yang menggunakan merek Beras Carrefour atau Beras Giant sedangkan beras tersebut diproduksi oleh penggilingan, bukan oleh institusi tersebut. Beberapa
penggilingan sudah melakukan kerjasama dengan hypermarket tersebut. Penggilingan padi, dalam prakteknya, juga melakukan grading dalam hal
penjualan beras. Penggilingan meng-grading beras kualitas medium, broken, dan kepala. Seringkali penggilingan juga melakukan pencampuran atau oplos beras
kualitas tertentu dengan yang kualitas lainnya, atau bahkan varietas tertentu dengan varietas lainnya. Tindakan pengoplosan beras diakui oleh pemilik
penggilingan merupakan kecurangan atau penipuan, terlebih apabila dilakukan oplos varietas, misalnya varietas Pandan Wangi dioplos dengan Ciherang, namun
beras diakui sebagai beras Pandan Wangi dengan harga lebih tinggi. Tindakan pengoplosan juga dapat dianggap lumrah dan bukan bentuk
kecurangan, karena ternyata banyak konsumen yang mencari beras oplos. Konsumen ingin menikmati beras Ciherang namun berbau Pandan Wangi, karena
mungkin membeli beras Pandan Wangi membutuhkan biaya yang relatif mahal, sehingga pengoplosan dianggap oleh sebagian konsumen sebagai peluang
menikmati beras “rasa Pandan Wangi” dengan harga yang lebih murah.
5.3.6 Tenaga Kerja, Lantai Jemur, dan Bangunan
Kegiatan produksi dan aktivitas pengusahaan penggilingan padi termasuk ke dalam kegiatan yang padat karya karena melibatkan banyak tenaga kerja di
dalamnya, sehingga tidak heran adanya anggapan pengusahaan penggilingan di perdesaan dapat membuka lapangan pekerjaan. Peran tenaga kerja dibutuhkan
oleh penggilingan padi dalam aktivitas mulai dari pembelian gabah sampai pada penjualan hasil olahan berupa beras kepada para konsumen.
Tenaga kerja yang digunakan oleh penggillingan sebagain besar berupa buruh borongan, seperti pada kegiatan pembelian gabah, pengeringan,
pengolahan, dan pengangkutan. Pada proses pembelian gabah, tenaga kerja borongan dibutuhkan dalam proses kemas gabah, timbang, dan angkut gabah dari
tempat pembelian gabah ke tempat penggilingan serta membongkarnya. Jumlah tenaga kerja dapat bervariasi bergantung pada jumlah gabah yang dibeli. Semakin
banyak gabah yang dibeli, maka semakin banyak tenaga kerja yang dibutuhkan untuk aktivitas tersebut. Dalam proses ini, satu orang buruh dapat melakukan
kegiatan kemas, muat, timbang, dan bongkar pada satu ton gabah yang dibeli salama satu hari. Produktivitas buruh per jam-nya berkisar antara 80-100 kg
gabah. Proses pengeringan dan pengolahan gabah yang terjadi di tempat
penggillingan juga memerlukan tenaga kerja. Tenaga kerja yang digunakan adalah buruh borongan yang dibayar sejumlah tertentu per kg gabah atau beras yang
dihasilkan. Dalam penelitian ini, hanya kedua kegiatan ini dapat diamati dan dihitung hari orang kerja HOK, tidak seperti pada kegiatan awal yang terjadi di
luar tempat penggilingan dan sulit diamati. Dalam proses pengeringan gabah, rata-rata jumlah HOK yang digunakan
oleh penggilingan padi besar adalah 129,31 HOK, sementara penggilingan padi kecil rata-rata menggunakan 25,47 HOK. Jumlah ini berbeda karena penggilingan
padi besar menggunakan jumlah buruh yang lebih banyak walaupun jam kerja buruhnya sama. Produktivitas buruh untuk kegiatan ini adalah satu orang dapat
menangani 50-80 kg gabah atau beras per jam-nya sehingga kebutuhan akan buruh dapat diperkirakan dari produktivitas tersebut.
Tenaga kerja penggilingan padi besar dalam proses pengolahan beras giling dan pengemasan memiliki rata-rata HOK sebesar 80 HOK, sedangkan
penggilingan padi kecil rata-rata sebesar 16,13 HOK. Produktivitas giling setiap satu orang buruh adalah sebesar 47-60 kg beras per jam. Jumlah ini dapat berbeda
satu penggilingan dengan yang lainnya, bahkan dengan penggilingan yang menggunakan sistem kontinyu dan terintegrasi yang mampu meminimalisir tenaga
manusia. Sebagian kecil penggilingan besar atau tiga penggilingan sebenarnya
memiliki tenaga kerja tetap. Tenaga kerja tetap tersebut mengurusi masalah administrasi atau menjadi orang kepercayaan pemilik penggilingan dan
memperoleh penghasilan tetap tiap bulan dengan tambahan insentif tertentu. Sebagian besar penggilingan lainnya menganggap tidak membutuhkan tenaga
kerja tetap, mengingat skala usaha penggilingan yang tidak sebesar penggilingan yang memiliki tenaga kerja tetap.
