Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Definisi Operasional

dimana: k = jmlah variabel bebas n = jumlah pengamatanresponden Sbi = simpangan baku keofisien regresi Jika Ho ditolak artinya peubah bebas berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas dalam model, sebaliknya jika terima Ho maka parameter bebas tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas Sarwoko, 2005.

4.4.6 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi

Pengujian terhadap efisiensi dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian ekonomi pada pengusahaan penggilingan padi, apakah faktor-faktor produksi yang digunakan telah dikombinasikan secara optimal, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan tersebut telah mencapai keuntungan maksimum. Analisis yang digunakan untuk melihat hal tersebut adalah analisis efisiensi alokatif allocative efficiency atau juga disebut efisiensi harga price efficiency berdasarkan penggunaan input. Efisiensi alokatif dicapai pada saat nilai produk marjinal NPM sama dengan biaya korbanan marjinal BKM atau dengan kata lain rasio NPM dengan BKM sama dengan satu. Rasio NPM dan BKM sama dengan satu untuk semua faktor produksi menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi berada pada kondisi optimal dan telah mencapai keuntungan maksimal. Jika rasio NPM dan BKM lebih besar dari satu, maka penggunaan faktor produksi belum efisien dan perlu ditingkatkan agar optimal. Rasio NPM dan BKM yang kurang dari satu menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi telah melebihi batas optimal sehingga penggunaan harus dikurangi. Nilai Produk Marjinal NPM merupakan hasil kali harga rata-rata output dengan produk marjinalnya PM. Produk marjinal merupakan hasil kali antara koefisien regresi dengan rata-rata produksi per rata-rata penggunaan masing- masing faktor produksi. Koefisien regresi yang digunakan adalah koefisien regresi yang diperoleh dari hasil pendugaan dan pengujian fungsi produksi. Faktor-faktor produksi yang akan dianalisis tingkat efisiensinya adalah faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi beras berdasarkan hasil uji t, sedangkan Biaya Korbanan Marjinal BKM didapat dari harga rata-rata dari masing-masing faktor produksi yang digunakan.

4.4.7 Definisi Operasional

Definisi operasional diperlukan untuk menghindari adanya perbedaan pengertian terkait istilah-istilah dalam penelitian ini. 1. Bahan bakar atau solar digunakan untuk menggerakkan mesin diesel sebagai penggerak mesin giling. 2. Bangunan termasuk investasi penggilingan yang berkaitan secara langsung dalam proses produksi seperti kantor, namun tidak termasuk rumah tempat tinggal. 3. Biaya diperhitungkan dalam penelitian ini meliputi biaya penyusutan alat dan mesin giling, kendaraan, lantai jemur, dan bangunan. 4. Calo atau tengkulak merupakan orang kiriman atau yang ditugaskan secara khusus oleh penggilingan untuk mencari dan membeli gabah petani di daerah yang sedang panen. 5. Dedak atau bekatul merupakan salah satu hasil samping dari pengolahan gabah menjadi beras yang dapat dijual kembali. 6. Gabah kering panen GKP adalah gabah yang baru dipanen oleh petani di sawah dan belum mengalami proses penjemuran. GKP merupakan jenis gabah yang paling banyak dibeli penggilingan dibandingkan gabah kering sawah GKS atau gabah kering giling GKG. 7. Grading beras merupakan kegiatan memisahkan beras berdasarkan kualitasnya. Grading beras dapat dilakukan dari mulai menggiling sampai pada tahap pengemasan beras. 8. Gudang penyimpanan merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan gabah yang belum dikeringkan ataupun siap digiling. Gudang juga biasa digunakan untuk menyimpan beras yang sudah digiling. 9. Harga gabah dan harga beras merupakan harga kesepakatan yang terjadi melalui tawar-menawar antara penggilingan calo dengan petani berdasarkan keadaan pasar pada saat itu. 10. Jam kerja mesin merupakan total jam yang menjadi beban bagi mesin untuk menggiling gabah selama satu hari produksi. 11. Jumlah beras yang dijual merupakan jumlah total dari kapasitas penggilingan per hari dihitung dalam satuan ton. 12. Jumlah stok beras atau gabah merupakan jumlah total stok beras atau gabah yang dimiliki penggilingan dan disimpan di gudang Jumlah stok beras atau gabah dihitung dalam satuan ton. 13. Kadar air gabah merupakan jumlah kandungan air yang terdapat dalam gabah, biasa diukur dalam satuan persentase. Kadar air diukur secara subjektif oleh pengusaha dengan menggunakan intuisi atau perasaan berdasarkan pengalaman. Alat untuk mengukur kadar air adalah cera tester , namun hanya ditemukan dua penggilingan yang memiliki alat tersebut. 14. Kapasitas mesin giling menunjukkan kemampuan sebuah mesin giling dalam mengolah gabah menjadi beras, biasa diukur dalam satuan ton beras per jam. 15. Kapasitas produksi merupakan kemampuan produksi beras sebuah penggilingan padi per hari. 16. Kemasan beras dapat berupa kemasan yang berasal dari penggilingan dengan merek sendiri ataupun kemasan yang menggunakan merek yang sudah dikenal oleh konsumen di pasaran. 17. Kemitraan dengan Bulog merupakan kerjasama yang dilakukan oleh penggilingan padi dengan Bulog dalam hal pengadaan beras. Penggilingan padi yang bermitra dengan Bulog kemudian disebut mitra Bulog. 18. Kendaraan merupakan aktiva lancar yang digunakan untuk operasional penggilingan, dapat berupa truk atau mobil pick-up. 19. Lantai jemur merupakan tempat berupa lapang terhampar yang telah diplester dengan semen, berbentuk undakan ataupun datar yang digunakan untuk menjemur gabah. 20. Menir atau jitai merupakan salah satu hasil samping dari pengolahan gabah menjadi beras yang dapat dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi daripada dedak atau bekatul. 21. Modal usaha merupakan sejumlah rupiah yang dibutuhkan untuk melakukan satu kali proses produksi dan menjamin satu proses produksi selanjutnya. 22. Pendidikan pengusaha merupakan tingkat pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh pengusaha pemilik penggilingan 23. Pengalaman usaha merupakan ukuran lamanya seorang menjalankan usaha penggilingan padi yaitu sejak memulai usaha penggilingan atau meneruskan usaha keluarga hingga saat penelitian dilakukan 24. Pengusaha atau pemilik penggilingan merupakan individu atau ketua suatu kelompok yang memiliki usaha penggilingan padi di Kabupaten Karawang. 25. Persepsi terhadap pekerjaan merupakan pandangan atau anggapan seorang pengusaha terhadap profesinya sebagai pengusaha penggilingan padi, apakah sebagai pekerjaan utama atau pekerjaan sampingan. 26. Sumber modal menunjukkan dari mana modal yang diperoleh pengusaha penggilingan dalam menjalankan usahanya. Modal dapat berasal dari meminjam dari bank ataupun modal sendiri. 27. Tenaga kerja aatu buruh yang digunakan merupakan tenaga kerja atau buruh borongan dengan bayaran tertentu sesuai dengan kerja yang dilakukan. 28. Tingkat rendemen beras merupakan faktor konversi dari jumlah gabah yang digiling menjadi beras. Rendemen diukur secara subjektif dengan menggunakan perasaan atau intuisi pengusaha berdasarkan pengalamannya. Alat ukur rendemen hanya terdapat di Bulog kecamatan atau kabupaten. 29. Umur pengusaha dihitung sampai pada saat wawancara dengan pengusaha dilakukan.

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI