Persepsi Stakeholder atas Gajah

Haru selalu menunjukkan ketidakselarasan. Perbedaan persepsi ini berhubungan dengan kurangnya kepedulian pihak luar untuk membantu dan membina mereka dalam mengatasi gangguan gajah sehingga persepsi terhadap ekowisata gajah pun menjadi rendah.

3. Persepsi S takeholder atas Dampak Ekowisata Gajah pada Habitat.

Persepsi stakeholder atas dampak ekowisata gajah pada habitat sangat penting dipahami untuk mengetahui seberapa jauh tingkat kekhawatiran mereka pada kelestarian fungsi habitat. Persepsi stakeholder atas dampak ekowisata gajah pada habitat menunjukkan bahwa 4 kelompok stakeholder mempunyai nilai positif; Masyarakat Pekon Pemerihan memiliki skor persepsi 472, Sumberejo 474, Pengelola 550 dan Wisatawan 715, sedangkan persepsi masyarakat Way Haru mempunyai nilai negatif -101. Persepsi Masyarakat Pemerihan, Sumberejo, Pengelola dan Wisatawan cenderung positif atas dampak ekowisata gajah pada habitat. Mereka yakin bahwa kegiatan ekowisata gajah akan mampu menyebabkan semakin berhutannya habitat, fungsinya semakin baik serta aman dari gangguan penebangan hutan. Bahkan, Masyarakat Sumberejo berharap kegiatan ekowisata akan mampu mencegah terjadinya kembali perambahan hutan seperti pada saat periode reformasi 1996-1997; dimana saat itu kerusakan hutan pernah terjadi akibat penebangan liar yang dilakukan oleh oknum masyarakat luar desa. Mereka menyatakan jika pengembangan ekowisata gajah dapat melibatkan masyarakat setempat, maka mereka akan menjaga hutan dari penebangan liar. Berkaitan dengan dampak ekowisata terhadap habitat, Kuvan 2005:263 menyatakan secara umum aktivitas wisata bersifat konsumtif terhadap sumberdaya alam dan menghasilkan limbah yang dapat merusak lingkungan. Menurut Cole 2004 di dalam Buckley, 2004:41, dampak wisata pada habitat dapat terjadi melalui berbagai cara, diantaranya pembangunan infrastruktur dan akomodasi untuk mendukung wisatawan. Pembangunan jalan setapak dan area camping di destinasi atau di habitat satwa liar merupakan hal umum dan berdampak negatif pada tanah dan vegetasi. Tanah akan kehilangan horizon organik dan semakin padat yang berdampak pada berkurangnya kemampuan reproduksi vegetasi dan perkecambahan. Adapun tentang persepsi negatif dampak ekowisata pada habitat, Masyarakat Pemerihan menyatakan bahwa hutan akan semakin terbelah-belah fragmentasi sehingga tempat istirahat gajah menjadi menyusut, begitupula yang disampaikan masyarakat Sumberejo dan Way Haru yang menilai area jelajah gajah menjadi semakin menyusut. Pendapat ini disampaikan karena ekowisata dianggap ramai pengunjung yang dapat mempengaruhi pola pergerakan gajah dan habitatnya. Hasil uji Chi square terhadap persepsi positif atas dampak ekowisata gajah pada habitat menunjukan bahwa hanya 4 dari 10 pasangan stakeholder 40 tidak berbeda nyata atau selaras juga tampak pada Gambar 5.14. Namun demikian, persepsi Masyarakat Way Haru kembali memberikan hasil yang tidak selaras. Hasil uji chi-square terhadap persepsi negatif menunjukkan semua pasangan stakeholder signifikan tidak berbeda nyata atau selaras juga dapat dilihat pada Gambar 5.14c dan 5.14d . Kondisi ini menggambarkan semua stakeholder memberikan persepsi yang relatif sama atas dampak ekowisata gajah pada habitat. Mereka sepakat bahwa dampak negatif ekowisata gajah pada habitat cenderung minimal dan mereka tidak khawatir akan terjadi penurunan fungsi habitat. Menurut Gatewood dan Cameron 2009:21 dampak positif wisata terhadap lingkungan adalah konservasi lingkungan menjadi lebih baik, serta juga akan menyebabkan membaiknya proses perlindungan terhadap tapak sejarah dan bangunan tua, serta akan meningkatkan rasa memiliki sumberdaya alam. Disisi lain, disebutkan dampak negatif wisata adalah meningkatnya arus lalu lintas, kebisingan, sampah dan polusi.