Perumusan Masalah Model co management perikanan tangkap di Palabuhanratu

13 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Perikanan di Palabuhanratu 2.1.1 Produksi perikanan Dalam lima belas tahun operasional 1993-2007 sejak diresmikan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu PPNP pada tanggal 18 Februari 1993, perkembangan produksi ikan mengalami fluktuasi. Volume produksi ikan Palabuhanratu tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 36,37 diantaranya produksi ikan hasil tangkapan yang didaratkan di kolam pelabuhan mengalami peningkatan sebesar 10,89 dan volume produksi ikan yang masuk ke pelabuhan melalui jalan darat mengalami peningkatan Ditjen Perikanan Tangkap, 2007. Volume produksi ikan yang didaratkan di Palabuhanratu ternyata tidak dapat memenuhi kebutuhan ikan segar maupun untuk bahan baku olahan sehingga perlu didatangkan ikan dari luar pelabuhan untuk memenuhi permintaan pasar. Produksi ikan per jenis alat tangkap, ada yang mengalami peningkatan ada pula yang mengalami penurunan. Hasil tangkapan alat tangkap longline mengalami peningkatan sebesar 60,42, pancing ulur 443,3 dan alat tangkap rampus sebesar 166,2. Untuk alat tangkap lainnya rata-rata mengalami penurunan produksi hasil tangkapan. Gambar 3 menyajikan volume produksi ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu PPNP selama priode 2000-2009 PPN Palabuhanratu, 2010. 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun P ro d u k s i I k a n to n Gambar 3 Produksi Ikan di PPN Palabuhanratu Selama Periode 2000-2009. 14 Berdasarkan Gambar 3, produksi ikan di PPN Palabuhanratu cukup fluktuatif selama periode 2000-2009 namum mempunyai kecenderungan meningkat. Produksi ikan di PPN Palabuhanratu berkonstribusi 40-50 dari total produksi perikanan Kabupaten Sukabumi. Meskipun produksi ikan di PPN Palabuhanratu agak fluktuatif selama periode 2000-2009, tetapi nilai rupiah produksinya cenderung meningkat Gambar 4. Pada tahun 2000, nilai produksi ikan di di PPN Palabuhanratu sekitar Rp.21.437.100,00. Nilai ini terus meningkat hingga tahun 2009, dan peningkatan paling tajam terjadi pada periode 2004 ke 2005, yaitu dari Rp.15.920.235.650 pada tahun 2004 menjadi Rp.30.450.250.000 pada tahun 2005. Peningkatan nilai produksi tersebut lebih disebabkan oleh harga ikan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun PPN Palabuhanratu, 2010. 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun N il ai P ro d u ksi R p x j u ta Gambar 4 Nilai Produksi Ikan di PPN Palabuhanratu Selama Periode 2000-2009.

2.1.2 Kapal perikanan

Jumlah kapal perikanan baik perahu motor tempel maupun kapal motor yang beroperasi mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2006 yaitu sebesar 6,77. Jumlah kapal yang mendaratkan ikan lebih besar dari jumlah frekuensi masuk kapal. Hal ini disebabkan pada tahun 2007 jumlah kapal tuna longline yang melakukan aktifitas penangkapan ikan berkurang tetapi digantikan dengan kapal pengangkut ikan jenis lain. 15 Gambar 5 Kapal Perikanan di PPN Palabuhanratu Selama Periode 1993 – 2009.

2.1.3 Alat tangkap

Pada periode 2000-2009 di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, jumlah alat tangkap cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun. Fluktuasi dengan kecenderungan menurun terjadi pada alat gillnet, namun pada priode 2006-2007, meningkat kembali PPN Palabuhanratu, 2008. Gambar 6 memperlihatkan perkembangan jumlah alat tangkap gillnet, bagan, dan longline pada periode 2000-2009. Gambar 6 Perkembangan Jumlah Alat Tangkap Gillnet, Bagan, dan Longline di Palabuhanratu. 16 Pada periode 2005-2007, terjadi peningkatan signifikan jumlah alat tangkap bagan sekitar 57,09, dan hal ini diikuti oleh kenaikan jumlah nelayan sebesar 37,38. Peningkatan ini lebih disebabkan oleh adanya introduksi teknologi bagan dari luar yang cenderung meningkatkan motivasi nelayan. Diantaranya dari Indramayu dan Cirebon yang mempekenalkan cara penggunaan lampu dengan kapasitas maksimal untuk mengundang gerombolan ikan datang ke bagan Pemerintah Kabupaten Sukabumi, 2006.

2.1.4 Pemasaran hasil perikanan

Pemasaran hasil perikanan dari pelabuhan perikanan nusantara Palabuhanratu berupa produk ikan segar dan ikan olahan ikan asin dan pindang. Daerah tujuan distribusi meliputi Palabuhanratu lokal dan distribusi antar kota meliputi Sukabumi, Jakarta, Bandung, Bogor dan Cianjur. Untuk memenuhi kebutuhan ikan di pelabuhan perikanan nusantara Palabuhanratu ada juga ikan yang didatangkan dari daerah lain melalui jalur darat di antaranya dari Jakarta, Indramayu, Binuangen, Loji, Cisolok, Ujung Genteng dan Juwana Provinsi Jawa Tengah Ditjen Perikanan Tangkap, 2006

2.2 Pengelolaan Berbasis Co-management

Menurut Pomeroy dan Williams 1994 dalam Bengen 2004 bahwa konsep pengelolaan yang mampu menampung banyak kepentingan, baik kepentingan masyarakat maupun kepentingan pengguna lainnya adalah konsep cooperative management atau dengan Ko-manajemen Co-management. Ko-manajemen didefinisikan sebagai pembagian tanggung jawab dan wewenang antara Pemerintah dengan pengguna sumberdaya alam lokal masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam seperti perikanan, terumbu karang, mangrove dan lain sebagainya. Dalam ko-manajemen ini, pihak masyarakat dan Pemerintah harus saling berinteraksi baik berupa konsultasi maupun penjajakan awal, misalnya bilamana Pemerintah akan menetapkan peraturan pengelolaan sumberdaya alam di suatu wilayah. Dalam konteks konsep ko-manajemen, masyarakat lokal merupakan mitra patner penting bersama-sama dengan Pemerintah dan stakeholders lainnya dalam pengelolaan sumberdaya alam di suatu kawasan. Ko-manajemen