Konflik Gajah dan Manusia

diperhatikan bahwa taman nasional adalah salah satu elemen dalam sistem kawasan lindung dan lahan publik. Akses rekreasi untuk taman nasional dipandang dalam perspektif regional, dengan mempertimbangkan peluang akses komplementer yang tersedia di lahan publik sebaik lahan pribadi. Perencanaan akses masyarakat terhadap taman nasional secara regional memiliki potensi untuk meningkatkan manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan, dan untuk menjaga keseimbangan dalam spektrum keseluruhan peluang rekreasi. Manajemen adaptif telah dikoreksi oleh Buck, et al. 2001:1 dengan menggunakan konsep Adaptif Collaboratif Management ACM. Konsep ACM ini dibangun atas dasar ide dari Lee dan kawan-kawan pada tahun 1993. Tujuan konsep ini adalah strategi untuk konservasi keanekaragaman jenis yang menggabungkan pengetahuan di dalam kerangka kerja di dalam manajemen adaptif dan partisipasi pengambilan keputusan melalui rangkaian proses kolaborasi. Manajemen Taman Nasional Taman nasional sebagai habitat satwa perlu didukung dengan manajemen habitat yang baik. Konsep manajemen taman nasional di dunia mengacu pada definisi IUCN 1994. Organisasi internasional untuk konservasi alam IUCN telah berusaha memperjelas konsep taman nasional dengan mengusulkan definisi standar. Untuk tujuan perencanaan manajemen, taman nasional didefinisikan sebagai area alami di darat dan di laut, ditunjuk untuk : a melindungi integritas ekologi satu atau lebih ekosistem bagi generasi sekarang dan masa depan, b melarang eksploitasi atau pemukiman yang bertentangan dengan tujuan desain area, c serta mendukung kegiatan rohani, penelitian, pendidikan, wisata, yang semuanya harus selaras dengan lingkungan dan budaya. Manajemen habitat di dalam taman nasional di Indonesia berdasarkan sistem zonasi seperti yang tercantum di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Definisi taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Kawasan taman nasional dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lain sesuai dengan keperluan. Peraturan di dalam zona inti disebutkan pada Pasal 33 ayat : 1 Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional. 2 Perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas zona inti taman nasional, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli. 3 Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. Zona yang diarahkan untuk kegiatan wisata pada pasal 34 ayat : 2 Di dalam zona pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam dapat dibangun sarana kepariwisataan berdasarkan rencana pengelolaan. 3 Untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi, Pemerintah dapat memberikan hak pengusahaan atas zona pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam dengan mengikutsertakan rakyat. Aturan pada pasal 34 Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 ini pemerintah Indonesia tidak memberikan ruang terhadap wisata di dalam zona inti. Padahal untuk obyek wisata satwa liar tertentu berada di zona inti. Kondisi ini tidak mendukung kegiatan ekowisata di Indonesia. Aturan tersebut ditetapkan sebagai usaha untuk menjaga kelestarian satwa liar yang dilindungi. