Pengembangan Destinasi Pengembangan Ekowisata Gajah di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Provinsi Lampung

b. Organisasi MKT adalah disyahkan oleh pemerintah sebagai kumpulan SDM yang diberi wewenang dan tanggungjawab untuk melaksanakan berbagai rencana strategis pembangunan dan pengembangan serta pengelolaan jasa rekreasi dan ekowisata serta jasa lingkungan di destinasi c. Organisasi MKT adalah terdiri dari pihak Kementrian Kehutanan diwakili oleh Kepala TNBBS, Masyarakat Lokal Camat, Pemerintah Daerah KaDisPar dan pihak-pihak swasta yang berkeinginan untuk ikut berkolaborasi dalam pengelolaan dan pengusahaan jasa rekreasi dan ekowisata. d. Untuk mengakomodir paradigma pembangunan berbasiskan masyarakat, maka perlu kiranya menyertakan Kepala Desa sebagai komponen SDM. e. Jika selama ini pola kontribusi usaha dari pihak swasta melalui pengalokasian ―ruang usaha‖ bagi pihak swasta, maka dalam OMKT ini kontribusi investasi dari pihak swasta adalah dilakukan melalui pengalokasian investasi fasilitas rekreasi dan produk wisata. Alokasi pengembangan tapak ekowisata gajah dapat dilakukan pada zona pemanfaatan, zona penyangga dan zona tradisional. .Adapun tipe akomodasi dapat disesuaikan dengan zonasinya. Pada zona pemanfaatan dapat dibangun akomodasi semi permanen. Sedangkan pada zona penyangga dapat dibangun akomodasi bersifat permanen. Pada zona tradisional dapat dibangun penginapan dalam bentuk non permanen seperti rumah tradisional ataupun rumah pohon. Pengembangan infrastruktur dapat dilakukan pada zona rimba, zona pemanfaatan, zona penyangga dan zona tradisional. Tipe jalan di zona rimba dan zona tradisional berupa jalan setapak tanpa pengerasan, sedangkan pada zona pemanfaatan, tipe jalan dapat dilakukan pengerasan namun tidak mengganggu penyerapan air tanah. Tipe jalan pada zona penyangga dapat berupa jalan pengerasan dengan aspal. Pengembangan fasilitas dan pelayanan dapat dilakukan di zona pemanfaatan dan zona penyangga. Kios makanan dan minuman ditempatkan pada zona penyangga dengan tujuan untuk memberikan kesempatan usaha bagi masyarakat sekitar dan sebagai upaya mencegah terjadinya polusi dan sampah di dalam taman nasional. Kios sovenir, rumah ibadah, toilet dapat berada di dalam zona pemanfaatan berdekatan dengan zona penyangga. Berdasarkan Peraturan Dirjen PHKA No. P.3 tahun 2011 Pasal 12 1: rancangan desain tapak ruang publik untuk fasilitas wisata dapat berupa pintu gerbang, pusat pengunjung, dermagajetty, area parkir, tambat kapal, pondok teduh, jalan wisata, jalan setapak, jembatan, menara, area pengamatan dan interpretasi, papan petunjuk arah, papan peringatan, papan interpretasi, helipad, perkemahan, karavan, pondok wisata, hotel, penyewaan alat, makanan dan minuman, sovenir, dan kebutuhan lainnya. Selanjutnya ayat 3 disebutkan bahwa pusat informasi berjarak maksmimal 500 dari pintu gerbang. Kemudian dilanjutkan pada pasal 212: akomodasi bersifat semi permanen dan dengan pola arsitektur budaya setempat. Pengaturan tata letak fasilitas pengunjung meliputi penempatan pintu gerbang destinasi yang tersebar menjadi 4 bagian yaitu Camp Elephant Patrol, Pekon Pemerihan, Pekon Sumberejo dan Way Haru. Camp elephant patrol merupakan lokasi pertama yang biasa digunakan