Imbangan Penerimaan dan Biaya Analisis Diskriminan

penggilingan, sedangkan biaya yang diperhitungkan merupakan pengeluaran yang secara tidak tunai dikeluarkan pengusaha penggilingan. Biaya yang diperhitungkan dapat berupa faktor produksi yang digunakan pengusaha penggilingan tanpa megeluarkan uang tunai seperti penggunaan tenaga kerja keluarga, penggunaan hasil produksi sendiri dan penyusutan dari sarana produksi berupa alat atau mesin yang digunakan. Pengeluaran meliputi biaya tetap fixed cost dan biaya variabel variabel cost . Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya variabel adalah biaya yang sifatnya dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan. Semakin besar produksi maka semakin besar pula biaya variabel. Biaya variabel meliputi biaya untuk pembelian GKP, pembelian bahan bakar berupa minyak tanah atau solar, dan upah tenaga kerja atau buruh borongan. Pendapatan terbagi atas pendapatan kotor usaha dan pendapatan bersih usaha. Pendapatan kotor mengukur pendapatan kerja pengusaha penggilingan tanpa memasukkan biaya yang diperhitungkan sebagai komponennya. Pendapatan kotor merupakan selisih antara penerimaan usaha dengan biaya tunai usaha, sedangkan pendapatan bersih usaha mengukur pendapatan kerja pengusaha penggilingan dari seluruh biaya usaha atau produksi yang dikeluarkan. Pendapatan bersih usaha diperoleh dari selisih penerimaan usaha dengan biaya total usaha.

3.1.3 Imbangan Penerimaan dan Biaya

Suatu usaha dikatakan layak apabila memiliki tingkat efisiensi penerimaan yang diperoleh atas setiap biaya yang dikeluarkan hingga mencapai perbandingan tertentu. Soeharjo dan Patong 1973 menjelaskan bahwa pendapatan yang besar bukanlah berarti pertanda bahwa suatu usaha sudah efisien. Salah satu untuk mengukur kelayakan kegiatan usaha adalah dengan menggunanakan analisis imbangan penerimaan dan biaya RC ratio analysis. Analisis rasio RC mampu menunjukkan besar penerimaan usaha yang akan diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha. Semakin besar nilai RC maka semakin besar pula penerimaan usaha yang diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan usaha tersebut menguntungkan untuk dilaksanakan. Kegiatan usaha dapat dikatakan layak apabila nilai rasio RC lebih besar dari satu, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biayanya. Sederhananya, kegiatan usaha tersebut menguntungkan. Sebaliknya, apabila nilai rasio RC lebih kecil dari satu, artinya tambahan biaya menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil sehingga kegiatan usaha dapat dikatakan tidak menguntungkan. Sedangkan jika nilai rasio RC sama dengan satu, maka kegiatan usahatani memperoleh keuntungan normal Tjakrawiralaksana, 1983.

