7.2 Interpretasi Model Diskriminan
Interpretasi dilakukan dengan melihat model diskriminan yang terbentuk, centroids
nilai rata-rata skor diskriminan, dan cutting Z score batas skor diskriminan antara penggilingan padi berpendapatan tinggi dan penggilingan padi
berpendapatan rendah. Model diskriminan yang terbentuk adalah: Z
= 1,669 – 0,001 X
1
– 0,056 X
2
+ 1,023 X
3
+ 0,297 X
4
+ 1,356 X
5
Dimana: Z
= Skor diskriminan X
1
= Skor penilaian terhadap faktor kapasitas produksi X
2
= Skor penilaian terhadap faktor kapasitas mesin X
3
= Skor penilaian terhadap faktor pendidikan pemilik X
4
= Skor penialain terhadap faktor modal X
5
= Skor penilaian terhadap faktor kemitraan dengan Bulog Model di atas menunjukkan bahwa pendidikan pemilik penggilingan,
modal yang dimiliki, dan status penggilingan sebagai mitra Bulog memiliki hubungan yang positif dengan skor diskriminan. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi skor penilaian terhadap pendidikan, modal, dan mitra Bulog, maka skor diskriminan yang dihasilkan juga semakin tinggi. Begitu juga sebaliknya,
semakin rendah skor penilaian terhadap pendidikan pemilik penggilingan, modal yang dimiliki, dan status penggilingan sebagai mitra Bulog, maka skor
diskriminan yang dihasilkan semakin rendah. Untuk mengetahui pada skor berapa penggilingan dapat dikatakan
berpendapatan tinggi dan rendah, maka dapat dilihat pada Tabel Function at Group Centroids
Lampiran 13.. Berdasarkan tabel tersebut diketahui centroids
nilai rata-rata skor diskriminan kelompok penggilingan berpendapatan tinggi adalah -2,322 dan centroids rata-rata skor diskriminan kelompok penggilingan
padi berpendapatan rendah adalah 1,742. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok penggilingan padi berpendapatan tinggi berada pada skor diskriminan negatif,
sedangkan kelompok penggilingan padi berpendapatan rendah berada pada skor diskriminan
positif. Dengan
demikian, penggilingan
dapat dikatakan
berpendapatan tinggi ketika memiliki skor diskriminan negatif, dan dapat dikatakan berpendapatan rendah ketika memiliki skor diskriminan positif.
Untuk mengetahui lebih jelas berapa batas skor diskriminan cutting Z score
, sehingga suatu penggilingan padi dapat dikatakan berpendapatan tinggi dan rendah, maka dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut:
Nb Na
Zb Nb
Za Na
Z
cu
+ +
= .
.
20 15
742 ,
1 20
322 ,
2 15
+ +
− =
x x
Z
cu
Z
cu
= 0.000286
Perhitungan di atas menunjukkan bahwa batas skor diskriminan cutting Z score
yang dihasilkan adalah 0,000286. Berpedoman pada nilai rata-rata skor diskriminan kelompok penggilingan padi berpendapatan tinggi yang negatif, dan
kelompok penggilingan padi berpendapatan rendah yang positif, maka hasil perhitungan tersebut memiliki arti yaitu, jika skor diskriminan di atas 0,000286,
maka penggilingan dapat dikatakan memiliki pendapatan rendah, sedangkan jika berada di bawah 0,000286, maka penggilingan dapat dikatakan memiliki
pendapatan tinggi. Dengan kata lain, semakin rendah penilaian yang diberikan
terhadap kapasitas produksi, kapasitas mesin, pendidikan pemilik, modal yang dimiliki, dan status penggilingan sebagai mitra Bulog, maka penggilingan
cenderung memiliki pendapatan yang tinggi. Begitu juga sebaliknya, semakin tinggi penilaian terhadap kapasitas produksi, kapasitas mesin, tingkat pendidikan
pemilik, modal yang dimiliki, dan status penggilingan sebagai mitra Bulog, maka penggilingan cenderung memiliki pendapatan rendah.
Interpretasi juga dapat dilakukan dengan melihat nilai rata-rata diskriminan khususnya perbandingan faktor kapasitas produksi, modal, kapasitas
mesin, mitra Bulog, dan pendidikan. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan angka yang ada pada structure matrix Lampiran 15.
