Adapun pada fase tiang, juga tercatat 5 spesies yang sama dengan fase pohon, yaitu Strombosia javanica, Dillenia excelsa, Ixonanthes icosandra, Aglaia sp, dan
Dipterocarpus humeratus. Adapun regenerasi pada fase tiang menunjukkan angka 5 dari 10 spesies 50 sama dengan spesies pada fase pohon. Atas hal ini maka dapat
dikatakan bahwa proses regenerasi pada fase tiang ini berlangsung secara alami, dan komposisi jenisnya tersusun mendekati hutan primer.
Spesies tumbuhan pada fase pancang didominasi oleh Leea indica dengan INP=32.51, Croton argyratus 29.38 dan Dillenia excelsa INP=24.32.
Syarifuddin 2008:130 menyebutkan jenis Parkia speciosa INP=11.38 adalah menjadi dominan pada fase pancang di Bengkulu Utara. Regenerasi fase pancang
menunjukkan 3 jenis yang sama pada fase tiang, yaitu Croton argyratus, Dillenia excelsa dan Glochidion arborescens. Spesies Croton argyratus selalu menempati posisi
3 besar dari mulai fase tiang hingga pancang. Spesies Dillenia excelsa dan Glochidion arborescens selalu hadir mulai dari fase pohon, tiang dan pancang. Menurut Tripthi dan
Khan 1992:431 di India, populasi pancang di hutan sekunder lebih banyak dibandingkan hutan primer; yaitu sejalan dengan lebih terbukanya tajuk di hutan
sekunder sehingga intensitas cahaya matahari menjadi lebih tinggi dibandingkan hutan primer.
Spesies pada fase semai di hutan sekunder didominasi oleh Leea indica INP=27.70, Croton argyratus INP=7.23 dan Archidendron bubalinum
INP=6.66. Jenis Croton argyratus selalu hadir pada fase pancang dan tiang, sedangkan jenis Leea indica selalu menempati posisi teratas pada fase pancang dan
semai dalam 10 INP tertinggi. Spesies yang sama dengan fase pancang tercatat 3 jenis Leea indica, Croton argyratus dan Pterospermum javanicum bayur.
c. Semak
Pada tipe ekosistem semak, hasil studi menunjukan munculnya satu spesies dimana sebelumnya tidak pernah ada di hutan primer maupun hutan sekunder yaitu
Erythrina letosperma; spesies ini biasa disebut dadap oleh masyarakat setempat.
Batang pohon dadap sering digunakan sebagai rambatan tanaman lada dan juga
tajuknya sebagai peneduh tanaman kopi. Pohon ini sebagai tanda adanya aktivitas manusia yang mengelola hutan untuk bercocok tanam dan kemudian ditinggalkan
sehingga terbentuk tipe ekosistem semak. Kumar et al. 2010:439 di India, menyatakan bahwa tekanan antropogenik dan kondisi nutrien tanah menyebabkan terjadinya
perubahan status regenerasi dan komposisi spesies di hutan. Dalam ekosistem semak, tumbuhan pada fase pohon didominasi oleh Cananga
odorata dengan INP=45.0, Erythrina letosperma INP=30.59, Macaranga sp INP=28.04. Macaranga sp muncul di semak dan menjadi 3 besar INP tertinggi
pada fase pohon. Macaranga merupakan tanaman pionir yang sering tumbuh di tempat terbuka. Menurut Zahrah 2002: 86 fase pohon di ekosistem semak Aras Napal Aceh
didominasi oleh Garcinia parviflora INP=87.37, sedangkan Syarifuddin 2008:130 melaporkan jenis Shorea sp INP=27.11 adalah spesies dominan di hutan Simpang
Tiga Bengkulu Utara. Ternyata jenis-jenis dominan pada fase pohon di semak berbeda antara satu kawasan hutan dengan kawasan hutan lainnya.
Selanjutnya spesies pada fase tiang di ekosistem semak didominasi oleh Cananga odorata INP=57.53, Croton argyratus INP=29.09 dan Ficus hispida
INP=27.10. Adapun jenis yang sama dengan fase pohon hanyalah sebanyak 4 spesies dari 10 jenis dominan 40; yaitu Cananga odorata, Macaranga sp.,
Pterospermum javanicum dan Croton argyratus. Semua hal tersebut mengindikasikan bahwa proses regenerasi tumbuhan secara alamiah terjadi pada fase ini. Jika tidak
mengalami gangguan manusia maka spesies tersebut dapat diharapkan akan tumbuh menjadi pohon dominan.
Spesies tumbuhan pada fase pancang di semak didominasi oleh Piper aduncum INP=52.40, Leea indica INP=30.18 dan Bridelia monoica INP=18.59. Jenis-
jenis yang sama dengan fase tiang sebanyak 4 jenis 40 adalah Bridelia monoica, Glochidion arborescens, Croton argyratus dan Pterospermum javanicum. Jenis
tersebut akan menjadi generasi penerus untuk menjadi fase tiang. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan regenerasi pada fase pancang di semak terus berlanjut secara
alamiah, dan jika tidak diganggu oleh manusia maka suksesi ini diharapkan akan terus berlangsung.
Spesies tumbuhan pada fase semai di tipe ekosistem semak didominasi oleh Bridelia monoica INP=9.77, Actinodaphne borneensis INP=7.31, Aglaia sp
INP=3.06., Cleistanthus myrianthus INP=1.53. Syarifuddin 2008:30 melaporkan bahwa di Bengkulu Utara spesies dominan di semak adalah Angiopteris
avecta INP=15.63 ; sehingga atas hal itu kondisi INP yang relatif kecil di Pemerihan ini dapat dikatakan menunjukkan pertumbuhan fase semai di Pemerihan
lebih merata di bandingkan dengan tipe semak di Bengkulu Utara. Adapun jenis yang sama dengan fase pancang terdapat 2 spesies yaitu Bridelia monoica dan Actinodaphne
borneensis.
d. Kebun
Spesies tumbuhan di kebun pada fase pohon didominasi oleh Erythrina letosperma INP=89.77, Michelia champaca INP=23.68 dan Randu Ceiba
pentrandra; INP=23.08. Spesies pada fase pohon di kebun pada umumnya dianggap bernilai ekonomi oleh masyarakat lokal. Michelia champaca, Swietenia mahagoni dan
Pterospermum javanicum kayunya sangat cocok untuk pertukangan. Hasil penelitian Wijayanto 1993; di dalam Budidarsono et al. 2000:19 pada kebun damar di Lampung
Barat menunjukan ada 39 spesies fase pohon; yang didominasi oleh Shorea javanica atau damar mata kucing 78 dari total spesies, Durio zibethinus atau durian 12,
Lansium domesticum atau duku 2 dan lainnya 8. Keberadaan spesies asing yang pertumbuhannya adalah karena ditanam oleh
masyarakat seperti mahoni dan randu kiranya perlu untuk dijaga agar tidak menginvasi ke dalam taman nasional yang secara ekologis akan sangat merugikan
ekosistem taman nasional. Pihak taman nasional perlu waspada untuk mengontrol tanaman tersebut agar tidak meluas masuk ke dalam taman nasional.
Jika dikaitkan dengan fase pohon di hutan primer maka tidak satu pun spesies di kebun sama dengan 10 jenis dominan di hutan primer. Sedangkan pada hutan sekunder
tercatat 1 spesies yang sama yaitu Cananga odorata. Spesies fase pohon di ekosistem kebun yang sama dengan di ekosistem semak tercatat 3 spesies, yaitu Erythrina
letosperma, Cananga odorata dan Anthocephalus chinensis. Kondisi ini