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan telah memiliki zonasi. Zona-zona yang disusun terdiri dari 7 zona yaitu : a. Zona Inti : 159 464 Ha 45 b. Zona Rimba : 104 887 Ha 30 c. Zona Rehabilitasi : 75 732 Ha 21 d. Zona Tradisional : 7 243 Ha 2 e. Zona Pemanfaatan : 8 039 Ha 2 f. Zona Religi : 4 Ha 0.01 g. Zona Khusus : 142 Ha 0.04 Daya Dukung Wisata Konsep daya dukung berkembang tidak saja digunakan dalam kaitannya dengan satwa, tetapi digunakan pula dalam wisata. Daya dukung wisata menurut beberapa pakar sebagai berikut: 1. Neil dan Wearing 2000:138. daya dukung wisata adalah tingkat pemanfaatan arealokasi wisata yang memberikan kepuasan dengan dampak yang rendah pada sumberdaya wisata. Batas daya dukung ini seringkali sulit untuk dikuantifikasi, tetapi sangat penting untuk perencanaan lingkungan wisata dan rekreasi. 2. Douglas 1982:78, mengartikan daya dukung sebagai istilah yang digunakan untuk mengkuantifikasi hubungan diantara kualitas atraksi dan jumlah pengguna yang menikmati kualitas atraksi. 3. Inskeep 1991:144 mendefinisikan daya dukung sebagai jumlah maksimum pengunjung yang menikmati tapak wisata tanpa merubah lingkungan fisik dan tanpa menurunkan kualitas pengalaman serta tidak berdampak merugikan pada sosial ekonomi budaya masyarakat sekitar. 4. World Trade Organization 1992 daya dukung kawasan wisata adalah jumlah pengunjung suatu kawasan wisata yang dapat diakomodasi dengan tingkat kepuasan pengunjung yang tinggi dan berdampak minimal pada sumberdaya. 5. Cooper et al. 1996:186 mendefinisikan daya dukung ekowisata adalah tingkat kedatangan wisatawan yang mengakibatkan dampak terhadap masyarakat setempat, lingkungan dan ekonomi dalam kurun waktu mendatang. Tingkat kebutuhan mutlak wisatawan yang berkaitan dengan daya dukung adalah lama tinggal, karakteristik wisatawan dan masyarakat sekitar, kondisi geografi serta musim. 6. Menurut Ceballos-Lascurain 1996 daya dukung tergantung pada tempat, musim dan waktu, perilaku pengguna pengunjung, desain fasilitas, tingkat pengelolaan, dan dinamika karakter lingkungan. Sehingga dalam prakteknya tidak mungkin dipisahkan antara aktivitas wisatawan dengan aktivitas manusia lainnya. Jika kepuasan pengunjung berada pada level yang konstan maka kualitas lingkungan juga harus dipelihara. Secara umum jika kualitas produk wisata menurun, maka aktivitas wisata juga akan menurun. 7. Jenkins dan Pigram 2003:42 menyatakan bahwa daya dukung adalah teori tentang manajemen perlindungan area, manajemen rekreasi dan perencanaan wisata yang berhubungan dengan jumlah kunjungan yang dapat ditolerir dampaknya terhadap kondisi biologi dan sosial. Libosada 1998:25, daya dukung sering dibedakan menjadi dua katagori, yaitu daya dukung lingkungan dan daya dukung sosial. Daya dukung lingkungan mencakup dampak yang disebabkan oleh wisatawan di dalam lokasi seperti sampah, konsumsi air, dampak fisik seperti erosi karena pendakian. Daya dukung sosial selalu diukur oleh jumlah orang yang sepenuhnya menikmati sebuah daerah tujuan wisata atau aktivitas wisata. Faktor lain dari daya dukung sosial adalah sensitivitas pada dampak budaya yang mungkin dibawa oleh sejumlah wisatawan di daerah tujuan wisata. Berdasarkan definisi daya dukung wisata tersebut maka disimpulkan bahwa terdapat beberapa elemen yang menjadi kunci daya dukung wisata yaitu : 1 pengguna bisa satwa atau manusia, 2 sumberdaya habitat, flora, fauna, bentang alam, sosial budaya. 