Kekayaan Spesies Pengembangan Ekowisata Gajah di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Provinsi Lampung

Nilai keanekaragaman spesies di kebun lebih rendah dibandingkan tipe ekosistem lainnya pada berbagai fase pertumbuhan. Pada fase tiang dan pancang di kebun nilai H’ = 1.5 rendah. Spesies-spesies di kebun dikontrol oleh manusia. Pemilihan spesies dan pembersihan tumbuhan yang dianggap gulma oleh manusia menjadi penyebab rendahnya nilai keanekaragaman spesies di kebun.

5. Kemerataan Spesies

Selanjutnya, nilai kemerataan di hutan primer menunjukkan nilai yang tertinggi pada fase pohon E ’=0.92 dibandingkan dengan hutan sekunder E’=0.80, semak E’=0.89 dan kebun E ’=0.64. Sebagai perbandingan data di hutan lainnya, Zahrah 2002:47 melaporkan di hutan Besitang Aceh nilai kemerataan di hutan primer, sekunder dan semak masing-masing E ’=0.9. Kondisi ini menggambarkan meratanya distribusi jumlah individu setiap spesies di dalam hutan. Sebaliknya, dikebun nilai kemerataan spesies lebih kecil pada semua fase pertumbuhan dibandingkan tipe hutan primer, sekunder dan semak. Data ini menunjukkan bahwa ada dominasi jumlah pada spesies tertentu dan sekali lagi hal ini erat kaitannya dengan adanya preferensi pohon bagi masyarakat setempat. Data kemerataan spesies E’ selengkapnya disajikan pada Gambar 5.7. Gambar 5.7. Kemerataan spesies E tiap fase pertumbuhan di hutan primer, hutan sekunder, semak dan kebun di dalam home range gajah, di TNBBS

6. Pakan gajah

Tingginya jumlah spesies pakan di hutan primer dibandingkan dengan tipe ekosistem lainnya pada berbagai fase pertumbuhan, menjadi indikator pentingnya hutan sebagai sumber pakan gajah. Menurut DeWalt et al. 2003:139 di Panama perubahan struktur dan komposisi spesies di hutan tropis pada tipe ekosistem yang berbeda mempunyai pengaruh penting terhadap satwa liar. Pengaruh tersebut terutama pada ketersediaan jumlah pakan satwa. Jumlah spesies pepohonan yang menjadi pakan gajah di dalam home range gajah di wilayah studi tercatat 77 spesies; yang masuk ke dalam 30 famili. Famili Annonaceae mempunyai jumlah jenis pakan paling tinggi 14 jenis 18.18 dari total jenis, diikuti dengan Moraceae 8 jenis 10.39, Euphorbiaceae sebanyak 7 jenis 9.09. Jumlah spesies pakan berdasarkan fase pertumbuhan tercatat pada fase pohon di hutan primer sebanyak 28 spesies, kemudian 17 spesies di hutan sekunder, 6 spesies di semak dan 9 spesies di kebun Gambar 5.8. Gambar 5.8. Kekayaan spesies pakan di hutan primer, hutan sekunder, semak dan kebun di dalam home range gajah, di TNBBS Adapun diantara 10 spesies dominan pada fase pohon di hutan primer yang tergolong menjadi pakan gajah adalah Saccopetalum horsfieldii, Dipterocarpus kunstleri dan Eugenia sp., Sedangkan di hutan sekunder adalah Glochidion arborescens, Cananga odorata dan Bridelia monoica, dan di semak meliputi Cananga odorata, Dipterocarpus kunstleri, Crotton argyratus. Adapun di kebun adalah Erythrina letosperma, Michelia champaca dan Ceiba pentandra Tabel 5.4. Tabel 5.4. Sepuluh spesies dominan pakan gajah di hutan primer, hutan sekunder, semak dan kebun di dalam home range gajah, TNBBS. Fase Hutan Primer Hutan Sekunder Semak Kebun Pohon Saccopetalum horsfieldii Dipterocarpus kunstleri Eugenia sp Archidendron bubalinum Dracontomelon dao Pterospermum javanicum Glochidion arborescens Planchonia valida Polyalthia grandiflora Cananga odorata Glochidion arborescens Cananga odorata Bridelia monoica Dillenia excelsa Diospyros macrophylla Archidendron bubalinum Platymitra siamensis Ficus sp. Croton argyratus Ficus hispida Cananga odorata Dipterocarpus kunstleri Crotton argyratus Pterospermum javanicum Glochidion arborescens Diospyros macrophylla Erythrina letosperma Michelia champaca Ceiba pentandra Durio zibetinus Terminalia citrina Paraserianthes falcataria Cananga odorata Arthocarpus integra Tiang Polyalthia grandiflora Croton argyratus Archidendron bubalinum Eugenia sp Litsea umbellate Stelechocarpus burahol Diospyros korthalsiana Diospyros macrophylla Diospyros daemona Drypetes sp Bridelia monoica Croton argyratus Glochidion arborescens Cananga odorata Ficus hispida Lagerstroemia ovalifolia Leea indica Pterospermum javanicum Eugenia clavimyrtus Adina polycephala Cananga odorata Crotton argyratus Ficus hispida Pterospermum javanicum Mallotus sp Dracontomelon dao Teobroma cacao Glochidion arborescens Bridelia monoica Michelia champaca Erythrina letosperma Teobroma cacao Michelia champaca Durio zibetinus Alstonia scholaris Tectona grandis Havea braziliensis Tectona grandis Shorea javanica Pancang Popowia bancana Pseuduvaria reticulata Saccopetalum horsfieldii Drypetes laevis Polyalthia grandiflora Drypetes longifolia Eugenia clavimyrtus Drypetes mucronata Drypetes mucronata Litsea umbellata Leea indica Croton argyratus Glochidion arborescens Pterospermum javanicum Eugenia sp Diospyros macrophylla Drypetes laevis Saccopetalum horsfieldii Cananga odorata Pterospermum diversifolium Leea indica Bridelia monoica Glochidion arborescens Crotton argyratus Pterospermum javanicum Breynia microphylla Teobroma cacao Ficus hispida Eugenia sp. Popowia bancana Teobroma cacao Havea braziliensis Durio zibetinus Semai Popowia bancana Saccopetalum horsfieldi Leea indica Croton argyratus Pseuduvaria reticulate Eugenia sp Polyalthia lateriflora Eugenia clavimyrtus Archidendron bubalinum Dilenia excelsa Leea indica Croton argyratus Bridelia monoica Archidendron bubalinum Pterospermum javanicum Saccopetalum horsfieldii Planchonia valida Eugenia sp. Diospyros macrophylla Ficus sp. Alstonia scholaris Bridelia monoica Cananga odorata Crotton argyratus Diospyros macrophylla Drypetes sp Eugenia sp. Ficus hispida Leea indica Polyalthia grandiflora Ceiba pentandra Cananga odorata Pterospermum diversifolium Bridelia monoica Ficus hispida Pterospermum javanicum Saccopetalum horsfieldii