3.1.4 Analisis Diskriminan

Analisis diskriminan adalah sebuah teknik yang menganalisis data ketika kriteria atau variabel tidak bebas bersifat kategoris dan prediktor atau variabel bebas bersifat metrik Simamora, 2005. Analisis diskriminan pada prinsipnya bertujuan untuk mengelompokkan setiap objek atau kelompok berdasar pada kriteria sejumlah variabel bebas. Malhotra 2005 mengemukakan tujuan dilakukannya analisis diskriminan sebagai berikut: 1. Pengembangan fungsi diskriminan, atau kobinasi linear prediktor atau variabel bebas, akan mendiskriminankan yang terbaik antara kategori- kategori variabel tidak bebas kelompok. 2. Pengujian apakah terdapat perbedaan signifikan di antara kelompok- kelompok dalam hal variebel-variabel prediktor. 3. Penentuan variabel prediktor mana yang memberi sumbangan terbesar kepada perbedaan antarkelompok. 4. Klasifikasi kasus-kasus pada satu di antara kelompok-kelompok berdasarkan nilai variabel-variabel prediktor. 5. Evaluasi akurasi klasifikasi. Teknik analisis diskriminan dijelaskan dengan sejumlah kategori yang dimiliki oleh variabel tidak bebas. Bila variabel tidak bebas mempunyai dua kataegori maka teknik analisisnya dikenal sebagai analisis diskriminan dua kelompok. Jika terdapat dua atau lebih kategori, teknik analisisnya dikenal dengan analiss diskriminan majemuk. Perbedaan utama kedua jenis teknik ini adalah bahwa dalam analisis dua variabel, dimungkinkan untuk menurunkan hanya satu fungsi diskriminan. Dalam analisis diskriminan majemuk, dapat dihitung lebih dari satu fungsi Malhotra, 2005. Analisis diskriminan memiliki hubungan dengan analisis varians ANOVA, dan analisis regresi. Hubungan ketiga analisis tersebut digambarkan dengan persamaan dan perbedaan yang meliputinya. Persamaan ketiga analisis tersebut antara lain pada jumlah variabel dependen dan independennya. Variabel tidak bebas berjumlah satu sementara variabel bebasnya berjumlah banyak. Perbedaan ketiga analisis tersebut pada sifat variabelnya. Sifat variabel dependen pada analisis varians dan regresi adalah metrik sementara pada analisis diskriminan bersifat kategoris. Sedangkan sifat variabel independen pada analisis diskriminan dan regresi adalah metrik, sementara pada analisis varians bersifat kategoris. Tabel 5. di bawah ini menunjukkan hubungan tersebut. Tabel 5. Hubungan antara Analisis Varians, Regresi dan Diskriminan ANOVA REGRESI DISKRIMINAN Kesamaan Jumlah variabel dependen Jumlah variabel independen Satu Banyak Satu Banyak Satu Banyak Perbedaan Sifat variabel dependen Sifat Variabel independen Metrik Kategoris Metrik Metrik Kategoris Metrik Sumber: Malhotra, 2005 Langkah-langkah yang termasuk ke dalam analisis diskriminan terdiri dari formulasi estimasi, penentuan signifikansi, penafsiran, dan validasi. Langkah- langkah ini dibahas dan diilustrasikan ke dalam konteks analisis diskriminan dua atau beberapa kelompok. Langkah-langkah tersebut diilustrasikan dalam Gambar 3. berikut. Gambar 3. Langkah-Langkah Melakukan Analisis Diskriminan Sumber: Malhotra, 2005 Buat estimasi koefisien fungsi diskriminan Formulasikan masalah Tetapkan signifikansi fungsi diskriminan Tafsirkan hasil Menilai validitas analisis diskriminan Pengelompokkan dalam analisis diskriminan ini bersifat mutually exclusive dan collectively exhaustive, dalam artian jika suatu objek sudah masuk kelompok satu maka objek tersebut tidak mungkin juga dapat menjadi anggota kelompok dua. Analisis kemudian dapat dikembangkan pada variabel mana saja yang membuat kelompok satu berbeda dengan kelompok dua, berapa persen yang masuk kelompok satu, dan berapa persen yang masuk kelompok dua. Dalam analisis diskriminan ini terdapat sejumlah variabel bebas, maka akan terdapat satu variabel tidak bebas bergantung. Ciri analisis diskriminan adalah jenis data dari variabel dependen bertipe nominal kategori seperti kode 0 dan 1, atau kode 1, 2, dan 3 serta kombinasi lainnya. Menurut Malhotra 2005 jika variabel variabel tidak bebas menggunakan skala interval atau rasio, maka variabel-variabel tersebut harus lebih dahulu dikonversikan ke dalam kategori- kategori. Alternatif lainnya adalah kita dapat membagi distribusi variabel dependen dan membentuk kelompok-kelompok dengan ukuran yang sama lewat penentuan titik potong yang sesuai untuk setiap kategori. Variabel-variabel prediktor harus dipilih berdasarkan model teoritis atau riset sebelumnya, atau dalam kasus explanatory research, pemilihan variabel tersebut didasarkan pada pengelaman peneliti. Secara alamiah analisis diskriminan lebih bersifat eksploratif sebagai suatu prosedur pemisahan. Analisis diskriminan sering digunakan dengan landasan satu waktu untuk memeriksa perbedaan yang diamati. Untuk kasus yang sederhana, analisis diskriminan dapat diterapkan pada dua grup, dalam hal ini grup adalah contoh dari populasi yang telah diterapkan sebelumnya. Sejumlah variabel dua grup, maka akan terbentuk kombinasi linear dari variabel-variabel bebas tersebut. Analisis diskriminan dapat dipakai untuk mengetahui variabel-variabel penciri yang membedakan kelompok populasi yang ada, juga dapat digunakan sebagai kriteria pengelompokkan Gasperz dalam Setyantoro, 2001. Analisis diskriminan dilakukan berdasarkan perhitungan statistik terhadap kelompok yang terlebih dahulu diketahui secara jelas dan mantap pengelompokkannya. Untuk menentukan peubah-peubah yang dimasukkan ke dalam fungsi diskriminan dapat menggunakan analisis diskriminan bertatar stepwise discriminant. Peubah- peubah independen dimasukkan ke dalam model secara bertahap didasarkan atas kemampuan peubah independen tersebut dalam mendiskriminasikan antarkelompok. Metode ini cocok digunakan jika banyak peubah independen yang dilibatkan, dan peneliti ingin menyederhanakan model dengan memilih peubah independen yang terbaik untuk dimasukkan ke dalam model Malhotra, 2005.

3.1.5 Konsep Fungsi Produksi