Pengeringan Gabah GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI

akan semakin rendah, sebaliknya semakin kecil kadar air maka harga gabah cenderung tinggi. Oleh sebab itu, pada masa paceklik dimana hasil panen tidak terlalu baik karena musin hujan harga gabah di tingkat petani cenderung turun. Pemilik penggilingan juga mengeluarkan biaya lain meliputi biaya karung kemasan, biaya komisicalo, dan biaya kemas, timbang, muat, dan bongkar. Biaya karung kemasan rata-rata sebesar Rp 5 per kg. Biaya ini relatif lebih murah dari biaya kemasan untuk menjual beras, karena pemilik cenderung menggunakan kemasan yang sama sebanyak 10 sampai 15 kali. Biaya komisicalo yang dikeluarkan di daerah tersebut rata-rata sebesar Rp 45 per kg. Biaya ini dikeluarkan untuk memperlancar aktivitas pembelian gabah. Sementara, biaya kemas, timbang, muat, dan bongkar rata-rata sebesar Rp 30 per kg yang biasanya dibayarkan secara borongan. Komponen biaya ini relatif sama antara penggilingan padi besar dan kecil.

b. Pengeringan Gabah

Gabah yang sudah dibeli kemudian sampai di penggilingan untuk dilakukan proses selanjutnya, yaitu pengeringan. Proses pengeringan gabah bergantung pada keadaan cuaca pada saat itu dan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan lantai jemur dan mesin dryer. Lantai jemur dipakai apabila cuaca mendukung dan cukup sinar matahari sebagai panas untuk mengeringkan gabah. Sementara mesin dryer digunakan apabila cuaca mendung atau hujan. Kombinasi kedua cara tersebut dapat juga dilakukan bergantung pada kondisi cuaca pada saat itu. Penggunaan lantai jemur lebih efisien daripada mesin dryer, karena dengan mesin dryer selain biaya investasi yang mahal, biaya operasional yang relatif tinggi berupa penggunaan solar dan minyak tanah. Bagi pemilik dengan modal besar, kemampuan memiliki mesin dryer dapat menguntungkan saat kondisi cuaca yang buruk. Pemilik penggilingan dapat menjual beras dengan kualitas yang lebih baik dan harga yang lebih tinggi dibandingkan penggilingan yang tidak memiliki mesin dryer. Dalam penelitian ini, hanya terdapat empat pemilik penggilingan padi besar yang memiliki mesin dryer sehingga asumsi yang digunakan untuk menyederhanakan penelitian adalah hanya mengkaji penggilingan yang menggunakan lantai jemur untuk mengeringkan gabahnya. Asumsi penggunaan solar dan minyak tanah untuk mengeringkan sepuluh ton gabah dengan mesin dryer adalah 47 liter solar dan 33 liter minyak tanah. Banyaknya gabah yang dijemur bergantung pada luasnya lantai jemur yang dimiliki. Semakin luas lantai jemur maka semakin banyak gabah yang mungkin untuk dijemur. Rata-rata penggilingan memiliki kapasitas lantai jemur satu meter persegi untuk 10 kg gabah jemur. Penggilingan padi besar memiliki rata-rata lantai jemur seluas 4880,8 m 2 sedangkan penggilingan kecil hanya memiliki lantai jemur seluas 984,1 m 2 . Lantai jemur merupakan salah satu investasi terbesar penggilingan padi karena dibutuhkan biaya yang sangat besar untuk membuat lantai jemur. Semakin luas lantai jemur, maka biaya investasi yang dikeluarkan akan semakin besar. Besarnya investasi juga sebanding dengan umur ekonomis penggunaan lantai jemur yang relatif sangat lama. Perbaikan hanya dilakukan apabila terdapat bagian lantai yang rusak atau terkelupas. Pengeringan gabah dilakukan karena gabah yang dibeli dari petani adalah gabah kering panen GKP yang masih mengandung kadar air relatif tinggi sehingga harus dijemur untuk memperoleh beras dengan kualitas baik pada proses penggilingan berikutnya. Kadar air yang umum terjadi pada saat penggilingan membeli gabah dari petani berkisar antara 25 sampai 32 persen. Pengeringan dilakukan untuk menguragi kadar air sampai sekitar 14 sampai 15 persen sehingga memudahkan dan mengurangi kerusakan dalam penyosohan dan proses selanjutnya. Kadar air yang terlalu tinggi menyebabkan kerusakan pecah atau hancur karena tekstur yang lunak. Proses penjemuran ini dilakukan dengan menghamparkan gabah di lantai jemur kemudian diratakan agar mendapat panas yang sama. Saat hujan turun, hamparan gabah dapat ditutup dengan terpal atau dipindahkan ke tempat yang lain bila perlu. Buruh atau tenaga kerja yang digunakan untuk proses ini biasanya adalah buruh borongan dengan rata-rata biaya tenaga kerja yang dikeluarkan sebesar Rp 40 per kg gabah. Biaya ini relatif sama antara penggilingan padi besar dan kecil. Dalam proses ini tidak dilakukan penimbangan ulang karena dianggap tidak efisien dalam hal biaya. Proses ini berlangsung seharian bahkan dapat dilanjutkan di hari kemudian ketika dirasa kadar air gabah kering giling GKG yang diinginkan belum tercapai. Pada proses penjemuran juga dilakukan aktivitas pemisahan kotoran dari padi karena masih banyak terbawa kotoran lain seperti jerami, daun, batang, bahkan benda lain yang tidak lazim seperti batu dan pasir. Kotoran ini akan mengganggu proses pengeringan terutama penyerapan kalori dan penghambatan proses pergerakan padi pada tahap berikutnya. Gabah yang telah selesai dijemur kemudian disebut sebagai gabah kering giling GKG atau gabah yang siap untuk digiling. Gabah yang telah digiling biasanya disimpan di dalam gudang penyimpanan untuk kemudian digiling. Luas gudang penyimpanan tiap penggilingan berbeda satu sama lain. Setiap satu meter persegi luas gudang biasa digunakan untuk menyimpan gabah atau beras sebesar 300 sampai 400 kg. Penggilingan besar rata-rata memiliki gudang untuk menyimpan gabah atau beras seluas 100,62 m 2 , sedangkan penggilingan padi kecil memiliki rata-rata luasan gudang 50 m 2 .

c. Pengolahan Beras