3 waktu dan 4 kemampuan sumberdaya daya pengembalianmemulihkan diri oleh sumberdaya tersebut. Pemulihan ini dapat bersifat mandiri atau dibantu oleh manusia, sebagai pengelola sumberdaya pada batas-batas tertentu. Maksud batas tertentu adalah batas dimana manusia dapat memulihkan sumberdaya alam yang rusak sementara. Potensi Ekowisata di TNBBS Potensi ekowisata di TNBBS sangat bervariasi, mulai dari berkemah, mendaki gunung, berburu, bersampan, menikmati pemandangan alam termasuk hutan, pegunungan, air terjun danau dan lautan Tabel 2.4. Potensi obyek wisata yang dapat diamati seperti flora dan fauna, serta budaya masyarakat. Menurut Ditjen PHKA 2012 melaporkan hingga saat ini telah terindentifikasi 514 jenis pohon dan herba, 126 jenis anggrek, 17 jenis rotan dan 15 jenis bambu. Sedangkan kekayaan fauna kawasan ini menyimpan 83 jenis mamalia, 300 jenis burung, 59 jenis herpetofauna dan 51 jenis ikan. Flora indah yang menarik dan menjadi ciri khas taman nasional ini adalah bunga bangkai jangkung Amorphophallus decus-silvae, bunga bangkai raksasa A. titanum dan anggrek raksasatebu Grammatophylum speciosum. Menurut Ditjen PHKA 2012 di TNBBS terdapat 5 tipe ekosistem. Masing-masing ekosistem mempunyai daya tarik tersendiri untuk di kembangkan sebagai daerah tujuan wisata. Tipe ekosistem tersebut adalah : 1. Hutan pantai meliputi kira-kira 1 dari luas kawasan 3 568 Ha, 2. Hutan hujan dataran rendah 0-500 m dpl meliputi 45 160 .560 Ha, 3. Hutan hujan bukit 500-1000 m dpl ± 34 121 312 Ha, 4. Hutan hujan pegunungan bawah 60 656 Ha. 5. Hutan hujanpegunungan tinggi ± 3 10 704 ha Hutan hujan tropis dataran rendah yang tersebar paling luas memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.Ekosistem hutan hujan bukit didomminasi oleh famili dari Dipterocarpaceae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Annonaceae dengan tumbuhan bawah diantaranya Neolitsea cassianeforia, Psychotriarhinocerotis, Areaca sp, Globba pendella. Potensi Aktivitas Ekowisata Gajah Potensi aktivitas ekowisata gajah meliputi pengamatan gajah jinak dan gajah liar di hutan. Selama ini gajah jinak di TNBBS digunakan untuk patroli. Namun kadang-kadang dimanfaatkan juga untuk keliling masuk hutan membawa wisatawan dari mancanegara. Menurut masyarakat setempat, wisatawan yang pernah datang ke Desa Pemerihan berasal dari Negara Jepang, Rusia, Perancis. Wisatawan menelusuri hutan dan pantai selama 3 jam perjalanan. Tabel 2.4. Potensial Rekreasi di TNBBS Ditjen PHKA, 2012 Kegiatan rekreasi Obyek wisata Lokasi P engamatan satwa liar Mamalia : Gajah Sumatera Elephas maximus sumatranus, Badak Sumatera Dicerorhinus sumatrensis, Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrensis, Rusa Sambar Cervus unicolor, Kancil Tragulus javanicus, Kerbau Bubalus bubalis, Tapir Tapirus indicus, Beruang madu Helarctos malayanus, Ungko Hylobates agilis, Siamang H. syndactylus, Simpai Presbytis melalophos fuscamurina, Cecah Presbytis melalophos, Tarsius Tarsius bancanus, dan Kalong Pteropus vampyrus. Burung: Antara lain kuau kerdil Polyplectron chalcurum, pitta raksasa Pitta caeurella, dan juga terdapat jenis burung yang dilaporkan tidak pernah ditemukan lagi sejak tahun 1916 dan saat ini dijumpai di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, yaitu jenis Tokthor Sunda Carpococyx viridis. Reptil; antara lain penyu sisik Eretmochelys imbricata, penyu hijau Chelonia mydas, dan penyu belimbing Dermochelys coriacea. Hutan pantai; Pidada Sonneratia sp., nipah Nypa fruticans, cemara laut Casuarina equisetifolia, pandan Pandanus sp. Sukaraja, Kubu Perahu, Pahmungan. Hutan primer dan sekunder TNBBS. Pengamatan flora Hutan alam; Cempaka Michelia champaka, meranti Shorea sp., mersawa Anisoptera curtisii, ramin Gonystylus bancanus, keruing Dipterocarpus sp., damar Shorea javanica., rotan Calamus sp., dan bunga raflesia Rafflesia arnoldi. Hutan primer dan sekunder. Mendaki gunung Pemandangan di sepanjang pendakian Gunung Pesagi. Gunung Pesagi Liwa Budaya masyarakat Repong damar, makam keramat Syech Aminullah. Sepanjang pesisir barat TNBBS di zona penyangga dan Gunung Pesagi. Berburu Babi Tampang Belimbing Menikmati keindahan alam. Danau, Hamparan hutan primer, Air terjun Suoh Liwa Kubu perah Gajah di penangkaran kadang-kadang menjadi atraksi menarik bagi anak- anak sekolah yang tinggal berdekatan dengan TNBBS. Mereka menunggang gajah atau foto bersama gajah di lokasi penangkaran. Gajah di lokasi ini dapat menjadi arena bermain dan pendidikan cinta satwa untuk pelajar. Potensi wisata gajah yang dapat dikembangkan diantaranya perjalanan menunggang gajah, pengamatan gajah liar di berbagai tipe ekosistem, wisata angon gajah dan kerja sama dengan masyarakat. Keindahan hutan alam berbukit- bukit dan sungai yang jernih berpadu dengan pantai pasir putih yang bersih menjadi daya tarik khas yang dapat dinikmati wisatawan sambil menunggang gajah di TNBBS. Beberapa aktivitas wisata gajah yang dapat dinikmati di TNBBS ini seperti di sajikan pada Tabel 2.5. Tabel 2.5. Rekreasi potensial ekowisata gajah Ditjen PHKA, 2012 Potensi rekreasi Obyek wisata gajah Lokasi Treking menunggang gajah ke dalam hutan, sungai dan pantai. Pengamatan perilaku gajah liar di berbagai tipe habitat. Wisata angon gajah jinak di penangkaran. Wisata kampung gajah dan kuliner Patroli gajah Wisata batu gajah Wisata kopi gajah Pemandangan di dalam hutan dan pantai. Hutan pantai, hutan dataran rendah, hutan bukit dan pegunungan.serta lahan pertanian. Atraksi memandikan gajah, mencari pakan gajah. Budaya masyarakat yang membuat kerajinan ukiran patung dan cincin gajah, makanan khas masyarakat sekitar Mengusir gajah liar di daerah konflik. Mencari sperma gajah yang telah membatu. Mencari feses gajah yang telah bercampur biji kopi Pemerihan, Sukaraja. Pemerihan, sekincau. Pemerihan, sekincau. Pemerihan, Sekincau, Sukaraja. Pemerihan dan Sekincau. Hutan primer Hutan sekunder Perilaku gajah liar di sekitar Desa Pemerihan dan Sekincau yang berbatasan TNBBS merupakan daya tarik sendiri bagi wisatawan. Gajah ini mencari pakan di lahan yang digarap masyarakat untuk ditanami berbagai tanaman pertanian dan perkebunan. Lokasi tampat mencari gajah liar ini juga relatif sangat dekat dengan jalan raya dan perkampungan. Persepsi, Motivasi dan Preferensi Medlik 2003:116 menyatakan bahwa secara umum motivasi adalah rangsangan psikologi yang menggerakan seseorang kepada suatu tindakan pada tujuan tertentu. Dengan demikian faktor-faktor yang menstimulir pertumbuhan wisata seperti mengapa masyarakat berkeinginan menjadi wisatawan merupakan subyek dari motivasi. Jenkins dan Pigram 2003:359 menjelaskan bahwa proses pemilihan rekreasi dipengaruhi oleh persepsi seseorang terhadap peluang-peluang rekreasi yang tersedia di lingkungannya Seseorang secara selektif akan memilih destinasi berdasarkan nilai, pengalaman masa lalu, harapan, motivasi dan kebutuhan-kebutuhannya. Pandangan terhadap lingkungan ini lebih bersifat subyektif dari pada obyektif, yang dapat menjelaskan perilaku manusia di dalam lingkungannya. Persepsi terhadap lingkungan ini menjadi dasar untuk memahami perilaku leisure dan rekreasi serta mengapa seseorang memilih aktivitas dan destinasi tertentu. Perilaku leisure adalah bebas dan wisatawan bebas memilih pengalaman yang berkaitan dengan bagaimana mereka memandang peluang, menyaring rangsangan lingkungan, menafsirkan informasi dan membangun preferensi. Iskandar 2013:132-138 menjelaskan tentang pemilihan lingkungan wisata, menurut ahli psikologi Kaplan dan Kaplan dipengaruhi oleh 4 hal yaitu : 1. Coherence : apabila lingkungan di destinasi tertata dengan baik atau terorganisasi sehingga wisatawan merasa senang. 2. Legibility : ketika wisatawan berkunjung, mereka akan melakukan suatu katagorisasi ketika mengamati obyek wisata. Semakin mudah dipahami suatu obyek wisata semakin tinggi untuk dipilih. Kemudahan untuk memahami obyek wisata merupakan hal penting dalam pertimbangan wisatawan untuk memilih suatu destinasi. 3. Complexity : keragaman suatu obyek akan mengajak wisatawan untuk melakukan eksplorasi lebih lama. Hal ini berkaitan dengan lama tinggal di destinasi tersebut. Destinasi hendaknya harus mempunyai tingkat kompleksitas yang tinggi. 4. Mistery : adanya informasi yang tersembunyi pada suatu obyek wisata, maka akan menjadi misteri bagi wisatawan. Dengan adanya informasi lain yang diperlukan oleh wisatawan untuk lebih melengkapi pengetahuan yang sudah ada, maka wisatawan terus ingin mencarinya. Berdasarkan uraian diatas maka teori Kaplan mengenai preferensi suatu lingkungan dapat dibuat model Gambar 2.4. Model tersebut akan lebih menjelaskan mengapa keempat komponen tersebut menjadi penting bagi wisatawan untuk memilih lingkungan yang diinginkannya. Preferensi destinasi dapat pula didasarkan pada emosi yang berkembang dalam dirinya. Apabila seseorang sudah merasa jenuh dengan pekerjaan sehari- harinya, ia membutuhkan tempat istirahat yang tenang tetapi menyenangkan bagi dirinya. Destinasi tersebut sangat dibutuhkan oleh pekerja-pekerja yang setiap harinya memiliki kesibukan tinggi. Dengan melakukan perjalanan wisata tersebut, ia akan merasa memperoleh tempat yang dapat melepaskan kejenuhannya. Namun demikian apabila suasana hatinya masih mampu mengolah stimulasi lingkungan yang menggugah dirinya, maka ia akan memilih destinasi dengan atraksi yang banyak dan menarik. Jenkins dan Pigram 2003:359 Prediksi tentang perilaku leisure akan memiliki validitas yang lebih besar jika kita lebih mengetahui tentang persepsi, sikap dan motivasi yang mempengaruhi