2 0.9 1.8
4 Pengeluaran RT
5.3 21.8
1.9 3.1
18.3 9.3 2.1
2.6 0.3 2.0
5 Tabungan RT
8.2 45.5
2.9 14.6
28.1 -64.7 3.2
13.3 0.4 0.6
6 Kredit RT
5.1 10.2 -1.0
6.8 104.4 7.7 1.1
7.0 -1.8 0.2
Keterangan : KP = PHBM Kopi
RG-SP = PHBM Rumput-gajah Sapi-perah
1. Kombinasi kenaikan harga output dengan kenaikan harga-harga input dan kenaikan upah tenaga kerja Skenario 5 masih memberikan dampak yang
positif baik pada PHBM Kopi maupun PHBM Rumput-gajah Sapi-perah. Ini berarti bahwa kenaikan harga output pada proporsi yang sama mampu
mengatasi dampak kenaikan harga-harga input produksi maupun kenaikan upah tenaga kerja. Tetapi dampak positif pada PHBM Rumput-gajah Sapi-
perah jauh lebih signifikan dibandingkan PHBM Kopi, terbukti mampu menaikkan pendapatan rumahtangga petani sebesar 47.6 pada PHBM
Rumput-gajah Sapi-perah yang jauh lebih besar daripada PHBM Kopi yang hanya meningkat sebesar 10.4 . Demikian pula dampak kenaikan
pengeluaran, tabungan dan kredit rumahtangga petani PHBM Rumput-gajah Sapi-perah jauh lebih besar daripada rumahtangga petani PHBM Kopi.
2. Kombinasi penurunan sharing produksi dari 15 total revenue menjadi 10 total revenue
dengan kenaikan harga-harga input produksi dan kenaikan upah tenaga kerja Skenario 7 memberikan dampak yang positif pada PHBM
Kopi, meskipun masih menurunkan penyerapan tenaga kerja keluarga dan
produksi kopi. Demikian pula bagi PHBM Rumput-gajah Sapi-perah kebijakan ini masih berdampak positif, karena rumahtangga petani PHBM
Rumput-gajah Sapi-perah mampu mengimbangi dengan meningkatkan pendapatan di luar usahatani serta penjualan susu-sapinya, sehingga total
pendapatan rumahtangga PHBM Rumput-gajah Sapi-perah menjadi meningkat. Namun secara umum, baik pada PHBM Kopi maupun PHBM
Rumput-gajah Sapi-perah dampak positif penurunan nilai sharing produksi masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan dampak positif kenaikan
harga jual output produksi Skenario 5. 3. Kombinasi penurunan suku bunga pinjaman sebesar 2 basis poin dengan
kenaikan harga-harga input produksi dan kenaikan upah tenaga kerja Skenario 9 berdampak sangat positif baik pada PHBM Kopi maupun PHBM
Rumput-gajah Sapi-perah, tetapi lebih dirasakan pada PHBM Kopi. Pada PHBM Rumput-gajah Sapi-perah, kenaikan pendapatan akibat kebijakan
penurunan suku bunga Skenario 9 masih lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan pendapatan akibat meningkatnya harga jual susu sapi Skenario 5,
tetapi masih lebih baik daripada dampak penurunan sharing produksi Skenario 7. Sebaliknya untuk PHBM Kopi dampak penurunan suku-bunga
Skenario 9 masih lebih baik daripada dampak kenaikan harga jual output kopi Skenario 5 maupun dampak penurunan sharing produksi Skenario 7.
