Kapal perikanan Pengelolaan Perikanan di Palabuhanratu .1 Produksi perikanan

22 Perikanan industri pada umumnya memiliki modal usaha yang lebih besar, sarana dan prasarana lebih lengkap. Akibatnya produksi per upaya penangkapan lebih besar dibandingkan dengan perikanan rakyat. Dengan kondisi sarana yang lebih lengkap, mutu hasil tangkapanan akan lebih baik dan dapat memenuhi persyaratan yang diminta oleh pasar, termasuk pasar ekspor. Dengan demikian, perikanan industri diharapkan dapat mengemban misi negara yang secara aktif ikut membangun perekonomian nasional, meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat PT. Usaha Mina, 2000.

2.3.2 Permasalahan perikanan tangkap Indonesia

Menurut Baskoro 2008 terdapat masalah yang kompleks dan klasik pada usaha perikanan tangkap di Indonesia diantaranya selektifitas alat tangkap, perusakan habitat misalnya pemboman, alat yang berbahaya bagi nelayan, by catch tinggi, dampak biodiversity alat tangkap tinggi, alat tangkap tidak diterima masyarakat misalnya trawl. Pendapat lain juga ada yang menyatakan bahwa masalah perikanan tangkap Indonesia bukan hanya masalah sumberdaya manusia yang lemah, namun berbagai faktor lain seperti masalah ekologi dan biologi ikan yang rusak, jumlah populasi nelayan meningkat yang tidak diiringi dengan pengelolaan perikanan yang baik, semua ini menyebabkan tekanan pada nelayan membuat mereka melakukan praktek penangkapan ikan yang merusak lingkungan yang pada akhirnya membuat lesu dunia perikanan, khususnya tangkap. Komisi Nasional Pengkajian Potensi Sumberdaya Ikan Laut 2008 dan Nurhakim 2007 menyatakan bahwa penurunan hasil tangkapan merupakan permasalahan yang serius pada perikanan tangkap Indonesia. Penurunan hasil tangkapan yang didaratkan di tempat-tempat pendaratan ikan disinyalir banyak pihak bahwa semakin kecil stok ikan di berbagai belahan bumi. Faktor penyebabnya karena ekosistem ikan rusak, penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan destructive fishing methods. Eksploitasi yang berlebihan disebabkan oleh berbagai faktor baik sendiri-sendiri maupun secara kombinasi, termasuk pertumbuhan populasi penduduk, penggunaan alat tangkap modern yang efektif, tapi metodenya merusak. Dukungan Pemerintah yang rendah juga dianggap sebagai masalah penting dalam pengembangan perikanan tangkap Indonesia. Dukungan Pemerintah pada 23 perikanan biasanya lebih ditujukan kepada pengembangan perikanan komersial karena mereka memiliki administrasi perusahaan yang lengkap dan memiliki aset yang dapat ditarik jika tidak mampu melunasi bunga uang yang dipinjam. Dukungan Pemerintah kepada perikanan pantai skala kecil hampir tidak ada karena mereka tidak mempunyai administrasi yang jelas, kadang-kadang tempat tinggalnya pun berpindah-pindah. Hal lainnya law enforcement yang masih rendah ditambah dengan partisipasi masyarakat yang rendah dalam menjaga dan melestrasikan sumberdaya perikanan juga merupakan kegagalan semua pihak termasuk Pemerintah dalam menata usaha perikanan tangkap. Komitmen Pemerintah dalam mendukung pembangunan perikanan laut, merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan di Sektor perikanan laut. Melihat rumitnya struktur kelembagaan yang ikut ambil bagian dalam menangani persoalan-persoalan perikanan laut membuat semakin banyaknya masalah- masalah yang timbul, untuk itu perlu penataan kembali lembaga-lembaga yang terkait dalam bidang perikanan laut sehingga wewenang dan fungsinya jelas dan optimal Dahuri, 2001. Penyuluhan perikanan juga terbatas di Indonesia, sehingga kurang terjadi transformasi knowledge dan teknologi kepada nelayan. Kegiatan menyuluh bukan hal yang gampang karena berkaitan dengan merubah sikap dan perilaku apalagi kalau merubah perilaku manusia yang memiliki pendidikan yang rendah. Jikapun ada SDM penyuluh, terkadang kinerja juga kurang baik. Hal ini karena biaya penyuluh dikontrak Pemerintah dan dipekerjakan per tahun by project, sehingga tanggung jawab dan kontinyuitas pengabdian mereka terbatas. Disamping penyuluhaan, pengawasan juga diperlukan terhadap pemanfaatan sumberdaya ikan di ZEE oleh kapal-kapal ikan asing yang mendapat ijin untuk beroperasi di perairan ZEE Indonesia, sehingga pencurian ikan oleh kapal asing dapat ditekan sedemikian rupa sehingga sumberdaya ikan tetap terjaga Budiono, 2005. Menurut Fauzi dan Anna 2005, overfishing terjadi karena sulit mengendalikan faktor input dalam quasi open acces yang pada akhirnya sulit mengukur seberapa besar kapasitas perikanan yang dialokasikan di suatu wilayah perairan. Dalam kondisi ini sulit untuk mengetahui apakah perikanan dalam keadaan over capacity atau under capacity. Overfishing merupakan permasalahan