pengambilan keputusan rekreasi. Hal ini akan membantu menjelaskan mengapa kegiatan dan destinasi tertentu lebih disukai dan lainnya diabaikan. Dengan demikian, sumber-sumber informasi dan kredibilitas dari informasi sendiri merupakan isu kunci dalam pilihan pengaturan rekreasi, aktivitas dan durasinya, komposisi kelompok dan mungkin modus serta rute perjalanan ke suatu destinasi. Gambar 2.4. Pengorganisasian Model dari Kaplan dan Kaplan tentang Pemilihan Lingkungan Ross 1998:27 memaparkan tentang teori motivasi Maslow bahwa kebutuhan manusia sebagai pendorong membentuk suatu hirarki. Pada awalnya Maslow menyebut 5 tingkat berjenjang dimulai dari kebutuhan 1 fisiologi, 2 rasa aman, 3 cinta, 4 penghargaan dan 5 mewujudkan jati diri. Kemudian Maslow menambahkan lagi 2 kebutuhan yaitu 6 kebutuhan mengetahui dan memahami serta 7 estetika. Namun 2 kebutuhan tersebut tidak jelas bagaimana kedudukannya dalam ke 5 hirarki tersebut. Teori Maslow dikembangkan dalam psikologi klinik, bukan sebagai teori pariwisata. Menurut Mayo dan Jarvis 1981; di dalam Ross, 1988:33 menyatakan bahwa motivasi untuk berwisata dapat dibagi ke dalam 4 kategori Tabel 2.6 : 1 motifasi fisik, 2 motivasi budaya, 3 motivasi antar pribadi dan 4 motivasi status dan martabat. Jenkins dan Pigram 2003:313 menerangkan bahwa motivasi bersifat personal dan subyektif sehingga bisa saja logis dan beralasan pada seseorang Dipahami Eksplorasi Langsung diprediksi namun bisa juga tidak bagi yang lainnya. Hal ini menjadi tantangan penelitian terhadap motivasi yang masuk ke dalam perilaku manusia seperti motivasi dalam kegiatan leisure, rekreasi dan wisata. Tabel 2.6. Motivasi berwisata menurut Mayo dan Jarvis 1981 No. Jenis motivasi Contoh 1 2 3 4 Motivasi fisik Motivasi budaya Motivasi antar pribadi Motivasi status dan martabat Istirahat fisik, olah raga, rekreasi pantai, hiburan. Keinginan mengetahui daerah atau negeri lain dalam ini seni, adat istiadat, tari lukisan dan agama. Keinginan bertemu muka baru, mengunjungi teman sanak saudara, tetangga atau sahabat baru. Kebutuhan akan pengakuan, perhatian, penghargaan dan reputasi. Program Ekowisata Kraus dan Curtis 1990; di dalam Fennell, 2002:71 menuliskan bahwa filosofi pengembangan organisasi pelayanan leisure adalah refleksi langsung terhadap leisure sebagai bagian penting dari hidup dan mempertemukan kebutuhan manusia. Kebutuhan ini berhubungan dengan aksesibilitas, mendapatkan kebahagiaan, hubungan antar manusia, hak asasi, kebebasan dan keadilan. Sebagai suatu agen maka filosofinya adalah refleksi langsung mewujudkan nilai-nilai entitas. Nilai-nilai ini meliputi apa yang dibenci manusia, cinta dan pengorbanan yang mereka kerjakan untuk mencapai tujuan. Saat ini nilai-nilai tradisional berubah jauh menjadi nilai-nilai baru yang dipengaruhi oleh teknologi, pluralisme dan lain-lain dalam dunia modern. Namun demikian secara individual leisure dalam bentuk apapun adalah bagian dari pergerakan menuju aktualisasi diri. Menurut Gunn 1994:365 menuliskan bahwa pernyataan program adalah sebuah inventarisasi dan deskripsi apa yang akan didisain. Berdasarkan pengalaman dijumpai beberapa kelemahan proyek adalah karena tidak lengkap atau pernyataan masalah yang tidak benar.

