Perlindungan Gajah Pengembangan Ekowisata Gajah di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Provinsi Lampung
Beberapa hasil penelitian daya dukung gajah menunjukkan nilai yang berbeda-beda. Sukumar 2003; di dalam Fernando, 2011:152 menyatakan bahwa
kombinasi padang rumput savana dan pepohonan dapat mendukung gajah sebanyak 3
–5 ekorkm
2
, sedangkan di hutan hujan tropika hanya 0.2 ekorkm
2
. . Syarifuddin 2008:178 melaporkan daya dukung kawasan hutan produksi,
Propinsi Bengkulu, berdasarkan ketersediaan pakan pada musim hujan sebanyak 0.88 km2ekor dan musim kemarau 3.69 km2ekor. Penelitian daya dukung ini
tidak membedakan lokasi antara hutan sekunder dan primer. Abdullah et al. 2009:36 menjelaskan estimasi daya dukung habitat gajah
di Taman Nasional Tessonilo berdasarkan ketersediaan pakan pada bulan basah di Hutan Tessonilo menghasilkan kisaran daya dukung habitat di hutan sekunder
berkisar antara 0.90 ± 0.06 dan 0.96 ± 0.12 indkm2 lebih tinggi dari hutan primer berkisar antara 0.20 ± 0.02 dan 0.20 ± 0.02 indkm2. Estimasi daya
dukung pakan pada bulan kering juga menunjukkan kisaran daya dukung pakan di hutan sekunder berkisar antara 0.55 ± 0.07 dan 0.59 ± 0.08 indkm2 yang lebih
tinggi dari hutan primer berkisar antara 0.09 ± 0.01 dan 0.11 ± 0.02 indkm2. Hal ini terutama karena ketersediaan pakan berupa herba dan perdu yang lebih
disukai gajah tersedia di hutan sekunder. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa daya dukung habitat
bergantung pada kondisi lokasi dan waktu. Hutan sekunder mempunyai nilai daya dukung lebih tinggi dari hutan primer. Daya dukung hutan saat bulan basah lebih
tinggi dari pada bulan kering.