Alokasi optimal usaha perikanan tangkap .1 Hasil perancangan formula
106 operasinya cukup stabil setiap tahun rata-rata 10 bulan operasi per tahun.
Menurut PPN Palabuhanratu 2010, penerapan tenaga kerja perikanan tangkap di Palabuhanratu cenderung meningkat dari tahun ke tahun, dengan peningkatan
signifikan terjadi pada usaha perikanan payang, gillnet, dan pancing tonda. Pada tahun 2000, jumlah nelayan Palabuhanratu sekitar 2.354 orang, dan pada tahun
2009, jumlah mereka diperkirakan sudah mencapai 5.234 orang
PPN Palabuhanratu, 2010. Payang, gillnet, dan pancing tonda juga tergolong dari aspek ekonomi dalam
pengelolaannya Tabel 17, sehingga kebutuhan hidup keluarga nelayan, pendidikan anak, dan rasa tentram juga dapat dipenuhi dan dinikmati oleh selama
bekerja pada usaha perikanan tangkap tersebut. Musick et al. 2008 menyatakan bahwa sistem proteksi pengelolaan perikanan tidak hanya diupayakan pada
pelestarian stock sumberdaya ikan, tetapi juga perlu untuk perlindungan mata pencaharian dan kehidupan keluarga nelayan sekitar. Hal ini penting untuk
menggerakkan partisipasi masyarakat lokal dalam setiap program pengelolaan yang berkelanjutan di suatu kawasan perairan.
Longline juga mempunyai kontribusi yang baik dari aspek sosial dan budaya
ini, namun sedikit di bawah payang dan gillnet terutama dalam memberikan kenyaman secara sosial. Hal ini bisa jadi karena operasi setiap trip penangkapan
gillnet bisa memakan waktu 1-2 bulan, sehingga kurang nyaman terutama bagi
keluarga yang ditinggalkan. Di samping itu, lamanya di laut cenderung membuat nelayan lepas kontrol saat kembali ke daratan. Hasil penelitian Purba 2009 di
Indaramayu menunjukkan bahwa setelah nelayan kembali dari melaut selama 30-45 hari, banyak diantara yang mengadakan pesta minuman keras untuk
menghilangkan kepenatan selama di laut, dan bahkan ada yang meninggal karena kelebihan dosis. Bila model co-management pengelolaan perikanan tangkap
dikembangkan di Palabuhanratu, hal-hal seperti ini perlu menjadi fokus pembinaan sehingga usaha perikanan yang ada lebih bermanfaat bagi kehidupan
nelayan dan ekonomi daerah. Tabel 20 dan Tabel 21 menggabungkan semua aspek pengelolaan dalam menilai payang, pancing ulur, jaring rampus, bagan
apung, trammel net, purse seine, gillnet, pancing tonda, dan longline di Palabuhanratu. Dari penilaian gabungan aspek biologi, teknologi, ekonomi, sosial
107 dan budaya, terpilih longline, payang, gillnet, dan pancing tonda sebagai usaha
perikanan tangkap potensial untuk mendukung penerapan model co-management kooperatif pada pengelolaan perikanan tangkap.
Longline menjadi usaha perikanan tangkap paling unggulpotensial dari
penilaian gabungan aspek pengelolaan lebih karena usaha perikanan tangkap ini handal dari aspek teknologi dan ekonomi, sementara aspek lainnya seperti biologi,
sosial dan budaya juga sangat baik walaupun tidak paling tingggi. Menurut Ruddle et al. 1992 menyatakan pengelolaan perikanan harus memberikan
dampak yang baik bagi semua elemen pengelolaan meskipun tidak harus sama. Hal ini penting supaya tidak terjadi ketimpangan dalam pengelolaan yang bisa
berdampak pada kelangkaan sumberdaya, konflik sosial, dan kerusakan lingkungan. Bila memperhatikan hal ini, maka dapat dikatakan bahwa longline
dapat memenuhi dengan sangat baik semua aspek pengelolaan sehingga tepat dipilih sebagai usaha perikanan tangkap paling potensial dalam mendukung model
co-management pengelolaan perikanan tangkap di Palabuhanratu.
Payang, gillnet, dan pancing tonda umumnya handal dari aspek biologi dan aspek sosial dan budaya. Bila mengacu kepada hal ini, maka ketiga usaha
perikanan tangkap dapat diandalkan untuk kegiatan pemanfaatan yang ramah lingkungan, pelibatan masyarakat secara luas pada kegiatan perikanan, dan dapat
mendukung peningkatan kesejahteraan nelayan. Hasil penelitian Karyana 1993 dan Gandhi 2008 menunjukkan bahwa pancing tonda dan gillnet banyak
digunakan di perairan Kalimantan Barat dan menurut Pemerintah Daerah lebih sesuai untuk perairan yang tidak terlalu dalam dan kaya biota perairannya.
Menurut DKP Kabupaten Sukabumi 2006, secara sosial, payang termasuk usaha perikanan tangkap yang banyak menyerap tenaga kerja, dimana dalam
setiap trip operasi penangkapannya membutuhkan ABK sekitar 12-18 orang. Bila usaha perikanan payang saat ini jumlahnya mencapai 81 unit, maka setiap operasi
penangkapannya membutuhkan ABK sekitar 972-1377 orang. Sedangkan menurut PPN Palabuhanratu 2010, operasi penangkapan ikan menggunakan payang dapat
berlangsung selama 10-12 bulan dalam setahun. Operasi pada bulan-bulan tertentu biasanya dihentikan bila ada doking saja, dan bukan karena misalnya ikan target
menipis di perairan. Payang, gillnet, dan pancing tonda juga handal dari aspek
108 teknologi dan ekonomi, walaupun dengan nilai fungsi tidak terlalu tinggi. Bila
melihat hasil analisis Tabel 20, maka ketiga usaha perikanan tangkap tersebut memenuhi semua persyaratan kelayakan usaha , seperti NPV 1, BC ratio 1,
IRR 6,25 , dan ROI 1. Menurut Gaspersz 1992, bila usaha bisnis memenuhi semua persyaratan tersebut, maka dapat dipastikan bahwa usaha bisnis
tersebut akan memberi manfaat bagi kesejahteraan pelakunya dan pertumbuhan ekonomi kawasan.
Mengacu kepada hal tersebut, maka longline, payang, gillnet, pancing tonda dapat dikatakan lebih tepat mendukung pengelolaan perikanan tangkap terutama
dengan menerapkan model co-management dibandingkan lima usaha perikanan tangkap lainnya. Hasil penilaian gabungan aspek biologi, teknologi, ekonomi,
sosial dan budaya yang lebih rendah untuk pancing ulur, jaring rampus, bagan apung, trammel net, dan purse seine memberi indikasi hal ini. Namun demikian,
bila kondisi pengelolaan yang ada mengalami ketimapangan, misal pencemaran serius di perairan, sehingga pengelolaan difokuskan pada aspek tertentu saja,
maka pilihan usaha perikanan tangkap yang bisa saja berubah. Menurut Garrod dan Willis 1999, aspek biologi dan lingkungan menjadi prioritas utama
penanganan pada kawasan yang terdegradasi, dan bila hal ini tidak ditangani segera, maka nilai ekonomi pemanfaatan kawasan akan berkurang.
Untuk mengoptimalkan peran longline, payang, gillnet dan pancing tonda dalam mendukung pengelolaan perikanan tangkap terutama dengan menerapkan
model co-management, maka jumlah usaha perikanan tangkap tersebut harus sesuai dengan kebutuhan optimal pengelolaan perikanan tangkap Palabuhanratu.
Hasil analisis pada Tabel 22 menunjukkan bahwa alokasi optimal dari usaha perikanan payang, gillnet, pancing tonda, dan gillnet di Palabuhanratu masing-
masing sekitar 141 unit, 31 unit, 30 unit, dan 20 unit. Bila dibandingkan dengan jumlah saat ini, payang perlu ditambah 60 unit, gillnet tetap, pancing dan longline
perlu dikurangi 30 unit dan 3 unit. Alokasi optimal tersebut merupakan jumlah yang paling tepat atau ideal untuk keempat usaha perikanan tangkap pada kondisi
sumberdaya, pola pengelolaan, dan infrastruktur seperti saat ini. Dahuri 2001 menyatakan penggalian potensi perikanan dan kelautan harus dapat memberikan
manfaat yang sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat dan kelangsungan
109 pemanfaatan. Supaya hal ini bisa terjadi, maka potensi stock sumberdaya, dan
kesiapan infrastruktur perikanan, dan mekanisme pengelolaan diidentifikasi dan dipersiapkan dengan biak.
Dalam kaitan ini, maka dalam pengelolaan perikanan tangkap dengan menerapkan model co-management kooperatif, harus sebisa mungkin dapat
mengupayakan alokasi payang, gillnet, pancing tonda di Palabuhanratu sesuai dengan rekomendasi optimal tersebut. Alokasi alokasi payang dapat menjadi
substitusipengganti lima jenis usaha perikanan tangkap lainnya yang tidak terpilih sebagai usaha perikanan tangkap unggulanpotensial. Substitusi ini dapat
dilakukan dengan difasilitasi oleh Pemerintah Daerah atau pihak lainnya yang dianggap berkomponen. Hartoto et al. 2009 menyatakan Pemerintah Daerah
dapat menjadi penggerak sekaligus penengah bagi kegiatan perubahan ke arah yang lebih baik dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Perguruan tinggi dan
lembaga penelitian perlu mendukung Pemerintah Daerah dalam program tersebut, terutama terkait dengan pengembangan teknologi perikanan, penyuluhan, dan
bimbingan teknis usaha perikanan. Usaha perikanan pancing tonda dan longline yang diminta dikurangi dapat
dilakukan secara bertahap, misalnya dengan mengoperasikan usaha perikanan tangkap tersebut sampai umur teknisnya habis dalan lainnya. Hal ini penting
untuk menghindari penolakan dari masyarakat nelayan, sehingga kegiatan pengelolaan dengan menerapkan model co-management dapat dilakukan secara
optimal. Nikijuluw 2002 menyatakan bahwa kekuatan utama dalam pelaksanaan co-management
pada kegiatan perikanan adalah bagaimana meningkat peran masyarakat nelayan dalam semua kegiatan pengelolaan baik yang bersifat
pemanfaatan maupun yang bersifat pelestariankonservasi.