Pengembangan Produk Ekowisata Gajah

VI SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil studi ini menunjukan bahwa aktivitas ekowisata gajah di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, yang selama ini hanya terkonsentrasi di Camp Elephant Patrol CEP seluas 475 Ha, sangat berpotensi untuk dioptimalkan menjadi beragam kegiatan ekowisata gajah yang mencakup area seluas 15 301.20 Ha dari home range kelompok gajah di Resort Pemerihan-Way Haru. Peningkatan ragam aktivitas ekowisata gajah tersebut bukan hanya akan sangat berpotensi untuk meningkatkan manfaat ekonomi dan memberdayakan masyarakat di sekitar TNBBS, melainkan juga akan mampu menciptakan berbagai manfaat berganda dari aktivitas ekowisata gajah. Home range gajah dengan karakteristik ekosistemnya mulai dari hutan primer 6 611.51 Ha, hutan sekunder 3 666.43 Ha, semak 293.53 Ha, kebun 3 009.32 Ha, pantai 636.45 Ha, sungai 190.53 Ha dan pedesaan 111.37 Ha dapat dikembangkan menjadi sumberdaya ekowisata gajah unggulan. Karakteristik vegetasi yang telah dianalisis menunjukkan bahwa hutan primer memiliki keanekaragaman spesies yang tertinggi pada fase pohon H’= 4.3 dibandingkan dengan hutan sekunder H’=3.5, semak H’=2.8 dan kebun H’=2.0. Selain di hutan primer wisatawan setidaknya akan dapat melihat 112 jenis pohon dominan, maka di kebun, pengetahuan wisatawan juga akan diperkaya dengan 22 jenis pohon dominan lainnya. Demikian pula dengan kayanya atraksi dan kegiatan di area home range berupa lahan pertanian, pantai dan laut. Rangkaian spektrum aktivitas ekowisata gajah tersebut tidak hanya akan meningkatkan tingkat kepuasan mereka melainkan juga akan mampu mendorong mereka untuk kembali lagi guna menikmati obyek wisata yang belum terjangkau pada satu kali kunjungan. Pola pergerakan gajah yang lebih intensif di hutan sekunder pada siang hari 46.2 dan di kebun 50.4 pada malam hari dapat menjadi pedoman pengunjung dalam melakukan aktivitas menjumpai gajah liar di lapangan. Jarak tempuh gajah pada siang hari sejauh 153 m per jam dan malam hari 118 m per jam serta feses yang ditinggalkan dapat menjadi petunjuk wisatawan untuk menelusuri jejak keberadaan gajah liar. Disisi lain keberlanjutan ekowisata gajah tidak hanya didasarkan pada potensi sumberdaya wisata alam yang menarik tetapi juga berkaitan dengan kondisi kesiapan masyarakat di sekitar TNBB. Berdasarkan 100 set uji pasangan kombinasi stakeholder diketahui bahwa keselarasan persepsi stakeholder hanya sebesar 60; dimana keselarasan persepsi positif stakeholder hanya mencapai angka 56 sedangkan keselarasan persepsi negatifnya hanya sebesar 64. Kondisi masih tingginya perbedaan pendapat diantara stakeholder ini akan menjadi kendala dalam pengembangan ekowisata gajah di TNBBS. Persepsi negatif Masyarakat Way Haru selalu lebih tinggi dibanding stakeholder lainnya Masyarakat Pemerihan, Sumberejo, pengelola dan wisatawan dan ini terjadi pada semua aspek; aspek gajah, ekowisata gajah, dampak pada habitat, ekonomi, dan sosial budaya. Informasi ini menjadi penting sebagai pedoman dalam membuat prioritas kegiatan pembinaan pada masyarakat di sekitar TNBBS. Ketidakselarasan preferensi sebesar 86,7 terjadi pada semua kelompok atas aspek pengelolaan gajah liar dan lahan garapan baik di dalam maupun di luar taman nasional. Masyarakat memberikan alternatif dalam pengelolaan gajah liar yaitu diusir atau dijadikan obyek wisata, sedangkan Pengelola dan Wisatawan memilih memberikan skor tinggi terhadap gajah liar yang keluar dari kawasan hutan agar dilaporkan pada petugas. Keselarasan persepsi, motivasi dan preferensi internal pada tiap kelompok menunjukkan bahwa masyarakat lebih selaras dibandingkan kelompok wisatawan ataupun pengelola dalam konteks pengembangan ekowisata. Sejalan dengan perilaku gajah yang selalu mendatangi area pertanian dan kebun masyarakat secara reguler sepanjang tahun, maka bagi masyarakat lokal pengusiran kembali ke dalam hutan bukanlah solusi terbaik; bagi mereka gagasan untuk mengembangkan kegiatan ekowisata gajah liar di area perkampungan adalah dipercaya akan mampu mengeliminir dampak negatif dari serangan gajah ke perkampungan penduduk. Kehadiran wisatawan gajah liar di perkampungan mereka bukan saja mereka percaya akan mendatangkan manfaat ekonomi,