1. Pendekatan program wisata

Fennel 2002:79 menuliskan kembali 28 macam pendekatan program dari beberapa penulis. Pendekatan program tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.7. Beberapa pendapat penulis memiliki persamaan makna seperti expressed desires dan investigation. Secara sederhana kedua pendekatan tersebut dibangun oleh adanya perbedaan keinginan atau kebutuhan pada tiap-tiap individu. Murphy serta Fennel and Lundegren sama sama menggunakan kata cafetaria yang intinya memilih program yang tersedia. Fennell mengelompokkan 28 program tersebut ke dalam 3 jenis strategi program yaitu social planning, social marketing dan community development. Tabel 2.7. Berbagai pendekatan program wisata No. Jenis program Uraian Penulis 1

2 3

4 Traditional. Current practice Expressed desires. Authoritarian. 1. Mengandalkan apa yang telah dilakukan pada masa lalu. Selalu mengerjakannya dengan cara yang telah dicoba dan benar. 2. Program dikerjakan pada trend yang sedang berlangsung. Jika hal ini baru dan semua orang mengerjakannya maka akan menjadi baik. 3. Kebutuhan yang diekspresikan oleh klien. Apapun yang diinginkan klien, maka akan dikerjakan. 4. Kebutuhan yang diekspresikan oleh klien. Apapun yang diinginkan klien, maka akan dikerjakan Danford and Shirley 1970 5 6 7 Reaction. Investigation. Creative plan. 5. Menyesuaikan terhadap individu-individu dan kelompok-kelompok mempengaruhi kuat dalam proses pengambilan keputusan dari suatu organisasi. 6. Metode fact-finding pencarian fakta dipakai untuk menentukan perilaku dan kebutuhan partisipan. 7. Hubungan interaktif antara partisipan dan profesional. Program didasarkan pada inventarisasi permintaan dan minat. Tillman 1973 8 9 Cafetaria. Prescriptive. 8. Klien memilih program-program yang telah disediakan oleh agen. 9. Profesional mendiagnosis kebutuhan-kebutuhan partisipan dan kemudian menyediakannya. Murphy 1975 10 11 Trickle-down. Educated guess. 10. Program-program diinisiasi pada level tertinggi dan diturunkan pada konsumer. 11. Perencanaan didasarkan pada firasatpengalaman seseorang dan perencana menjumpai masyarakat yang akan menjadi sasaran dan mengetahui kebutuhan masyarakat tersebut. Edginton and Hanson 1976 No. Jenis program Uraian Penulis 12 13 14 15 16 Community leadership input. Identification of need Offer what people want Indigenous development. Interactive discovery. 12. Input-input yang digunakan dalam perencanaan berdasarkan badan penasehat. 13. Data dikumpulkan dari partisipan untuk menentukan program, seperti perilaku dan demografik. 14. Setelah wawancara dengan klien kemudian disusun program apa yang mereka mau. 15. Mendukung masyarakat lokal untuk merencanakan program mereka sendiri. 16. Kesetaraan dalam hubungan antara agen dan partisipan untuk menentukan bersama tentang apa yang akan ditawarkan. 17 Socio-political. 17. Program dibuat untuk menanggapi kelompok yang menekan secara hati-hati. Kraus 1977 18 19 Qualiiy of lifeameniy. Marketing. 18. Pelayanan rekreasi yang penting adalah dapat menyenangkan dan membangun sehingga berpengaruh pada kesehatan mental dan fisik partisipan. 19. Rekreasi dipandang sebagai pelayanan dan produk yang mempunyai nilai ekonomi yang sebaiknya di disain dan dipromosikan untuk mendapatkan keuntungan maksimum. Kraus and Curtis 1990: 20 21 22 23 Human service. Prescriptive. Environtmentalaesth eticpreservationist. Hedonistindividualistic 20. Didasarkan pada pandangan holistik dan humanistik atas manusia berhubungan dengan program berbasis masyarakat. 21. Rekreasi di disain untuk mencapat tujuan yang spesifik seperti untuk terapi pasien. 22. Pendekatan ini berhubungan dengan kelompok- kelompok masyarakat yang peduli pada perlindungan alam dan mendorong pemerintah untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan. 23. Tekanan pendekatan ini adalah lebih mengajak kesenangan dengan fokus utama program leisure sebagai suatu ekspresi kreativitas individu dari pada program masal yang telah familiar. 