16 Pada periode 2005-2007, terjadi peningkatan signifikan jumlah alat tangkap
bagan sekitar 57,09, dan hal ini diikuti oleh kenaikan jumlah nelayan sebesar 37,38. Peningkatan ini lebih disebabkan oleh adanya introduksi teknologi
bagan dari luar yang cenderung meningkatkan motivasi nelayan. Diantaranya dari Indramayu dan Cirebon yang mempekenalkan cara penggunaan lampu dengan
kapasitas maksimal untuk mengundang gerombolan ikan datang ke bagan Pemerintah Kabupaten Sukabumi, 2006.
2.1.4 Pemasaran hasil perikanan
Pemasaran hasil perikanan dari pelabuhan perikanan nusantara Palabuhanratu berupa produk ikan segar dan ikan olahan ikan asin dan pindang.
Daerah tujuan distribusi meliputi Palabuhanratu lokal dan distribusi antar kota meliputi Sukabumi, Jakarta, Bandung, Bogor dan Cianjur. Untuk memenuhi
kebutuhan ikan di pelabuhan perikanan nusantara Palabuhanratu ada juga ikan yang didatangkan dari daerah lain melalui jalur darat di antaranya dari Jakarta,
Indramayu, Binuangen, Loji, Cisolok, Ujung Genteng dan Juwana Provinsi Jawa Tengah Ditjen Perikanan Tangkap, 2006
2.2 Pengelolaan Berbasis Co-management
Menurut Pomeroy dan Williams 1994 dalam Bengen 2004 bahwa konsep pengelolaan yang mampu menampung banyak kepentingan, baik kepentingan
masyarakat maupun kepentingan pengguna lainnya adalah konsep cooperative management atau dengan Ko-manajemen Co-management. Ko-manajemen
didefinisikan sebagai pembagian tanggung jawab dan wewenang antara Pemerintah dengan pengguna sumberdaya alam lokal masyarakat dalam
pengelolaan sumberdaya alam seperti perikanan, terumbu karang, mangrove dan lain sebagainya. Dalam ko-manajemen ini, pihak masyarakat dan Pemerintah
harus saling berinteraksi baik berupa konsultasi maupun penjajakan awal, misalnya bilamana Pemerintah akan menetapkan peraturan pengelolaan
sumberdaya alam di suatu wilayah. Dalam konteks konsep ko-manajemen, masyarakat lokal merupakan mitra
patner penting bersama-sama dengan Pemerintah dan stakeholders lainnya dalam pengelolaan sumberdaya alam di suatu kawasan. Ko-manajemen