Bintuhan. Komposisi pegawai di TNBBS berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 102 orang pria dan 12 orang wanita.
Seluruh pegawai yang bekerja di Seksi II Bengkunat Rayon Pemerihan dan Way Haru adalah lak-laki. Tenaga yang berada di lapangan khususnya di Pemerihan
sebanyak 8 orang pria yang terdiri dari Kepala Rayon dan stafnya, Pengendali Ekosistem Hutan PEH dibantu dengan Masyarakat Mitra Polhut MMP.
Tingkat pendidikan pegawai TNBBS masih didominasi tamatan SMA 64. Tidak ada pegawain yang bergelar Doktor, sedangkan yang bergelar Master hanya 6 .
Sisanya, tenaga yang berpendidikan sarjana 18, diploma 9, SMP 2 dan ternyata masih ada pegawai yang berpendidikan hanya SD 1.
3. Wisatawan
Adapun karakteristik wisatawan yang berkunjung ke TNBBS pada umumnya didominasioleh wisatawan domestik. Jumlah wisatawan domestik pada tahun 2013
sebanyak 1 735 orang dan mancanegara sebanyak 198 orang. Perbandingan jumlah wisatawan asing dan domestik rata-rata 1:7. Laju pertambahan kunjungan domestik
rata-rata 159 orang pertahun dan asing 19 orang per tahun. Pola kunjungan wisatawan cenderung dinamis namun sejak 3 tahun terakhir,
dimana jumlah kunjungan wisatawan domestik meningkat tajam. Sebaliknya, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara cenderung turun perlahan.
Wisatawan yang datang ke Resort Pemerihan berumur rata-rata 32 tahun dengan latar belakang pendidikan sarjana 60, diploma sebanyak 13 , SMA 17 dan SMP
10. Pekerjaan mereka wiraswasta 47, karyawan 30 dan mahasiswa 23. Pengunjung sebagian besar adalah wisatawan domestik 67 dan mancanegara 37.
Mereka berkunjung melalui wadah organisasi 53, bersama teman 44, sendiri 3 dan tidak ada yang bersama keluarga.
Mereka pada umumnya baru pertama kali berkunjung 50 dan tidak menginap. Komposisi penghasilan mereka bervariasi dengan proporsi terbesar 43 di
atas Rp 4 juta. Sedangkan wisatawan yang berpenghasilan Rp 100 000.00 - Rp 1 juta
sebanyak 25. Selama di lokasi wisata, mereka sama sekali tidak belanja. Kondisi ini karena tidak ada produk yang dijual, baik oleh masyarakat maupun pengelola.
Persepsi Stakeholder Terhadap Ekowisata Gajah
1. Persepsi Stakeholder atas Gajah
Data persepsi stakeholder terhadap gajah memperlihatkan bahwa masyarakat Way Haru menunjukkan skor kumulatif yang negatif sedangkan ke 4 stakeholder
lainnya bernilai positif. Selisih skor kumulatif persepsi positif-negatif Way Haru menunjukkan angka -53 sedangkan stakeholder lainnya bernilai positif; Masyarakat
Pemerihan skor 551, Sumberejo skor 591, pengelola skor 662 dan Wisatawan skor 756.
Masyarakat Way Haru berpersepsi agak tidak setuju jika gajah termasuk satwa yang dilindungi dan langka. Mereka menceritakan bahwa populasi gajah sering masuk
ke kebun ataupun lahan pertanian; dua bulan sekali sepanjang tahun. Mereka juga menyatakan bahwa kelompok besar gajah diperkirakan lebih dari 15 ekor sering
mengganggu tanaman padi dan coklat mereka; sehingga gajah dipersepsikan sebagai hama tanaman. Menurut Muchapondwa et al. 1998:67, masyarakat di Zimbabwe juga
kurang mendukung atas perlindungan gajah. Hal ini disebabkan karena gajah selalu merusak tanaman mereka. Ebua et al. 2011:631 juga melaporkan bahwa 74
masyarakat di sekitar Bakassi Kamerun menyatakan bahwa konservasi satwa liar; termasuk gajah, tidak memberikan keuntungan bagi mereka.
Wisatawan dan pengelola memberikan pernyataan agak setuju sampai dengan setuju atas pernyataan bahwa gajah sebagai satwa karismatik, penyebar biji, pemberi
sinyal bencana dan pembuka jalan di hutan. Namun kelompok Masyarakat Way Haru memberikan jawaban agak tidak setuju sampai biasa saja terhadap pernyataan tersebut.
Bahkan, mereka menganggap gajah sebagai satwa yang menakutkan, mengganggu dan menjadi musuh manusia.
Seorang warga Way Haru menceritakan bahwa pada tahun 2003 ada sepasang suami istri yang terbunuh oleh gajah liar.Kejadian lain pada tahun 2013, rombongan
gajah memakan tanaman padi yang akan di panen seluas 1 ha. Serangkaian pengalaman yang dirasakan oleh Masyarakat Way Haru tersebut pada akhirnya membentuk persepsi