24 25 26 27 28 Programming by objectives Programming by desires of participants Programming by perceived needs of participants Progamming by cafetaria style. Programming by external requirements 24. Sukses dan gagalnya program adalah fungsi dari pernyataan tujuan yang memandu implementasi dan evaluasi. 25. Sebuah pendekatan yang berhubungan dengan ekspresi aktual keinginan partisipan dan metode untuk mendapatkan informasi sebagai alat cara untuk memberikan pelayanan. 26. Pendekatan yang berusaha mengantisipasi kebutuhan partisipan tanpa input dari mereka. 27. Pelanggan dapat memilih dari beberapa aktivitas atau pelayanan yang berbeda. 28. Program dibangun dengan standar normatif atau panduan oleh organisasi profesional Fennel and Lundegren 1993 Penjelasan 3 macam strategi program tersebut adalah sebagai berikut : a. Social planning. Program dibangun oleh pakar dengan keahliannya dalam mendiagnosis, memahami dan memberikan pelayanan sehingga apa yang dirasa Tabel 27. Lanjutan terbaik untuk partisipan. Program ini berorientasi pada pemecahan masalah yang dibutuhkan oleh masyarakat. b. Social marketing. Pembuat program menyesuaikan keinginan klien dengan ketersediaan sumberdaya program seperti keuangan, peralatan, tenaga kerja dan waktu. Program dibuat untuk kepuasan pelanggan dan berorientasi pada keuntungan. c. Community development. Model ini membantu individu-individu dalam menginisiasi pembuat program untuk mempertemukan kebutuhan mereka. Pembuat program berperan sebagai fasilitator atau kolaborator yang membantu individu-individu dalam mengidentifikasi masalah mereka, kebutuhan dan sumberdaya yang mungkin diperlukan untuk mengatasi masalah dan kebutuhan tersebut.

2. Disain Program Ekowisata

Berdasarkan literatur tentang program rekreasi, diskusi perencanaan program secara universal meliputi 2 tema utama yaitu Fennell, 2002:111 : 1. Program area, berbagai aktivitas rekreasi di lapangan seperti tipe-tipe aktivitas rekreasi out door dengan aktivitasnya seperti pada Tabel 2.8. 2. Program format, seperti organisasi dan penyajian atau pergelaran acara, perjalanan dan pelatihan seperti pada Tabel 2.9. Tabel 2.8. Tipe-tipe aktivitas rekreasi outdoor Campingout door living Fire building Peta dan kompas, Out door cooking. Kerajinan peralatan dan pemeliharaan. Ransel Konservasi Landscaping, Studi konservasi, Penanaman untuk hidupan liar, Suaka hidupan liar, Observasi cuaca, Sensus burung, Proyek kontrol erosi High risk resiko tinggi Bersampan, arung jeram, Penelusuran gua Outdoor sport Memancing, Bersepeda, Berselancar Nature oriented Identifikasi pohon, Wildlife viewing Nature games, Nature walks Outdoor photography Kerajinan alam Tabel 2.9. Contoh program format dan area Prog. Area Programme formats Ecotourism Club Competition Trip Special events Instructional Drop-in Service Outreach NGO concerned with ecological impacts of tourismm Texas birding class Natural history society trip to zoo Outdoor show Class in animal behaviour Community slide show Eart watch in Borneo CI in developing country Adventure tourism Etc. Disamping dua tema program tersebut, perlu juga dipertimbangkan program lain yaitu programme setting menunjukkan lokasi , program mobility menunjukkan transpotasi yang digunakan dan programme lodging menunjukkan jenis akomodasi. Contoh ketiga program tersebut di sajikan pada Tabel 2.10, 2.11 dan Tabel 2.12. Tabel 2.10. Opsi-opsi dalam programme setting Main setting Sub-settings Backcaountry pedalaman Freshwater air tawar Terrestrial darat Aerial udara Combined Settings kombinasi Rural desa Marine laut. Freshwater air tawar Terrestrial darat Aerial udara Combined Settings kombinasi Urban kota Marine laut. Freshwater air tawar Terrestrial darat Aerial udara Combined Settings kombinasi