Posisi co-management perikanan tangkap di Palabuhanratu
72 selama ini. Menurut Rangkuti 2004, kondisi ideal pengelolaan skor 4 untuk
faktor internal maupun eksternal memang sulit dicapai, tetapi hal tersebut harus tetap diupayakan untuk didekati, sehingga terjadi perbaikan yang terus-menerus
dalam kegiatan pengelolaan. Hartoto et al. 2009 menyatakan bahwa upaya perbaikan terus-menerus harus menjadi tujuan dari pelibatan masyarakat dalam
kegiatan perikanan, dan perbaikan tersebut hendaknya dimulai dari aspek yang vital yang menentukan keberlanjutan kegiatan perikanan.
Mengacu kepada hal ini, maka aspekvariabel yang dominan mempengaruhi pelaksanaan co-management perikanan tangkap di Palabuhanratu Tabel 8 harus
menjadi fokus bagi perbaikan di masa datang. Sumberdaya manusia SDM, modal, dan teknologi dapat dikatakan sebagai penggerak utama terjadinya
kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan di lokasi. Soenarno, et. al 2007 dalam penelitiannya menyatakan sumberdaya manusia menjadi penyebab utama
keberhasilan dan kemunduran yang terjadi pada kegiatan perikanan. Banyak daerah yang tidak terlalu melimpah potensi sumberdaya, ikannya, tetapi karena
kegiatan perikanan dikelola dengan baik, SDM handal dan dapat mengembangkan jalur bahan baku dan pasar yang baik, maka kegaitan perikanan tersebut tetap
tumbuh berkembang dengan baik. Banyak variabel yang mempengaruhi pelaksanaan co-management
perikanan tangkap di Palabuhanratu. Mengacu kepada Kesteven 1993, BPS 1991, Hartoto et al. 2009, variabel pengelolaan yang menentukan
keberhasilan kegiatan perikanan tangkap termasuk dengan menerapkan co- management
adalah sumberdaya ikan SDI, sumberdaya manusia SDM, teknologi penangkapan, pasar, modal, prasarana pelabuhan, sarana transportasi
produk, dan kegiatan usaha pendukung. Modal dan teknologi menjadi alat bagi SDM yang handal untuk
menjalankan bisnis perikanan. Menurut Hanna 1995 dan Garrod dan Willis 1999, kekuatan modal akan menentukan skala usaha dan kestabilanya terhadap
berbagai gangguan yang mengancam, sedangkan pemilihan teknologi yang tepat dengan melibatkan kemampuan dan keahlian yang ada di masyarakat dapat
menumbuhkan kreativitas dan kemandirian kegiatan pengelolaan suatu kawasan. Terkait dengan ini, maka aspek sumberdaya manusia SDM, modal, dan
73 teknologi akan dijadikan sebagai fokus dalam perancangan pola implementasi co-
management terpilih pada Bab 7 disertasi ini. Rancangan pola implementasi
tersebut, nantinya diharapkan semakin menyempurnakan pelaksanaan co- management
perikanan tangkap di Palabuhanratu. Nikijuluw 2002 menyatakan bahwa pelaksanaan co-management yang efektif sangat penting untuk menangkal
akses negatif dari rezim dan era pengelolaan perikanan yang open access saat ini. Bila pelaksanaan co-management perikanan tangkap Palabuhanratu dilihat
dari kondisi internal pengelolaan yang ada, maka pelaksanaannya sudah termasuk “cukup baik”. Total skor faktor internal sekitar 2,66 pada skala 1-4
menunjukkan indikasi ini. Dalam kaitan dengan penyediaan modal mandiri, serta koordinasi dan kontrol internal yang lebih baik dapat meningkatkan kemandirian
pengelolaan perikanan dan atas kesadaran sendiri, nelayan saling mengontrol satu sama lain untuk pengelolaan sarana penangkapan yang ramah lingkungan.
Menurut Hou 1997 dan Garrod dan Willis 1999 menyatakan bahwa kekuatan modal menjadi hal penting untuk ekspansi usaha ekonomi dan kreativitas pelaku
ekonomi lokal sangat menentukan ketahanan usaha ekonomi dalam menghadapai berbagai masalah krisis yang mungkin terjadi.