Jenis Data yang Dikumpulkan
46 Dalam struktur hierarki AHP, alternatif model co-management
pengelolaan perikanan tangkap ini akan mengisi posisi level 4 dalam struktur hierarki AHP yang dikembangkan. Berdasarkan semua uraian tersebut, maka
struktur hierarki pemilihan model co-management pengelolaan perikanan tangkap di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat dapat dirancang seperti
Gambar 13. Pada Gambar 13 terlihat bahwa ada tiga tahapan analisis hierarki yang dilakukan untuk pemilihan model co-management yang tepat bagi
pengelolaan perikanan tangkap potensial di Palabuhanratu, yaitu a analisis kepentingan empat aspek pengelolaan yang ingin dicapai dengan diberlakukannya
model co-management pengelolaan perikanan tangkap, b analisis kepentingan lima faktor pembatas dalam pengelolaan perikanan tangkap di Palabuhanratu, dan
c analisis kepentingan setiap alternatif model co-management pengelolaan perikanan. Untuk mengakomodir kepentingan semua komponen pengelolaan
dalam hierarki AHP ini, maka pendapatan dan pertimbangan semua stakeholders dan komponen terkait dengan pengelolaan perikanan tangkap di Palabuhanratu
sangat diharapkan. Pada bentuk co-management instruktif, informasi yang saling ditukarkan di
antara Pemerintah dan nelayan tidak begitu banyak. Tipe co-management ini hanya berbeda dari rezim pengelolaan oleh Pemerintah dalam hal adanya dialog
antara kedua belah pihak. Namun proses dialog yang terjadi bisa dipandang sebagai suatu instruksi karena pemerintah lebih dominan peranannya. Dalam
hubungan ini pemerintah menginformasikan kepada nelayan tentang rumusan- rumusan pengelolaan sumberdaya perikanan yang Pemerintah rencanakan untuk
dilaksanakan. Pada bentuk co-management konsultatif, masyarakat memiliki posisi yang
hampir sama dengan pemerintah. Dengan kata lain masyarakat mendampingi Pemerintah dalam menjalankan co-management. Oleh karena itu, ada mekanisme
yang membuat sehingga pemerintah berkonsultasi dengan masyarakat. Meskipun masyarakat bisa memberikan berbagai masukan kepada pemerintah, keputusan
apakah masukan tersebut harus digunakan tergantung sepenuhnya pada pemerintah. Dengan kata lain, pemerintah yang berperan dalam perumusan
pengelolaan sumberdaya perikanan.
47 Pada bentuk co-management kooperatif, masyarakat dan pemerintah pada
posisi yang sama atau sederajat. Dengan demikian, semua tahapan manajemen, sejak pengumpulan informasi, perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi dan
pemantauan institusi co-management berada dipundak kedua belah pihak. Pada bentuk co-management advokatif, peran masyarakat cenderung lebih
besar dari peran pemerintah. Masyarakat memberi masukan kepada pemerintah untuk merumuskan suatu kebijakan. Lebih dari itu, masyarakat justru dapat
mengajukan usul rancangan keputusan yang hanya tinggal dilegalisir oleh pemerintah. Kemudian pemerintah mengambil keputusan serta menetukan sikap
resminya berdasarkan usulan atau inisiatif masyarakat. Sedangkan pada bentuk co-management informatif, peran pemerintah makin
berkurang dan dilain pihak peran masyarakat lebih besar dibanding dengan empat bentuk co-management sebelumnya. Dalam hal ini pemerintah hanya memberikan
informasi kepada masyarakat tentang apa tentang apa yang sepatutnya dikerjakan oleh mayarakat. Dalam kontribusi yang lebih nyata, pemerintah menetapkan
delegasinya untuk bekerjasama dengan masyarakat dalam seluruh tahapan pengelolaan perikanan, sejak pengumpulan data, perumusan kebijakan,
implementasi serta pemantauan dan evaluasi.