Tabel 21. Pemasukkan Variabel pada Kelompok Penggilingan Faktor
Penggilingan Berpendapatan
Tinggi nilai rata-rata
Penggilingan Berpendapatan
Rendah nilai rata-rata
Matriks Struktur
Kapasitas Produksi 29.231
5.909 -0,556
Modal 137
27 -0,534
Kapasitas Mesin 95
74 -0,470
Mitra Bulog 1,08
1,82 0,358
Pendidikan 1,54
1,77 0,216
Tabel 21. menunjukkan pemasukan variabel pada kedua kelompok. didasarkan skor pada tiap faktor, skor lebih tinggi yang akan terpilih. Faktor
kapasitas produksi 29.231, modal 137, dan kapasitas mesin 95 masuk ke dalam kelompok penggilingan padi berpendapatan tinggi, sedangkan faktor
kemitraan penggilingan dengan Bulog 1,82 dan pendidikan 1,77 masuk ke dalam kelompok penggilingan padi berpendapatan rendah. Dengan demikian
penggilingan berpendapatan tinggi lebih dipengaruhi bersifat positif oleh kapasitas produksi penggilingan, modal yang dimiliki, dan kapasitas mesin
penggilingan, sedangkan penggilingan berpendapatan rendah lebih dipengaruhi bersifat positif oleh status penggilingan sebagai mitra Bulog dan tingkat
pendidikan pemilik. Kemampuan kapasitas produksi penggilingan, modal yang dimiliki, dan
kapasitas mesin penggilingan lebih mempengaruhi kelompok penggilingan berpendapatan tinggi secara positif. Hal ini dapat dipahami karena berdasarkan
pengamatan di lokasi penelitian, penggilingan yang memiliki ketiga faktor di atas memiliki peluang untuk sukses dan menghasilkan pendapatan yang lebih besar
dibandingkan penggilingan lain yang tidak memiliki ketiga faktor tersebut. Kemampuan kapasitas produksi yang baik dapat menjadi faktor utama
karena penjualan utama penggilingan adalah beras hasil produksi. Apabila kapasitas produksi besar, maka lebih banyak beras yang dapat dijual sehingga
mampu menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggilingan lain dengan kapasitas produksi lebih rendah.
Modal yang dimiliki penggilingan sangat berpengaruh dalam melakukan pembelian gabah dalam jumlah yang besar dan investasi dalam mesin-mesin dan
alat-alat produksi dengan teknologi tinggi. Penggilingan dengan modal kuat dapat tetap melakukan aktivitas produksi walaupun kondisi alam tidak memungkinkan,
karena dengan modal yang kuat penggilingan mampu memiliki cadangan stok gabah.
Kapasitas mesin yang dimiliki penggilingan mampu menentukan produktivitas produksi dalam sehari. Semakin cepat dan semakin banyak gabah
yang digiling maka keuntungan yang diperoleh penggilingan dapat lebih besar dibandingkan penggilingan lainnya. Kapasitas mesin yang besar mampu
menghasilkan beras yang lebih besar dalam waktu yang relatif efisien dibandingkan penggilingan berpendapatan rendah.
Kerjasama yang dilakukan penggilingan dengan Bulog dalam bentuk kemitraan dan pendidikan pemilik lebih mempengaruhi kelompok penggilingan
berpendapatan rendah secara positif. Kerjasama dengan Bulog dalam pengadaan beras dianggap menguntungkan, sehingga kelompok penggilingan berpendapatan
rendah menilai positif kerjasama tersebut. Sebenarnya kelompok penggilingan berpendapatan tinggi, juga banyak yang menjadi mitra Bulog, namun karena
sudah bertahun-tahun menjalin kerjasama dengan Bulog, hal tersebut sudah dianggap lumrah, sehingga kemitraan penggilingan dengan Bulog ini lebih
berasosiasi dengan kelompok penggilingan berpendapatan rendah. Tingkat pendidikan pemilik, dianggap positif oleh kelompok penggilingan
berpendapatan rendah karena pendidikan dapat mempercepat proses inovasi dan transfer teknologi. Kelompok penggilingan berpendapatan tinggi tidak terlalu
menganggap tingkat pendidikan yang dimiliki pemilik sebagai penentu, karena pengalaman lebih dianggap positif dalam kaitannya dengan bisnis penggilingan.
VIII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI
PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI
8.1 Analisis Fungsi Produksi
Fungsi produksi menggambarkan suatu hubungan antara faktor-faktor produksi dengan hasil produksinya. Berdasarkan asumsi awal bahwa produksi
beras di penggilingan padi di Kabupaten Karawang diduga dipengaruhi oleh sembilan variabel yaitu jumlah GKP, jumlah solar, tenaga kerja yang digunakan,
jam kerja mesin, kapasitas mesin, modal, mitra Bulog, pendidikan, dan pengalaman pemilik. Dari sembilan faktor tersebut, empat faktor diantaranya
merupakan faktor yang secara signifikan mempengaruhi perbedaan pendapatan antara pengusahaan penggilingan padi. Semua faktor-faktor produksi tersebut
merupakan peubah bebas yang akan menduga produksi beras sebagai peubah tidak bebas. Dalam penelitian ini, semua seluruh faktor produksi digabung baik
penggilingan besar maupun penggilingan kecil. Data penggunaan faktor-faktor produksi dapat dilihat pada Lampiran 6.
Model fungsi produksi yang digunakan untuk menduga fungsi produksi dalam penelitian ini adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas. Faktor-faktor
produksi yang diduga berpengaruh dalam produksi penggilingan padi adalah jumlah GKP, jumlah solar, tenaga kerja yang digunakan, jam kerja mesin JKM,
kapasitas mesin, modal, mitra Bulog, pendidikan, dan pengalaman pemilik. Hasil pendugaan model dan hubungan antara variabel bebas faktor-faktor produksi
dan variabel tidak bebas produksi beras dapat dilihat pada Tabel 22.