Lokasi dan Waktu Penelitian
45 kendalapembatas dalam pengelolaan perikanan tangkap di Palabuhanratu,
termasuk dengan menerapkan model co-management diantaranya adalah ketersediaan sumberdaya, sumber dan jumlah modal, kondisi sarana prasarana
perikanan dan pendukungnya, lingkup kewenangan, dan tata ruang kewilayahan. Faktor pembatas tersebut akan menentukan dan mempengaruhi pemenuhan
kriteria pengelolaan perikanan yang perlu dicapai, dimana dalam struktur hierarki, faktor tersebut berada di level 3. Sedangkan alternatif model co-management yang
ditawarkan untuk mendukung pengelolaan perikanan tangkap potensial di Palabuhanratu ada berbagai tipe co-management dalam pengelolaan sumberdaya
menurut Jentoft 1989 dan Nikijuluw 2002, yaitu : 1
Model co-management Instruktif 2
Model co-management Konsultatif 3
Model co-management Kooperatif 4
Model co-management Advokatif 5
Model co-management Informatif
Gambar 13 Struktur hierarki pemilihan model co-management pengelolaan perikanan tangkap di Palabuhanratu.
Pemilihan Model Co-management Pengelolaan Perikanan Tangkap
GOAL
Limit Factor
Sumberdaya Modal
Sarana Prasarana
Kewenangan
Kriteria Pengelolaan
Biologi Sosial Budaya
Teknologi Ekonomi
Co- management
Instruktif Co-
management Konsultatif
Co- management
Kooperatif Co-
management Advokatif
Co- management
Informatif
Alternatif Co- management
Tata ruang
46 Dalam struktur hierarki AHP, alternatif model co-management
pengelolaan perikanan tangkap ini akan mengisi posisi level 4 dalam struktur hierarki AHP yang dikembangkan. Berdasarkan semua uraian tersebut, maka
struktur hierarki pemilihan model co-management pengelolaan perikanan tangkap di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat dapat dirancang seperti
Gambar 13. Pada Gambar 13 terlihat bahwa ada tiga tahapan analisis hierarki yang dilakukan untuk pemilihan model co-management yang tepat bagi
pengelolaan perikanan tangkap potensial di Palabuhanratu, yaitu a analisis kepentingan empat aspek pengelolaan yang ingin dicapai dengan diberlakukannya
model co-management pengelolaan perikanan tangkap, b analisis kepentingan lima faktor pembatas dalam pengelolaan perikanan tangkap di Palabuhanratu, dan
c analisis kepentingan setiap alternatif model co-management pengelolaan perikanan. Untuk mengakomodir kepentingan semua komponen pengelolaan
dalam hierarki AHP ini, maka pendapatan dan pertimbangan semua stakeholders dan komponen terkait dengan pengelolaan perikanan tangkap di Palabuhanratu
sangat diharapkan. Pada bentuk co-management instruktif, informasi yang saling ditukarkan di
antara Pemerintah dan nelayan tidak begitu banyak. Tipe co-management ini hanya berbeda dari rezim pengelolaan oleh Pemerintah dalam hal adanya dialog
antara kedua belah pihak. Namun proses dialog yang terjadi bisa dipandang sebagai suatu instruksi karena pemerintah lebih dominan peranannya. Dalam
hubungan ini pemerintah menginformasikan kepada nelayan tentang rumusan- rumusan pengelolaan sumberdaya perikanan yang Pemerintah rencanakan untuk
dilaksanakan. Pada bentuk co-management konsultatif, masyarakat memiliki posisi yang
hampir sama dengan pemerintah. Dengan kata lain masyarakat mendampingi Pemerintah dalam menjalankan co-management. Oleh karena itu, ada mekanisme
yang membuat sehingga pemerintah berkonsultasi dengan masyarakat. Meskipun masyarakat bisa memberikan berbagai masukan kepada pemerintah, keputusan
apakah masukan tersebut harus digunakan tergantung sepenuhnya pada pemerintah. Dengan kata lain, pemerintah yang berperan dalam perumusan
pengelolaan sumberdaya perikanan.