Kombinasi Optimal Faktor-Faktor Produksi

penerimaan sebesar Rp 2.480,685. Rasio NPM dan BKM diperoleh sebesar 0,854 dengan harga rata-rata GKP sebesar Rp 2.411 per kilogram dan koefisien regresi sebesar 0,709. Rasio NPM dan BKM GKP yang kurang dari satu menunjukkan bahwa penggunaan GKP sudah melampaui batas optimal, karena penambahan biaya lebih besar daripada tambahan penerimaannya. sehingga penggilingan padi harus mengurangi penggunaan GKP agar tercapai kondisi yang efisien dan optimal. Penggunaan GKP yang melampaui batas ini disebabkan oleh antisipasi yang dilakukan penggilingan padi dalam mengolah gabah menjadi beras. Hal ini terjadi karena adanya penyusutan yang baik kehilangan kuantitas gabah selama proses ataupun pengaruh dari tingkat rendemen yang mengkonversi gabah menjadi beras. Solar memiliki NPM sebesar 67.899,84, yang artinya bahwa setiap penambahan penggunaan satu liter solar, akan memberikan tambahan penerimaan sebesar Rp 67.899,84. Harga rata-rata solar adalah Rp 4.300 per liter dengan koefisien regresi sebesar 0,146. Rasio NPM dan BKM yang paling besar adalah pada penggunaan faktor produksi solar sebesar 16,102. Berdasarkan nilai tersebut, maka penggunaan faktor produksi solar memerlukan penambahan yang relatif besar agar tercapai tingkat efisien. Dengan rasio NPM dan BKM sebesar itu, maka penggunaan solar perlu ditambah dalam jumlah yang relatif besar agar penggunaanya efisien dan optimal.

8.5 Kombinasi Optimal Faktor-Faktor Produksi

Rasio NPM dan BKM pada analisis efisiensi faktor produksi sebelumnya memiliki nilai tidak sama dengan satu, yang berarti menunjukan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi belum efisien. Penggunaan faktor produksi GKP masih berlebihan sehingga harus dikurangi, sedangkan faktor produksi solar harus ditambah agar tercapai efisiensi. Kedua faktor tersebut harus mencapai kondisi optimal agar efisiensi tercapai. Kondisi efisiensi tercapai apabila rasio NPM dan BKM masing-masing faktor produksi bernilai sama dengan satu. Penggunaan faktor-faktor produksi beras penggilingan padi di Kabupaten Karawang saat kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang Faktor Produksi NPM BKM Rasio NPMBKM Kondisi Optimal GKP kg 2.480,685 2.411 0,854 21.329,40 Solar liter 67.899,84 4.300 16,102 2.463,15 Kondisi efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi beras pada penggilingan padi dicapai apabila penggunaan jumlah GKP dikurangi sebesar 3.644,88 kg menjadi 21.329,4 kg. Pengurangan penggunaan jumlah GKP bertujuan agar tercapai kondisi efisien. Penggunaan GKP dalam produksi beras penggilingan padi yang melebihi batas ooptimal ini disebabkan oleh tindakan antisipasi pemilik penggilingan terhadap kehilangan yang terjadi dalam proses produksi. Kehilangan tersebut dapat terjadi karena penyusutan gabah yang disimpan yang mencapai sampai tiga persen dan proses pembelian, pengangkutan, dan proses penjemuran yang mengurangi berat kotor tonase GKP. Pemiliki juga tidak melakukan penimbangan ulang setelah membeli gabah dari petani atau calo, karena dianggap penimbangan ulang akan menambah beban biaya dan pemborosan waktu. Seringkali kehilangan ini baru dapat diketahui secara pasti setelah beras diproduksi. Hal ini membutuhkan kecermatan dan pengalaman pemilik dalam menentukan dan mengantisipasi proses kehilangan gabah tersebut agar tidak menambah biaya untuk GKP yang memiliki persentase terbesar dalam struktur biaya penggilingan padi. Penggunaan GKP yang dilakukan secara tepat dan teliti diharapkan dapat mengurangi biaya produksi. Penggunaan faktor produksi solar dalam produksi beras penggilingan harus ditambah agar memiliki rasio NPM dan BKM yang sama sehingga tercapai efisiensi. Penggunaan solar dapat ditambah sebesar 2.310,18 liter menjadi 2.463,15 liter. Kondisi ini tidak sesuai dengan pengurangan jumlah GKP pada kondisi optimal, karena pengurangan penggunaan GKP seharusnya dapat mengurangi jumlah solar yang digunakan sebagai bahan bakar untuk menggiling gabah. Semakin sedikit gabah yang digiling, maka solar yang dibutuhkan semakin sedikit. Kondisi optimal solar yang membutuhkan penambahan juga tidak sesuai dengan kenaikan harga BBM terutama solar, dari Rp 4.300 per liter menjadi Rp 5.500 per liter pada bulan Mei 2008. Penambahan solar akan mengakibatkan peningkatan biaya yang sangat besar, sehingga akan merugikan penggilingan. Perhitungan dengan harga solar baru Rp 5.500 per liter juga tidak sesuai karena penggunaan solar tetap harus ditambah sebesar 1.772,77 liter menjadi 1.925,74 liter. Jumlah ini akan merugikan pemilik penggilingan padi.

IX. KESIMPULAN DAN SARAN