58 menjamin terlaksananya co-management yang baik pada semua aspek
pengelolaan perikanan tangkap di Palabuhanratu. Jumlah nelayan di Palabuhanratu cukup banyak yaitu 5.234 orang pada tahun 2009. Walaupun
nelayan cukup banyak namun organisasi nelayan seperti koperasi dan kelompok nelayan belum banyak berkembang dan memberi konstribusi untuk penyediaan
perbekalan bagi nelayan. Banyak kebutuhan nelayan, seperti beras, minyak goreng, indomie, dan lainnya masih dibeli di pasar lokal yang harganya tentu yang
berlaku umum di pasar, meskipun dibeli dalam jumlah besar.
4.4.2 Kondisi eksternal pelaksanaan co-management
4.4.2.1 Faktor peluang
Hasil identifikasi faktor eksternal yang menjadi peluang terlaksananya co- management
perikanan tangkap di Palabuhanratu disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Faktor eksternal co-management perikanan tangkap di Palabuhanratu
Faktor Eksternal Bobot
Rating Skor
Peluang : Kedekatan dengan pasar potensial jalur ekspor
0,18 4
0,72 Intensitas program riset dan konservasi SDI
0,09 3
0,27 Adanya promosi potensi perikanan
0,08 3
0,24 Trend kerjasama permodalan dengan pihak luar
0,10 2
0,2 Bimbingan teknis introduksi teknologi baru dari PT
0,08 3
0,24 Ancaman :
Kegiatan monopolipengaturan harga oleh kelompok tertentu
0,15 2
0,3 Pendampingan dan hibah yang bernuansa politis
0,10 1
0,1 Ide pembagian zona pemanfaatan perairan
0,07 2
0,14 Pengawasan eksternal yang lemah dari aparat
0,05 1
0,05 Pencemaran lingkungan
0,10 2
0,2 Total
1 2,46
Faktor kedekatan dengan pasar potensial dan jalur ekspor, serta faktor trend kerjasama permodalan dengan pihak luar memberi peluang besar bagi
pelaksanaan co-management perikanan tangkap dengan bobot masing-masing 0,19 dan 0,10. Kedekatan Palabuhanratu dengan Ibukota negara membuka
peluang yang luas untuk pemasaran hasil perikanan dari Palabuhanratu. Kedekatan dengan bandar udara internasional Cengkareng dan pelabuhan laut
59 internasional Tanjung Priok juga membuka peluang pengembangan pasar hasil
perikanan tangkap Palabuhanratu. Dengan akses transportasi yang cukup baik ini peluang menarik minat investor untuk berkolaborasi dengan masyarakat setempat
guna mengembangkan usaha perikanan tangkap terbuka lebar. Tabel 4 Riset perikanan yang melibatkan masyarakat lokal di Palabuhanratu
No Jenis riset
Fokus Pelibatan Masyarakat Lokal
1. Penelitian usaha perikanan
potensial, PEMP DKP RI dan LSM, 2001 – 2002
Identifikasi kelayakan usaha, pengembangan
usaha potensial Responden, terlibat dalam dalam
identifikasi usaha perikanan potensial, pelatihan kelayakan usaha
2. Kajian Mutu Produk Olahan
Ikan by Catch, IPB, 2002 – 2005,
Uji mutu ikan by catch hasil tangkapan nelayan,
alternatif olahan produk ikan by catch
Responden, enumerator, ikut serta dalam pelatihan, bimbingan teknis
pengolahan ikan by catch,
3. Atraktor Cumi-cumi :
Teknologi Tepat Guna Pendesaan, IPB, 2003, 2010-
2011 Desain atraktor cumi
bunga karang dari kawat dan ban bekas, analisis
prospek ekonomi Ikut
serta dalam perancangan atraktor, pemasangan atraktor, dan
analisis finansial atraktor 4.
Pengembangan sistem informasi perikanan, Lembaga
Riset DKP RI dan perorangan, 2003, 2005, 2008
Pengembangan sistem informasi pelabuhan,
informasi penangkapan, dan lain-lain
Responden, terlibat dalam pengumpulan data lapang, dan FGD
pengembangan SIM
5. Kajian Zonasi Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, DKP RI, 2008-2009
Identifikasi fishing
ground, jalur
penangkapan, alat tangkap, dukungan sosial
Enumerator, responden, praktek operasi penangkapan, dan lainnya
6. Identifikasi peluang
pengembangan kawasan minapolitan, DKP, 2009-2010
Identifikasi dukungan
potensi SDI, usaha, infrastruktur, dan
dukungan masyarakat untuk kawasan
minapolitan Responden, terlibat dalam FGD,
launching oleh Menteri KKP, dan lainnya
7. Riset potensi perikanan lainnya,
2001 – 2010, PT, Lembaga Riset, LSM
Identifikasi SDI, alat tangkap, fishing ground,
dan lain-lain Enumerator,
responden, pendampingan lapang dan laut, dan
lainnya
Saat ini kerjasama “manajemen kolaboratif” berbagai stakeholders pada usaha perikanan tangkap di Palabuhanratu telah terjadi dengan baik. Kerjasama
kolaboratif ini telah terjadi pada usaha unit usaha longline, purse seine, dan pancing tonda. Banyak pengusaha dari Tegal, Pasuruan, dan lainnya telah
menjalin kerjasama dengan nelayan Palabuhanratu. Nelayan dari luar Palabuhanratu menitipkan kapalnya dan biaya operasional kepada nelayan
Palabuhanratu selama musim ikan dengan rating = 3 atau baik. Pola co- management
perikanan tangkap dalam hal menitipkan investasi alat tangkap kepada nelayan Palabuhanratu lebih baik daripada meminjamkan modal usaha
oleh bakultengkulak kepada nelayan. Co-management dalam hal meminjamkan alat tangkap kepada nelayan Palabuhanratu oleh nelayan dari daerah lain lebih
60 baik ini terlihat bahwa hasil tangkapan dan harga jual yang baik dinikmati
bersama nelayan ABK dan pengusaha pemilik kapal. Kegiatan riset perikanan juga intensif terjadi di lokasi, dimana nelayan dan
masyarakat lokal sering terlibat sebagai enumerator dan responden dalam kegiatan riset tersebut. Adapun kegiatan riset perikanan dan konservasi SDI yang
pernah terjadi di Palabuhanratu dengan melibatkan nelayan dan masyarakat lokal, diantaranya disajikan pada Tabel 4.
Promosi potensi perikanan merupakan faktor eksternal yang menjadi peluang bagi pengembangan co-management perikanan tangkap di Palabuhanratu.
Pengembangan kawasan perikanan tangkap dengan basis pelabuhan perikanan biasanya cukup mudah dengan mengundang investor melalui promosi perikanan.
Bentuk co-management perikanan tangkap yang dikembangkan guna mempromosikan potensi perikanan diantaranya pesta laut setiap tahun di
Palabuhanratu, pencanangan program minapolitan pada tahun 2010, pelibatan HNSI dan wakil nelayan dalam kegiatan promosi Kabupaten Sukabumi di
Bandung. Hubungan baik yang terbina melalui pola promosi perikanan ini memiliki rating = 3 atau baik.
Gambar 14 Introduksi teknologi dari eksternal pada pembuatan kapal perikanan.
Bimbingan teknis introduksi teknologi baru banyak terjadi di Palabuhanratu. Setiap tahunnya ada 5–10 kegiatan bimbingan teknis penangkapan ikan yang
dilakukan di Palabuhanratu. Bimbingan teknis dilaksanakan oleh perguruan tinggi