Dalam proses penjualan beras, buruh dibutuhkan untuk aktivitas angkut, timbang, dan bongkar beras di tempat konsumen. Produktivitas satu orang dalam
melakukan kegiatan ini adalah sebesar 95-110 kg beras per jam. Rata-rata penggunaan HOK penggilingan padi besar adalah 39,13 HOK, sedangkan
penggilingan padi kecil 7,88 HOK. Perbedaan jumlah ini terjadi karena jumlah beras yang dihasilkan penggilingan padi besar lebih banyak dibandingkan
penggilingan padi kecil, sehingga membutuhkan lebih banyak buruh. Inventaris lain yang dimiliki oleh penggilingan padi yang dapat diamati
sebagai karakteristik adalah lantai jemur, gudang penyimpanan, dan bangunan yang dimiliki penggilingan padi. Ketiganya membutuhkan investasi yang relatif
besar. Lantai jemur digunakan oleh penggilingan untuk mengeringkan gabah dengan menggunakan panas matahari. Lantai jemur merupakan lapangan yang
terbuat dari semen yang diplester, ada yang berbentuk datar, namun ada pula yang bergelombang. Gambar 11. di bawah ini menunjukkan gambar lantai jemur, baik
yang relatif luas maupun sempit.
Gambar 11. Lantai Jemur pada Penggilingan Padi
Luas lantai jemur tiap penggilingan dapat berbeda satu sama lain karena pertimbangan kebutuhan dan kemampuan berinvestasi. Luasan satu meter persegi
lantai jemur dapat digunakan untuk menjemur 10-15 kg gabah. Rata-rata luasan lantai jemur yang dimiliki oleh penggilingan padi besar adalah 4.880,77 m
2
, sedangkan penggilingan padi kecil rata-rata memiliki luas lantai jemur 984,09 m
2
. Penggilingan padi besar memiliki lantai jemur yang relatif luas dan biasanya
terfragmentasi, terpisah satu sama lain, tidak seperti lantai jemur yang dimiliki penggilingan padi kecil yang relatif sempit sehingga biasanya hanya terdapat di
satu tempat. Nilai lantai jemur yang dimiliki penggilingan padi diprediksi sebesar Rp 30.000 per meter persegi dengan umur ekonomis 10 tahun, namun tidak
mengenal penyusutan pada tanah. Tindakan perbaikan pada lantai jemur dilakukan dengan melakukan plester ulang apabila permukaan lantai jemur telah
rusak atau terkelupas. Kerusakan terjadi karena proses produksi dan akibat panas matahari.
Bangunan yang terdapat pada penggilingan padi dapat berupa bangunan kantor atau administrasi dan gudang penyimpanan gabah atau beras. Kantor dalam
penelitian ini berbeda dan terpisah dengan rumah tempat tinggal. Penggilingan yang memiliki kantor relatif sedikit, dan hanya dimiliki oleh tujuh penggilingan
padi besar. Penggilingan lainnya biasa melakukan kegiatan administrasi di gudang dengan menyisakan sebagian tempat untuk hal tersebut. Luas rata-rata kantor yang
dimiliki oleh penggilingan padi besar sebesar 40 meter persegi. Gudang digunakan untuk menyimpan hasil produksi atau gabah yang siap
untuk dijemur atau digiling. Luas gudang tentunya bergantung pada kebutuhan dan kemampuan penggilingan padi. Apabila gabah dan hasil produksinya besar,
maka gudang yang dibutuhkan untuk menyimpannya harus memiliki luas yang cukup besar. Rata-rata luasan gudang penyimpanan yang dimiliki penggilingan
padi besar adalah 100,62 meter persegi, sementara penggilingan padi kecil memiliki rata-rata luas gudang penyimpanan sebesar 25,73 meter persegi.
Penggilingan padi besar biasa memiliki gudang lebih dari satu bangunan. Gambar 12. di bawah ini menunjukkan gudang dan kantor yang terdapat pada
penggilingan padi.
Gambar 12. Gudang Penyimpanan dan Kantor pada Penggilingan Padi
5.3.7 Mitra dengan Bulog