Pakan Gajah Pengembangan Ekowisata Gajah di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Provinsi Lampung

musiman, perjalanan untuk melakukan perkawinan maupun rute-rute pergerakannya. Menurut Osborn 2004:38, batas luar home range mungkin berganti dan bervariasi. Bagaimanapun juga secara umum dipercaya bahwa memberikan batasan home range dapat digunakan untuk berbagai alasan jika tujuannya didefinisikan dengan jelas dan secara teknis dapat digunakan. Goodenough et al. 2010:415 menyatakan bahwa bagian area di dalam home range seringkali digunakan secara intensif oleh satwa, area ini disebut sebagai core area. Pada beberapa kasus, sering kali di core area ini terdapat sarang satwa atau merupakan sumber pakan dan air. Satwa mempunyai home range dan core area yang saling berbagi diantara sesesama individu sejenis. Sedangkan area yang dipertahankan terhadap ancaman satwa lain disebut sebagai territory. Row and Blouin-Demers 2006: 797 menyatakan para peneliti melakukan pengukuran home range satwa dengan berbagai metode. Salah satu yang paling sering digunakan dalam pengukuran home range adalah metode minimum convex polygon MCP, yang merupakan peluang terkecil polygon konveks yang mencakup semua lokasi yang dikenal oleh individu. Metode ini secara luas digunakan karena konsepnya sederhana. Meskipun demikian MCP hanya menyediakan garis batas luar secara kasar dari jangakauan home range individu. Walapun hasil dari MCP sering mencakup daerah yang luas namun tidak digunakan oleh satwa dan mengabaikan pola seleksi di dalam home range. Untuk menguji seleksi habitat di dalam home range perlu digunakan metode yang mengkuantifikasi intensitas penggunaan habitat. Row and Blouin- Demers 2006:797 menyatakan bahwa Kernel home-renge estimators adalah metode yang paling luas digunakan karena yang paling konsisten dan akurat. Kernel estimator adalah metode non parametrik yang menghasilkan distribusi dalam memperkirakan kemungkinan menemukan satwa pada lokasi tertentu dalam home range. Kelemahannya juga masih sama seperti MCP, yaitu mencakup area yang tidak pernah digunakan oleh satwa liar. Sebagai bahan perbandingan hasil pengukuran home range dengan metode MCP dan metode Kernel dapat dilhat pada Tabel 2.2. Luas home range dengan metode Kernel dapat menggambarkan intensif penggunaan habitat gajah. Sehingga dapat diketahui area mana yang menjadi inti dalam pergerakan dan aktivitasnya. Metode kernel menggambarkan efisiensi penggunaan habitat dibandingkan MCP, yang dapat dipakai untuk menajemen habitat dengan tujuan tertentu. Tabel 2.2. Ukuran home range dengan alat radio ‐tracked di Selous‐Niassa Wildlife Corridor, dihitung dengan menggunakan metode minimum convex polygon, kernel dan Jennrich ‐Turner methods Elephant Identification Total home range by various estimation methods size in km 2 MCP Kernel Home range Jennrich ‐Turner 100 95 75 50 95 ellipse Sasawala ‐A 2369.4 1485.3 390.3 81.5 2495.9 Mbarangandu ‐B 328.0 238.5 99.6 35.6 309.9 Nampungu ‐C 1493.8 1098.0 277.3 106.3 1889.9 Mbarangandu ‐D 548.8 201.1 54.5 20.8 316.6 Likuyu ‐F ∗ 576.3 1197.6 591.1 290.2 1192.8 Mkasha ‐G 4420.8 2449.4 750.0 165.3 3985.1 Ndalala ‐H 4610.1 4057.0 1427.2 698.6 5610.1 Sasawala ‐I 3134.9 1553.2 333.3 79.6 3773.3 Msanjesi ‐J 6905.1 2663.2 419.4 180.7 7728.8 Means ± SE 2709.5±753 1660.4±410 482.5±138 184.3±70 3033.6±833 Pengukuran home range telah dilakukan oleh Mpanduji dan Ngomello, 2007:1 yang hasilnya adalah home range gajah di Afrika seluas 328 – 6 905 km 2 . Ukuran home range tersebut mereka kelompokkan menjadi 3 katagori yaitu home range kecil 328 - 576 km 2 , n=3, sedang 1 494 – 3 135 km 2 , n=3 dan besar 4 421 –6 905 km 2 , n=3. Home range ini menjadi dasar acuan dalam membuat perlindungan habitat dan koridor gajah di kawasan perlindungan antara Tanzania dan Mozambique. Osborn 2004: 42 menjelaskan bahwa tampaknya perbedaan home range dipengaruhi oleh besarnya curah hujan Tabel 2.3. Ukuran home range berbanding terbalik dengan curah hujan. Apabila curah hujan rendah makan ukuran home range lebih luas dan sebaliknya. Namun penelitian di Zimbabwe menujukkan bahwa walaupun curah hujan mendekati nilai yang sama, tetapi terjadi perbedaan home range gajah di kawasan lindung dan area milik masyarakat. Kondisi perbedaan ini ternyata dipengaruhi oleh peran manusia. Selama melakukan perjalanannya yang membentuk home range, gajah melakukan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan habitatnya. Sitompul 2008:13 melaporkan hasil penelitiannya bahwa selama 4.496 jam observasi terhadap 14 gajah diketahui bahwa hampir sepanjang aktivitas hariannya melakukan aktivitas makan 82.2 ± 5.0, kemudian berjalan 9.5 ± 4.0 , istirahat 6.6 ± 2.1 dan minum 1.7 ± 0.6. Gajah jantan cenderung lebih sering melakukan aktivitas makan dan minum dibanding betina namun sedikit melakukan pergerakan. Kemudian didalam melakukan aktivitasnya gajah-gajah ini menggunakan habitatnya berdasarkan kondisi yang berbeda. Kondisi habitat gajah dalam melakukan aktivitasnya disajikan pada Gambar 2.2. Tabel 2.3. Ukuran home range gajah pada berbagai curah hujan Osborn, 2004 Lokasi Ukuran km 2 Jml gajah Curah hujan tahunan mm Sumber Gajah betina TN Tsavo East 2380 8 300 Leuthold, 1977 Namibia 5800-8700 7 315 Lindeque and Lindeque, 1991 TN Amboseli 2756 6 350 Western and Lindsay, 1984 Laikipia 600-800 14 400 Thouless, 1996 Laikipia 450-500 4 750 Thouless, 1996 TN Kruger 129-1255 21 550 Whyte, 1993 TN Tsavo West 408 2 550 Leuthold, 1977 Transvaal 115-465 11 600 De Villiers and Kok, 1997 TN Hwange 1038-2544 11 632 Conybeare, 1991 TN Waza 2848-3066 2 700 Tchamba et al. 1995 Zambezi valley 156 11 800 Dunham, 1986 TN Queen Elizabeth 363 6 900 Abe, 1994 TN Lake Manyara 10-57 2 1000 Douglas-Hamilton, 1972 India Selatan 105-115 2 900 Sukumar, 1989 Gajah jantan TN Tsavo East 1035-1209 2 300 Leuthold and Sale, 1973 TN Tsavo West 294-337 2 550 Leuthold and Sale, 1973 Transvaal 157-342 21 600 De Villiers and Kok, 1997 TN Hwange 1300-2981 7 632 Conybeare, 1991 Sengwa 322 9 668 Osborn, 1998 TN Queen Elizabeth 500 6 900 Abe, 1994 India Selatan 170-320 2 900 Sukumar, 1989 Malaysia 32-60 4 2500 Olivier, 1978