sebagai pusat koordinasi patroli gajah. Selanjutnya ketiga pintu lainnya dapat menjadi focal point baru sebagai kontrol pengunjung jika masuk ke lokasi terdekat dengan jalur pergerakan gajah. Adapun pada pengembangan tapak di destinasi home range gajah dapat ditempatkan beberapa fasilitas wisata ke dalam grid seperti yang disajikan pada Gambar 5.23. Pusat pengunjung dengan ruang informasi dapat ditempakan di Grid 41. Bangunan pusat pengunjung ini terletak di zona pemanfaatan yang berbatasan dengan lahan milik dan tidak dilalui oleh pergerakan gajah. Selanjutnya area parkir ditempatkan pada grid no. 2, 8 dan 41 berada di pinggir home range gajah. Penempatan menara pandang sebanyak 10 unit yang dialokasikan pada 10 grid yang sering dikunjungi gajah. Sebanyak 7 unit menara ditempatkan di sepanjang Sungai Pemerihan, Resort Pemerihan dan 3 unit di sepanjang Sungai Sepandan, Resort Way Haru. Adapun nomor grid lokasi penempatan menara pandang dapat dilihat pada insert Gambar 5.23. Gambar 5.23. Sebaran fasilitas penunjang wisata di dalam home range gajah di TNBBS

2. Pengembangan Produk Ekowisata Gajah

Menurut Sunaryo 2013:170 aspek pengembangan produk pada intinya untuk memberikan kualitas produk wisata yang lebih dari sekedar memberikan pengalaman dan pemenuhan harapan bagi wisatawan. Dijelaskannya bahwa untuk menunjukkan perbedaan dan daya saing serta keunggulan suatu destinasi dengan destinasi lainnya perlu dilakukan branding proses komunikasi dari suatu brand produk dengan pasar wisatawan. Produk ekowisata gajah dikembangkan berdasarkan nilai-nilai konservasi gajah terdiri dari nilai ekologi, ekonomi, sosial budaya, etika dan estetika. Adapun rincian branding dan labeling dalam ekowisata gajah ini dapat dijabarkan pada Tabel 5.13. Tabel 5.13. Produk ekowisata gajah di Resort Pemerihan TNBBS No. Produk dengan tema Branding dan Labeling A Ekowisata bernilai Sosial Budaya Konservasi Gajah Nilai Sosial Budaya Konservasi Gajah  Pertujunkan kuda kepang, Pertunjukan pencak silat, Minum kopi dan kuliner kampong, Trek malam, Ronda gajah di menara, Fabel gajah, orang pendek, Kembang api, Kuliner kampung, Tradisi penanaman jagung pagi hari, Trek pagi  Sovenir gajah B Ekowisata bernilai Ekologi Konservasi Gajah Nilai Ekologi Konservasi Gajah  Belajar persemaian, Penanaman pohon, Membedah feses, bukti gajah sebagai penyebar benih, Analisis vegetasi, Trek jalur darat gajah, Trek jalur sungai, Rumpang tumbuh benih  Souvenir gajah C Ekowisata bernilai Ekonomi Koservasi Gajah Nilai Ekonomi Koservasi Gajah  Panen jagungpadi, Analisis vegetasi, Tumbuhan pakan, Tumbuhan obat, Tumbuhan minyak atsiri, Tumbuhan industri rumah tangga, Tumbuhan getah  Souvenir gajah D Ekowisata bernilai Etika Konservasi Gajah Nilai Etika Konservasi Gajah  Pengamatan perilaku gajah, Pengamatan peran gajah, Pengalaman bersama gajah, Anthropocentrisme dan ecocetrisme, Pengamatan perilaku satwa lain terkait gajah, Peran gajah, Fabel gajah dan satwa lain, Poto flora dan fauna  Souvenir gajah E Ekowisata bernilai Estetika Koservasi Gajah Nilai Estetika Koservasi Gajah 1 1. Gua  Treking di tengah hutan, Treking di dalam gua, Pengamatan arsitektur gua, Pengamatan kelelawar, Mite gua, Legenda gua jemblong, Camping di tengah hutan  Souvenir gajah Nilai Estetika Koservasi Gajah 2 2. Air Terjun  Treking di dalam hutan, Treking susur sungai, Cari ikan, Bakar dan makan ikan, Mandi, Camping, Bersampan di Pemerihan, Poto keindahan  Souvenir gajah Nilai Estetika Koservasi Gajah 3 3. Laut dan pantai  Trek pesisir dan pantai, Kuliner pantai, Mandi di laut, View sore, View pagi, Legenda laut kidul, Mite peti kemas, Poto keindahan pantai  Souvenir gajah

