Kerangka Pemikiran Operasional KERANGKA PEMIKIRAN

Jadi secara umum keuntungan maksimum dari penggunaan n faktor produksi akan diperoleh pada saat: 1 . ...... . . . = = = = = n n i i i i i i Px MPx Py Px MPx Py Px MPx Py Px MPx Py Dengan asumsi Py dan Px merupakan nilai konstan, maka hanya i x Y ∂ ∂ yang mengalami perubahan. Ketika Py.MPx i Px i , maka penggunaan faktor produksi harus ditambah agar tercapai keuntungan maksimum. Sebaliknya jika Py.MPx i Px i , maka penggunaan faktor produksi harus dikurangi.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Kabupaten Karawang merupakan salah satu sentra produksi beras terbesar di Indonesia. Salah satu fokus pembangunan pemerintah Kabupaten Karawang adalah pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian selain bertujuan untuk kesejahteraan rakyat juga ditujukan untuk ikut dalam upaya penyediaan beras bagi daerah-daerah lain di Indonesia. Pembangunan pertanian di Kabupaten Karawang tidak terlepas dari peranan penggilingan padi sebagai industri pengolahan padi menjadi beras. Terdapat sekitar 1.120 penggilingan kecil dan sebanyak 66 penggilingan besar yang beroperasi di Kabupaten Karawang. Penggilingan-penggilingan tersebut tersebar hampir di setiap kecamatan di wilayah ini. Dalam operasionalnya, penggilingan padi dapat berusaha sendiri maupun mengadakan kerjasama dengan Bulog dalam bentuk kemitraan yang saling menguntungkan. Usaha penggilingan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan petani. Petani sebagai penghasil gabah adalah pihak yang menjual gabahnya ke penggilingan. Penggilingan tidak akan mampu bertahan tanpa adanya peran petani, begitu juga sebaliknya petani membutuhkan penggilingan untuk memproses hasil panen manjadi beras. pada saat panen semua penggilingan ralatif dapat melakukan proses produksi, akan tetapi pada saat terjadi gagal panen, hanya ditemukan beberapa penggilingan tertentu yang berproduksi. Penggilingan yang tetap berproduksi pada saat gagal panen memiliki modal yang lebih besar sehingga penggilingan besar dapat membeli gabah dari daerah lain yang surplus beras. Cuaca yang buruk juga dapat menjadi kendala bagi banyak penggilingan, sehingga penggilingan berhenti produksi untuk sementara. Masalah pada penggilingan di Kabupaten Karawang tidak terbatas pada masalah yang ada hubungannya dengan petani dan alam. Penggilingan di Kabupaten Karawang juga mengalami masalah penurunan rendemen beras seperti pada rata-rata penggilingan lainnya di Indonesia. Penurunan rendemen beras dapat mengakibatkan menurunnya hasil produksi beras yang merupakan faktor penerimaan utama penggilingan. Menurunnya hasil produksi dapat berdampak pada menurunnya pendapatan yang diterima oleh penggilingan padi. Selain itu, faktor mesin dan alat yang digunakan penggilingan belum optimal dalam menghasilkan beras dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Banyak penggilingan yang masih menggunakan mesin dan alat yang berumur tua dengan teknologi rendah. Mesin dan alat berteknologi tinggi hanya terdapat pada penggilingan yang memiliki modal besar. Berdasarkan kondisi tersebut, menarik untuk diteliti bagaimana karakteristik pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang. Analisis dilakukan dengan mengetahui karakteristik pengusaha sebagai pemilik penggilingan dan aktivitas pengusahaan penggilingan padi. Analisis mengenai karakteristik dilakukan pada kedua kelompok penggilingan padi dalam penelitian ini, yaitu penggilingan padi besar dan kecil, sehingga diharapkan mampu menggambarkan kedua kelompok tersebut berikut perbedaan karakteristiknya. Penelitian kemudian diarahkan untuk mengetahui seberapa menguntungkan pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang. Analisis pendapatan dilakukan dengan menghitung pendapatan tunai dan total, serta menghitung rasio RC dari aktivitas penggilingan yang telah dilakukan. Dugaan sementara dari penelitian ini bahwa pendapatan antara satu penggilingan dengan yang lainnya dapat berbeda. Satu penggilingan dapat memiliki pendapatan lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan penggilingan lainnya. Penggilingan yang memiliki pendapatan di atas rata-rata dikelompokkan ke dalam penggilingan berpendapatan tinggi, sedangkan penggilingan berpendapatan di bawah rata-rata dikelompokkan ke dalam penggilingan berpendapatan rendah. Penelitian kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisis diskriminan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan pendapatan penggiingan padi. Informasi yang diperoleh melalui analisis di atas akan dilanjutkan dengan meneliti tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi. Faktor-faktor tersebut antara lain jumlah GKP, jumlah solar, tenaga kerja, jam kerja mesin, kapasitas mesin, modal, mitra Bulog, pendidikan pemilik, dan pengalaman usaha. Fungsi produksi yang terbentuk juga akan melihat skala usaha pengusahaan penggilingan padi dan rasio antara NPM dan BKM. Gambar 6. menunjukkan kerangka pemikiran operasional penelitian ini. Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang Analisis Pendapatan Pendapatan Rasio RC Total Tunai Analisis Diskriminan Atribut-Atribut Diskriminan: - Kapasitas Produksi - Tenaga kerja - Jam kerja mesin - Kapasitas mesin - Jumlah GKP - Kadar air gabah - Luas gudang simpan - Luas lantai jemur - Tingkat rendemen beras - Pengalaman usaha - Pendidikan pengusaha - Modal - Kemasan - Grading beras - Mitra Bulog - Sumber modal - Umur pengusaha - Jumlah solar - Pengalaman usaha - Pendidikan • Keterkaitan sangat erat dengan petani dan kondisi alam • Tingkat rendemen beras yang menurun • Kondisi dan teknologi mesin dan alat produksi • Fluktuasi harga gabah dan harga beras • Modal penggilingan padi Analisis Efisiensi Produksi Faktor-Faktor Produksi: − Jumlah GKP -Kapasitas mesin − Tenaga Kerja -Modal − Bahan Bakar -Mitra Bulog − Jam Kerja Mesin -Pendidikan − Pengalaman Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Karakteristik Pengusahaan Penggilingan Padi

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil tempat di Kabupaten Karawang Propinsi Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan selama dua bulan yang berlangsung dari bulan Februari 2008 sampai dengan bulan Maret 2008. Pemilihan lokasi dilakukan dengan secara sengaja purposive dengan mempertimbangkan Kabupaten Karawang sebagai salah satu wilayah sentra beras di Jawa Barat. Selain itu, usaha penggilingan padi terdapat cukup banyak di kabupaten yang dikenal sebagai lumbung beras ini. Pengambilan data dilakukan di tiga kecamatan yang memiliki jumlah penggilingan padi yang relatif banyak yaitu, Kecamatan Rengasdengklok, Telagasari, dan Tirtajaya.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara terstruktur berpedoman kepada kuesioner yang telah ditentukan sebelumnya. Wawancara langsung dilakukan dengan para pengusaha penggilingan padi yang berada di Kabupaten Karawang. Pengamatan langsung di lapangan dilakukan untuk melihat aktivitas pengusahaan pengilingan padi. Data sekunder diperoleh melalui penelusuran kepustakaan melalui buku, jurnal ilmiah, media massa, kumpulan makalah, seminar, browsing internet, dan penelusuran literatur lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari