Bahan dan Alat METODE PENELITIAN

53

3.4. Sumber Data Yang Digunakan

Data yang diperlukan terdiri atas data primer dan data sekunder yang mem- punyai keterkaitan untuk membangun persamaan-persamaan model perencanaan sen- tra energi berbasis biomassa. Data primer meliputi : data produksi gas dari proses fermentasi, data produksi pupuk organik, data karakteristik gas, dan data karakteris- tik pupuk organik. Data sekunder meliputi: data penyediaan biomassa, data investasi penyediaan biomassa, data proses dasar biomassa, data investasi proses dasar, data investasi dan operasional proses pra fermentasi, data investasi dan operasional lain.

3.4.1. Data Gas Bio

Data gas bio yang diperlukan adalah data yang mempunyai keterkaitan dengan pembuktian hipotesis dan penyusunan model penduga, yaitu produksi gas bio dan ka- dar metana dalam gas bio. Penetapan data dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Penentuan produksi gas bio diperoleh dengan menjumlahkan produksi harian gas bio pada tekanan lebih 4,2 mka. Pengukuran produksi harian gas bio dilakukan se- jak hari gas bio mulai diproduksi dan berakhir pada hari gas bio dinilai tidak lagi berproduksi. b. Kadar metana ditenrukan dengan menggunakan prinsip apabila gas bio dengan volume tertentu dicampur dengan larutan basa kuat NaOH, maka semua gas kar- bondioksida CO 2 dalam gas bio akan terikat dan membentuk natriumbikarbonat yang tersuspensi dalam larutan, volume gas yang tertinggal adalah volume metana Soemarwoto, 1978. Persentase volume metana terhadap volume gas bio adalah kadar metana dalam gas bio. c. Penentuan jumlah bahan organik sisa fermentasi dengan menimbang bahan orga- nik yang tidak larut dalam larutan sisa fermentasi. Pengukuran kadar air bahan un- tuk menetapkan data dalam satuan massa bahan kering.

3.4.2. Data Bahan Organik

a. Penetapan bobot tanaman bayam adalah dengan menimbang 4 tanaman bayam terpilih dari setiap pot penanaman. b. Penetapan kandungan N Total dengan metode Kjedahl, yaitu 1 gram sampel di- campur dengan 10 ml H 2 SO4 pekat dan katalisator CuSO 4 dan NaSO4 yang didistilasi sampai warna hijau. Pencampuran 40 ml NaOH pekat dan distilasi, hasil sulingan ditampung dierlenmeyer yang berisi 150 ml campuran 25 ml 54 H 3 BO 3 4 dan indikator campuran. Titrasi HCl 0,01N sampai warna pink. Nilai N Total =ml contoh – ml blankoxN H 2 SO 4 x1,4. c. Penetapan P menggunakan metode AAS, yaitu : 1 gram bahan diekstraksi dengan 100 ml H2SO4 0,002N dan disaring, 25 ml ekstrak ditambah 5 ml amonium molibdad dan 0,25 ml larutan stano chlorida dan aquades sampai 25 ml. Diukur transmittance T cahaya pada kalorimeter dan absorbansi hasil konversi T. Plotan dari absirbansi contoh pada kurva P tara didapatkan kandungan P bahan. d. Penetapan K menggunakan metode AAS, yaitu : 5 gram bahan diekstraksi dengan 100 ml ammonium asetat 1m0 N dikocok dan disaring. Kadar kalium diukur de- ngan fotometer dengan menggunakan deret perbandingan standar. e. Penetapan Pb dengan metode AAS. Prinsip penetapan dengan mengukur absor- bansi 1 gram bahan yang ditambah dengan 1 ml HNO 3 pekat dan 9 ml air suling. Absorbansi pengukuran dikalibrasi pada kurva kalibrasi. Kadar Pb ppm adalah absorbansi dikali volume contoh dan dibagi berat contoh. f. Penetapan Cd dengan metode AAS. Prinsip penetapan dengan mengukur absor- bansi 1 gram bahan yang ditambah dengan 1 ml HNO 3 pekat dan 9 ml air suling. Absorbansi pengukuran dikalibrasi pada kurva kalibrasi. Kadar Cd ppm adalah absorbansi dikali volume contoh dan dibagi berat contoh. g. Penetapan Hg dengan metode AAS. Prinsip penetapan dengan mengukur absor- bansi 5 gram bahan yang ditambah dengan 5 ml SnCl 2 dan 9 ml air suling. Absor- bansi pengukuran dikalibrasi pada kurva kalibrasi. Kadar Pb ppm adalah absor- bansi dikali volume contoh dan dibagi berat contoh.

3.4.3. Data Potensi Biomassa

Data potensi biomassa yang diperlukan berasal dari tiga kawasan yang memi- liki perbedaan antara kawasan satu dengan lainnya, yaitu kawasan Bogor, kawasan DKI Jakarta, dan Kawasan Purwakarta. Penetapan DKI Jakarta sebagai salah satu kawasan, karena kawasan tersebut merupakan penghasil sampah yang besar dan se- kaligus memiliki potensi pencemaran yang tinggi. Dipilihnya kawasan Bogor yang meliputi Kota Bogor, Kota Depok dan Kabupaten Bogor, karena memiliki potensi biomassa yang beragam dan dengan tingkat yang relatif berimbang antara satu sum- ber biomassa dengan sumber biomassa yang lainnya. Penetapan kawasan Purwakarta sebagai salah satu kawasan yang disimulasikan, karena sektor agrarianya cukup dominan.