2.2 Gambaran Umum Gabah dan Beras
Gabah adalah biji tanaman padi yang telah dilepas dari tangkainya dengan cara dirontokkan tetapi belum sampai pada proses penggilingan. Struktur gabah
secara lengkap terdiri dari 1 sekam, yang disusun oleh palea dan lemma, baik dengan bulu maupun tanpa buli, 2 kulit dalam yang terdiri dari lima lapisan
mikroskopis, 3 endosperm, dan 4 lembaga. Butiran gabah sendiri disusun oleh sekam, periokarp, lapisan aleuron, lembaga, dan endosperm.
Pengertian klasifikasi gabah menjadi tiga, yaitu gabah yang baru dipanen di sawah disebut gabah kering panen GKP, sedangkan gabah yang sudah melalui
proses pengeringan disebut gabah kering sawah GKS. Apabila GKS melalui proses pembersihan dan pengeringan lanjutan maka disebut dengan gabah kering
giling GKG. Pemerintah melalui Bulog 2007 telah menetapkan standar ukuran kuantitatif untuk jenis gabah-gabah tersebut yang ditunjukkan pada Tabel 3. di
bawah ini.
Tabel 3. Standardisasi Kualitas Gabah oleh Bulog di Indonesia Tahun 2007 Persyaratan
Grade Kualitas GKG
GKS GKP
Kadar Air 14
18 25
Hampa Kotoran 3
6 10
Butir HujauMengapur 5
7 10
Butir Kuning Rusak 3
3 3
Butir Merah 3
3 3
Sumber: Bulog, 2007 Keterangan:
GKG : Gabah Kering Giling GKS
: Gabah Kering Sawah GKP
: Gabah Kering Panen
Beras memiliki banyak karakteristik yang unik, tidak saja bagi bangsa Indonesia, tetapi juga sebagian bangsa-bangsa Asia Amang dan Sawit, 2001.
Selain merupakan komoditi yang hampir 90 persen produksi dan konsumsinya
dilakukan di Asia, beras juga merupakan komoditi yang pasarnya sangat tipis di dunia, yaitu hanya sekitar empat sampai lima persen dari total produksi. Hal ini
berbeda dengan tanaman pangan lainnya seperti gandum, jagung, dan kedelai yang masing-masing mencapai 20 persen, 15 persen, dan 30 persen dari total
produksi Surono, 2001. Beras merupakan bahan makanan pokok masyarakat Indonesia.
Rachmawati 2003 mengemukakan bahwa konsumsi beras per kapita per hari masyarakat Indonesia mencapai 285 gram. Oleh karena itu, beras termasuk
komoditas strategis karena ketahanan pangan Indonesia bertumpu pada produksi beras dengan jumlah yang aman, harga terjangkau, dan bergizi. Untuk itu,
pemenuhan kebutuhan pokok ini bergantung pada produksi beras dalam negeri namun bila kekurangan produksi maka pemerintah akan melakukan impor agar
kebutuhan beras dalam negeri tetap terpenuhi. Beras sebagai bahan pangan pokok merupakan komoditas yang inelastis
terhadap perubahan harga
9
. Naik atau turunnya harga beras akan berpengaruh relatif sangat kecil terhadap perubahan permintaan beras. Hal ini disebabkan
orang tidak akan secara signifikan menambah atau mengurangi konsumsi beras walau harga berfluktuasi. Konsumsi beras juga relatif tidak sensitif terhadap
perubahan pendapatan
10
. Peningkatan pendapatan seseorang tidak akan meningkatkan kuantitas beras tetapi lebih pada meningkatkan kualitas beras yang
dikonsumsi. Dengan demikian porsi pengeluaran untuk beras cenderung
9
Manurung, Martin. Mengupas Tuntas Masalah Beras. Artikel 21 Februari 2007. http:www. indoprogress.co.id [diakses tanggal 1 Mei 2008]
10
Prawira, Daniel. Konsumsi Beras sebagai Ukuran Sederhana Kesejahteraan Masyarakat. Mei 2003. http:www.smeru.co.id [diakses tanggal 1 Mei 2008]
berbanding terbalik dengan tingkat kesejahteraan seseorang, proporsi pengeluaran untuk beras cenderung semakin kecil dan sebaliknya.
Beras dikenal memiliki rasa yang enak, sesuai dengan selera dan lidah masyarakat Indonesia serta memiliki kandungan gizi kalori dan protein yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Beras yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai jenis dan kualitas tertentu. Tabel 4.
menunjukkan persyaratan kualitas beras yang baik dengan standar tertentu. Kualitas beras diantaranya dapat dilihat dari derajat sosoh, kadar air, beras kepala,
bulir utuh, butir putih, butir menir, butir kuningrusak,butir mengapur, benda
asing, butir gabah, dan campuran lainnya. Tabel 4. Persyaratan Kualitas Beras Tahun 2007
Komponen Kualitas Kualitas Beras
Derajat sosoh min 95
Kadar air max 14
Beas Kepala 78
Butir Utuh min 35
Butir Putih max 20
Butir Menir max 2
Butir Merah max 2
Butir KuningRusak max 2
Butir Mengapur max 3
Benda Asing max 0,02
Butir Gabah max 1
Campuran Lain max 5
Sumber: Bulog, 2007
2.3 Alat Pengolahan Padi