Interaksi pengembangan teknologi Pola implementasi co-management terpilih
163 kooperatif yang menekankan keterlibatan dan kerjasama. Menurut Nikijuluw
2002, co-management kooperatif merupakan prinsip pengelolaan yang menekankan pada keterlibatan bersama stakeholders dalam berbagai program
pengelolaan. Dalam implementasinya, prakarsa dan motivator program dapat ditunjuk LSM atau lembaga pengabdian di perguruan tinggi.
Pelibatan LSM dalam mengerakkan program co-management melalui pendampingan dan bimbingan teknis oleh LSM ini pernah dilakukan di Pulau
San-Salvador, Filipina tahun 1989 Katon et al. 1999. Pada tahap awal, LSM tersebut membentuk sistem pengelolaan berbasis masyarakat yang mana beberapa
orang anggota masyarakat dibina dan dididik, sehingga menjadi contoh dan dapat membantu memotivasi rekannya. Kelompok masyarakat tersebut dibimbing tata
cara pengembangan teknologi penangkapan ikan ramah
lingkungan, pengembangan jaringan pasar, tata cara penyelesaian konflik yang terjadi di
antara mereka. Hal ini berhasil baik dan dipraktekkan terus oleh masyarakat Pulau San-Salvador, yang kemudian mendapat simpati dan tanggapan positif dari
Dewan Kota Masinloc dengan mengeluarkan Ordinasi Nomor 30-89 untuk melindungi kegiatan mereka dan kawasan perikanan di sekitarnya. Implementasi
co-management di Palabuhanratu melalui berbagai program pembianan nantinya diharapkan dapat menumbuhkan kemandirian nelayan dan masyarakat sekitar bagi
pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan. Untuk aspek teknologi, secara umum teknologi kapal, alat tangkap, dan alat
pendukung penangkapan sudah baik di Palabuhanratu, terutama untuk usaha perikanan tangkap unggulan payang, gillnet, pancing tonda, dan longline. Hasil
survei menunjukkan bahwa keempat usaha perikanan tangkap tersebut umumnya sudah memiliki peralatan pendukung seperti kompas, GPS, dan radio HT dalam
operasinya dan kapal yang digunakan umumnya berjenis kapal motor. Menurut PPN Palabuhanratu 2010, kapal gillnet, pancing tonda, dan longline yang
digunakan nelayan Palabuhanratu semuanya merupakan jenis kapal motor, perahu motor tempel hanya digunakan pada pancing ulur, trammel net, bagan, dan jaring
rampus. Hasil analisis Bab 5 menunjukkan bahwa gillnet, pancing tonda, dan
longline merupakan usaha perikanan tangkap yang paling tepat dikembangkan
164 untuk mendukung co-management pengelolaan perikanan tangkap di
Palabuhanratu. Oleh karena secara teknologi sudah baik, maka pengembangan usaha perikanan tangkap ini tidak harus lagi difokuskan pada pengembangan
teknologi penangkapan, tetapi bisa pada aspek lainnya, seperti manajemen usaha usaha dan sistem permodalan. Arahan Tabel 32 yang menunjukkan hubungan
tidak signifikan pengembangan melalui co-management terhadap teknologi kapal, alat tangkap, dan peralatan pendukung penangkapan memperkuat argumen
tersebut. DKP Kabupaten Sukabumi 2006 menyatakan bahwa teknologi perikanan di Palabuhanratu relatif lebih berkembang dibandingkan wilayah
lainnya di Indonesia. Hal ini lebih ini karena Palabuhanratu cukup DKI Jakarta, sehingga lebih mudah mencari peralatan penangkapan yang dibutuhkan.
Dalam kaitan dengan permodalan, implementasi co-management kooperatif harus dapat mengembangkan jaringan kemitraan usaha dengan lembaga keuangan
seperti koperasi, bank, pegadaian, dan lainnya. Hal ini karena pengaruh permodalan dari lembaga keuangan tersebut sangat besar dampaknya bagi
pengembangan usaha perikanan tangkap potensial payang, gillnet, pancing tonda, dan longline dan prinsip pelibatan dan kerjasama yang dikembangkan dalam co-
management kooperatif juga berpengaruh signifikan bagi pengembangan
kemitraan tersebut Tabel 33. Setiawan et al. 2007 dalam penelitiannnya menyatakan bahwa pengembangan kemitraan usaha perikanan dengan lembaga
keuangan dapat membantu daerah dalam mengatasi permasalahan permodalan yang banyak dihadapi nelayan. Penurunan produksi perikanan banyak terjadi di
musim paceklik, dimana tidak sepenuhnya disebabkan oleh ketiadaan ikan. Bila modal selalu tersedia dengan baik, pada musim paceklik, nelayan longline, purse
seine dan gillnet dapat mengarungi perairan yang lebih jauh untuk mencari fishing
ground alternatif.
Dalam implementasi co-management kooperatif ini, kemitraanpermodalan dari lembaga keuangan tersebut dapat dilakukan bentuk kredit, kerjasama
pengeloalan, atau bentuk lainnya yang menguntungkan baik bagi nelayan maupun lembaga keuangan. Dalam kaitan pengembangan usaha, masalah permodalan ini
perlu menjadi perhatian penting co-management perikanan tangkap di Palabuhanratu. Selama ini nelayan, sering meminjam modal kepada tengkulak,