3. Pengembangan Aktivitas

Pengembangan lebih detail aktivitas ekowisata gajah tidak diuraikan sebagai output dalam studi, tetapi sebagai contoh akan dibuatkan berupa itinerary ekowisata gajah berdasarkan ruang, waktu dan kegiatan yang dilakukan selama 1 hari 1 malam 24 jam seperti pada Tabel 5.14. Nilai-nilai tentang konservasi gajah disesuaikan dengan tema utama atas obyek wisata di dalam home range gajah. Tabel 5.14. Itinerary ekowisata bernilai sosial budaya konservasi gajah di Resort Pemerihan-Way Haru TNBBS. No. Waktu Lokasi Kegiatan Keterangan 1 16.00 Pengunjung tiba Balai Desa Pemerihan  Tarian selama datang  Pengalungan bunga oleh gajah  Minum kelapa muda 2 17.00 Kebun  Poto hamparan luas tanaman jagung.  Praktek penanaman dan pemeliharaan tanaman.  Cerita pengalaman masyarakat tentang  proses pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan jagung. Kegiatan disesuaikan dengan kondisi saat di lapangan. 3 18.00 Menara pengamatan  Minuman kopi panas  Kuliner tradisional kacang rebus, jagung rebus atau pisang goreng Jenis makanan disesuaikan musim panen. 4 19.00 Buffer zone  Trek malam menunggang gajah  Cerita pengalaman masyarakat selama di kebun pengalaman di kejar gajah, manjat pohon, kulit pohon yang dikelupas belalai gajah, di tunggu gajah di bawah pohon. 5 21.00 Menara  Kuliner minuman kopi luwak dan makan malam.  Pertunjukan kuda kepang malam hari Penerangan denga obor 6 23.00 Menara  Kembang api  Cerita rakyat fabel, legenda, mitos 7 01.00 Menara  Ronda malam  dan istirahat 8 08.00 Masuk hutan di perbatasan kampung  Menunggang gajah masuk ke perbatasan hutan dan kebun  Belajar tumbuhan obat 9 12.00 Sungai  Memancing ikan 10 14.00 Pantai  Foto di pantai dan mandi 11 16.00 Kembali ke balai desa  Ucapan perpisahan  Pemberian souvenir patung gajah Contoh itinerary bernilai sosial budaya konservasi gajah pada prinsipnya sebagai pedoman dalam ekowisata gajah dan diharapkan akan muncul kepedulian terhadap nilai sosial budaya masyarakat di sekitar home range gajah. Kegiatan ini meliputi semua aktivitas masyarakat yang berkaitan dengan tanaman mereka dan upaya mempertahankan tanaman dari kerusakan akibat masuknya gajah di kebun. Selanjutnya contoh itinerary jika wisatawan akan melakukan perjalanan selama 3 hari 2 malam dengan tema nilai estetika konservasi gajah air terjun di dalam hutan primer TNBBS Tabel 5.15. Wisatawan akan melintasi hutan primer dengan menunggangg gajah, dilanjutkan dengan menyusuri sungai hingga mencapai hulu Sungai Pemerihan dengan keindahan gemercik jernihnya air yang dapat langsung di minum. Tabel 5.15. Itinerary ekowisata gajah selama 3 hari 2 malam, bernilai estetika konservasi gajah aspek air terjun dan sungai di TNBBS. No. Waktu Lokasi Kegiatan Keterangan 1 10.00 Pengunjung tiba CEP  Pengalungan bunga oleh gajah  Minum kelapa muda Bunga dibuat oleh masyarakat lokal. 