4. Kombinasi kenaikan luas lahan sebesar 10 pada PHBM Kopi dan PHBM Rumput-gajah Sapi-perah dengan kenaikan harga-harga input produksi dan
kenaikan upah tenaga kerja Skenario 11 memberikan dampak positif baik bagi PHBM Kopi maupun bagi PHBM Rumput-gajah Sapi-perah. Pada
PHBM Rumput-gajah Sapi-perah dampak kenaikan luas lahan masih lebih baik daripada PHBM Kopi. Hal ini dapat dipahami, karena kenaikan sedikit
saja luas lahan garapan rumput-gajah akan memberikan dampak kenaikan produksi rumahtangga PHBM Rumput-gajah Sapi-perah yang lebih tinggi
dibandingkan dengan PHBM Kopi, mengingat produktivitas rumput-gajah jauh lebih tinggi daripada produktivitas kopi. Namun demikian, pada PHBM
Kopi dampak kenaikan luas lahan garapan Skenario 11 masih jauh lebih rendah daripada dampak penurunan suku-bunga Skenario 9, dampak
kenaikan harga-jual kopi Skenario 5, maupun dampak penurunan sharing produksi Skenario 7. Sedangkan pada PHBM Rumput-gajah Sapi-perah,
dampak kenaikan luas lahan Skenario 11 lebih rendah daripada dampak kenaikan harga jual output Skenario 5, dampak penurunan suku-bunga
Skenario 9, maupun dampak penurunan sharing produksi Skenario 7. 5. Kenaikan pendapatan karena program BLT Skenario 12 memberikan
dampak yang positif baik terhadap PHBM Kopi maupun PHBM Rumput- gajah Sapi-perah, namun nilainya kurang signifikan apabila dibandingkan
dengan kenaikan harga output atau pun penurunan suku bunga pinjaman dan penurunan sharing produksi.
Dari hasil simulasi perubahan faktor-faktor eksternal terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani, dapat ditarik hal-hal penting sebagai berikut :
1. Pada PHBM Kopi, kebijakan penurunan suku-bunga 2 basis poin Skenario 9 secara berturut-turut memberikan dampak yang lebih baik daripada
kebijakan kenaikan harga-jual kopi Skenario 5, kebijakan penurunan nilai sharing
produksi Skenario 7, kebijakan kenaikan luas lahan Skenario 11,
maupun pemberian BLT Skenario 12. Dengan perkataan lain, bagi PHBM Kopi kebijakan terbaik yang dapat diambil adalah penurunan suku-bunga 2
basis poin Skenario 9 karena memberikan dampak meningkatnya pendapatan, pengeluaran, tabungan maupun kredit rumahtangga yang terbaik
dibandingkan dengan kebijakan lainnya Skenario 5, 7, 11 maupun 12. 2. Pada PHBM Rumput-gajah Sapi-perah, kebijakan kenaikan harga jual
output Skenario 5 secara berturut-turut memberikan dampak yang lebih baik
daripada kebijakan penurunan suku-bunga sebesar 2 basis poin Skenario 9, kebijakan penurunan nilai sharing produksi Skenario 7, kebijakan kenaikan
luas lahan Skenario 11, maupun pemberian BLT Skenario 12. Dengan perkataan lain, bagi PHBM Rumput-gajah Sapi-perah kebijakan terbaik
yang dapat diambil adalah kebijakan peningkatan harga jual output Skenario 5 karena memberikan dampak meningkatnya pendapatan, pengeluaran,
tabungan maupun kredit rumahtangga yang terbaik dibandingkan dengan kebijakan lainnya Skenario 9, 7, 11 maupun 12.
3. Fenomena di atas butir 1 dan 2 dapat dipahami karena PHBM Kopi masih dalam taraf investasi sehingga masih memerlukan kredit modal kerja bagi
pengembangan usahanya, sehingga kebijakan penurunan suku-bunga Skenario 9 layak menjadi kebijakan terbaik yang perlu diambil. Sedangkan
PHBM Rumput-gajah Sapi-perah sudah berada pada taraf pemanenan hasil sehingga memerlukan fasilitasi untuk mampu meningkatkan harga jual susu-
sapinya. Karena itu kebijakan kenaikan harga-jual output susu-sapi sebagaimana dilakukan seperti Skenario 5 layak menjadi kebijakan terbaik
yang perlu diambil.
VIII. ANALISIS ASPEK KELEMBAGAAN KEMITRAAN PETANI- PERHUTANI DALAM PROGRAM PHBM