73 teknologi akan dijadikan sebagai fokus dalam perancangan pola implementasi co-
management terpilih pada Bab 7 disertasi ini. Rancangan pola implementasi
tersebut, nantinya diharapkan semakin menyempurnakan pelaksanaan co- management
perikanan tangkap di Palabuhanratu. Nikijuluw 2002 menyatakan bahwa pelaksanaan co-management yang efektif sangat penting untuk menangkal
akses negatif dari rezim dan era pengelolaan perikanan yang open access saat ini. Bila pelaksanaan co-management perikanan tangkap Palabuhanratu dilihat
dari kondisi internal pengelolaan yang ada, maka pelaksanaannya sudah termasuk “cukup baik”. Total skor faktor internal sekitar 2,66 pada skala 1-4
menunjukkan indikasi ini. Dalam kaitan dengan penyediaan modal mandiri, serta koordinasi dan kontrol internal yang lebih baik dapat meningkatkan kemandirian
pengelolaan perikanan dan atas kesadaran sendiri, nelayan saling mengontrol satu sama lain untuk pengelolaan sarana penangkapan yang ramah lingkungan.
Menurut Hou 1997 dan Garrod dan Willis 1999 menyatakan bahwa kekuatan modal menjadi hal penting untuk ekspansi usaha ekonomi dan kreativitas pelaku
ekonomi lokal sangat menentukan ketahanan usaha ekonomi dalam menghadapai berbagai masalah krisis yang mungkin terjadi.
4.6 Kesimpulan
Kondisi co-management yang terdapat di Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi dewasa ini termasuk dalam kategori cukup baik dengan pengaruh
internal 2,66 pada skala 1-4 dan variabel dominan yang mempengaruhi co- management
tersebut adalah sumberdaya manusia SDM, modal, dan teknologi.
4.7 Saran
Penelitian yang dilakukan di Asia dan Afrika Selatan menunjukkan bahwa aspek kelembagaan dalam co-management merupakan hal yang penting, namun
dalam disertasi ini peran kelembagaan khususnya koperasi rendah dikaitkan dengan peran koperasi sebagai lembaga keuangan menyediakan modal. Oleh
karena itu disarankan untuk penelitian berikutnya mengkaji lebih dalam aspek kelembagaan yang ada di Palabuhanratu kemungkinan berpengaruh pada co-
management .
75
5 PENENTUAN USAHA PERIKANAN TANGKAP POTENSIAL
5.1 Pendahuluan
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 dinyatakan bahwa tujuan pembangunan perikanan tangkap adalah 1
meningkatkan kesejahteraan nelayan dan 2 menjaga kelestarian sumberdaya ikan dan lingkungannya. Tujuan tersebut sesuai dengan prinsip pengelolaan
perikanan bertanggung jawab sebagaimana dijelaskan dalam Kode Tindak Perikanan Bertanggung Jawab Code of Conduct for Responsible Fisheries yang
menekankan keselarasan kegiatan pemanfaatan dengan kegiatan pelestarian. Dalam konteks pemanfaatan, menurut Ditjen Perikanan Tangkap 2004, sasaran
yang ingin dicapai dalam pembangunan perikanan tangkap pada akhir tahun 2009 adalah : 1 tercapainya produksi perikanan tangkap sebesar 5,472 juta ton; 2
meningkatnya pendapatan nelayan rata-rata menjadi Rp. 1,5 jutabulan; 3 meningkatnya nilai ekspor hasil perikanan menjadi US 5,5 milyar; 4
meningkatnya konsumsi dalam negeri menjadi 30 kgkapitatahun; dan 5 penyerapan tenaga kerja perikanan tangkap termasuk nelayan sekitar 4 juta
orang. Kegiatan penentuan yang mencakup penentuan jenis dan alokasi usaha
perikanan tangkap yang potensial dianggap perlu dilakukan di Palabuhanratu untuk mendukung co-management bagi pengelolaan yang lebih baik pada
kegiatan perikanan tangkap yang ada. Hal ini penting supaya model co- management
terpilih nantinya dapat diimplementasikan secara maksimal pada berbagai usaha perikanan tangkap dan dapat memenuhi berbagai kriteriaaspek
pengelolaan perikanan tangkap yanga ada. Terkait dengan ini, maka penentuan usaha perikanan tangkap potensial ini akan dilakukan dengan mempertimbangkan
berbagai kriteriaaspek pengelolaan yang terkait, seperti aspek biologi, aspek teknologi, aspek ekonomi, serta aspek sosial dan budaya. Unit usaha perikanan
tangkap yang selama ini beroperasi di Palabuhanratu, yaitu payang, pancing ulur, jaring rampus, bagan apung, trammel net, purse seine, gillnet, pancing tonda, dan
longline .
76 Model co-management yang baik adalah model co-management yang
relevan dengan kondisi pengelolaan perikanan tangkap saat ini yang mengakomodir kriteria pengelolaan yang ingin dicapai, namun juga
memperhatikan kondisi pengelolaan yang ada. Di Palabuhanratu tentu terdapat beberapa kriteria pengelolaan yang ingin dicapai yang merupakan representasi
kepentingan komponen dan stakeholders yang ada di sana. Model co-management yang dikembangkan di Palabuhanratu ke depan hendaknya telah melalui proses
pertimbangan terkait kriteria pengelolaan, keterbatasan yang ada di lokasi, serta kepentingan komponen pengelolaan yang ada. Hal ini supaya model tersebut
mempunyai dampak nyata bagi pengelolaan perikanan tangkap Palabuhanratu di masa datang.
Realisasi model co-management umumnya terlihat dalam pelaksanaan beberapa usaha perikanan tangkapoperasi unit penangkapan yang ada di lokasi.
Model co-management dapat diandalkan dalam pengembangan usaha perikanan tangkap potensial. Supaya usaha perikanan tersebut berkelanjutan dan nantinya
tidak ada konflik dalam pengelolaannya, maka jenis dan alokasi usaha perikanan tangkap tersebut haruslah diketahui secara tepat. Usaha perikanan tangkap yang
ada di Palabuhanratu sangat beragam jenisnya, belum diketahui secara persis mana saja yang potensial dikembangkan ke depan, berapa alokasi optimal
pengembangannya, dan mana saja yang bersesuaian dengan prinsip-prinsip co- management
. Kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu tidak pernah lepas dari
permasalahan yang menyangkut sumberdaya manusia yang terlibat, teknologi penangkapan yang digunakan, ketersediaan modal maupun kinerja usaha
perikanan tangkap. Bila suatu model co-management dipilih untuk mengeliminir permasalahan yang ada sekaligus memotivasi partisipasi luas semua komponen
pengelolaan, maka co-management haruslah dilengkapi dengan solusi dan panduan implementasinya. Solusi implementasi model co-management dapat
dikatakan baik bila sinkron dengan dinamika usaha perikanan tangkap dan relevan dengan kebutuhan pemecahan masalah. Terkait dengan itu, maka solusipola
implementasi minimal menyangkut dukungan pengembangan sumberdaya manusia, dukungan pengembangan teknologi penangkapan, dukungan penyediaan