2 11.00 Semak  Treking menunggang gajah  Melihat sarang lebah Kadang-kadang dijumpai sarang lebah 3 12.00 Hutan primer  Treking menunggang gajah  Mengumpulkan biji pohon jaha Terminalia bellerica untuk di tanam  Inventarisasi jenis pohon berguna bagi manusia Pohon raksasa dengan buah yang gurih. 4 14.00 Sungai Pemerihan  Berendam di sungai  Makan siang di tepi sungai  Treking susur sungai,  Mengamati jejak harimau dan satwa lain di tepi sungai Peralatan disediakan oleh masyarakat lokal 5 17.00 Tepi sungai  Cari ikan dan keong, Renang  Bakar ikan, Makan malam  Camping, Istirahat  Fabel, mitos gajah, cerita pengalaman 6 07.00 Tepi sungai  Sarapan pagi  Menuju air terjun, Berfoto di air terjun  Mandi, Mancing 7 11.00 Tepi sungai  Istirahat, Mandi  Makan siang 8 01.00 Sungai Pemerihan  Naik perahu karet  Mancing  Manuju muara Sungai Pemerihan Perahu karet disediakan oleh masyarakat lokal 9 5.00 Muara Sungai Pemerihan dan Pantai Gading  Melihat matahari tenggelam  Foto sun set  Bakar jagung, api unggun  Legenda Ratu Selatan  Mitos perahu kandas 10 07.00 Pantai gading  Foto di pantai dan mandi  Sarapan pagi  Menuju camp dengan jeep 11 10.00 Kembali ke CEP  Ucapan perpisahan  Pemberian souvenir patung gajah VI SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil studi ini menunjukan bahwa aktivitas ekowisata gajah di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, yang selama ini hanya terkonsentrasi di Camp Elephant Patrol CEP seluas 475 Ha, sangat berpotensi untuk dioptimalkan menjadi beragam kegiatan ekowisata gajah yang mencakup area seluas 15 301.20 Ha dari home range kelompok gajah di Resort Pemerihan-Way Haru. Peningkatan ragam aktivitas ekowisata gajah tersebut bukan hanya akan sangat berpotensi untuk meningkatkan manfaat ekonomi dan memberdayakan masyarakat di sekitar TNBBS, melainkan juga akan mampu menciptakan berbagai manfaat berganda dari aktivitas ekowisata gajah. Home range gajah dengan karakteristik ekosistemnya mulai dari hutan primer 6 611.51 Ha, hutan sekunder 3 666.43 Ha, semak 293.53 Ha, kebun 3 009.32 Ha, pantai 636.45 Ha, sungai 190.53 Ha dan pedesaan 111.37 Ha dapat dikembangkan menjadi sumberdaya ekowisata gajah unggulan. Karakteristik vegetasi yang telah dianalisis menunjukkan bahwa hutan primer memiliki keanekaragaman spesies yang tertinggi pada fase pohon H’= 4.3 dibandingkan dengan hutan sekunder H’=3.5, semak H’=2.8 dan kebun H’=2.0. Selain di hutan primer wisatawan setidaknya akan dapat melihat 112 jenis pohon dominan, maka di kebun, pengetahuan wisatawan juga akan diperkaya dengan 22 jenis pohon dominan lainnya. Demikian pula dengan kayanya atraksi dan kegiatan di area home range berupa lahan pertanian, pantai dan laut. Rangkaian spektrum aktivitas ekowisata gajah tersebut tidak hanya akan meningkatkan tingkat kepuasan mereka melainkan juga akan mampu mendorong mereka untuk kembali lagi guna menikmati obyek wisata yang belum terjangkau pada satu kali kunjungan. Pola pergerakan gajah yang lebih intensif di hutan sekunder pada siang hari 46.2 dan di kebun 50.4 pada malam hari dapat menjadi pedoman pengunjung dalam melakukan aktivitas menjumpai gajah liar di lapangan. Jarak tempuh gajah pada siang hari sejauh 153 m per jam dan malam hari 118 m per