Limbah Padat Potensi Biomassa
12
utama N
2
O dan metana Kookana et al, 2002. Menurut Madigan et al 1997, emissi gas metana ke atmosfir yang paling besar selain berasal dari sumber bio-
genik sawah, tanah basah, laut, danau, dan tundra, juga berasal dari sumber abiogenik kebocoran gas, tambang batubara, pembakaran biomassa, kenderaan
bermotor, dan gunung berapi. Pemanfaatan sampah kota sebagai bahan energi telah banyak dilakukan.
Pembakaran sampah kota, untuk mendapatkan kalor merupakan contoh yang telah banyak dilakukan. Pada tahun 1980 sebanyak 8 tenaga listrik dengan sistem
tenaga uap di kota Den Haag, negeri Belanda, berasal dari sampah kota yang telah digunakan sejak tahun 1968 Kadir, 1995. Di Ulu Pandan, Singapura, sejak ta-
hun 1979 sebagai hasil sampingan pembakaran sampah kota telah beroperasi Pusat Listrik Tenaga Limbah PLTUL dengan daya terpasang 16 MW. Suatu
langkah yang lebih maju, adalah mengubah energi biomassa menjadi bentuk ter- tentu, sehingga pemanfaatannya dapat mencakup aspek yang lebih luas dan peng-
angkutannya menjadi lebih mudah. Studi untuk mengetahui pemanfaatan limbah kota melalui proses pirolisis telah banyak dilakukan, diantaranya oleh Universitas
Gajah Mada yang bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Ketenagaan Departe- men Pertambangan dan Energi. Menurut hasil studi tersebut, pemanfaatan sampah
kota mejadi bahan bakar dengan proses pirolisis secara ekonomi cukup mengun- tungkan, bila sampah tidak diberikan harga. Hasil pirolisis sampah kota dapat ber-
bentuk arang, ter dan gas, dengan arang limbah paling mudah diperdagangkan se- bagai bahan bakar rumahtangga Kadir, 1995.
Limbah perkebunan terutama dari perkebunan besar merupakan sumber biomassa yang cukup besar. Limbah tersebut berasal dari penyiangan, pemanenan,
pengolahan hasil panen, dan peremajaan tanaman. Potensi biomassa limbah per- kebunan skala besar pada suatu kawasan atau wilayah, akan dapat menjadi andal-
an kawasan atau wilayah tersebut dalam menyediakan biomassa untuk dikonversi menjadi energi komersial Kadir, 1995. Setiap tahun perkebunan skala besar
mengadakan peremajaan dan menghasilkan biomassa yang cukup besar. Pada ta- hun 1988 penebangan dalam rangka peremajaan perkebunan karet di Indonesia
menghasilkan kayu sebagai biomassa sebesar 1.782.456 m
3
. Peremajaan di perke-
13
bunan kelapa sawit menghasilkan biomassa sebanyak 350.000 ton bahan kering setiap tahun Goenadi et al , 1998.
Limbah pertanian berasal dari kegiatan pertanian, terutama pertanian yang berskala besar dapat menyediakan biomassa dalam jumlah yang cukup besar.
Budidaya padi dapat menghasilkan limbah biomassa yang cukup besar, baik pada saat panen maupun pada saat pascapanen. Menurut Pandey 1997, pertanian padi
menghasilkan limbah padat 1570 kg perhektar. Kebanyakan budidaya padi sawah menggunakan jerami yang digenangi air sehingga terjadi kondisi yang anaerobik
yang memicu emisi metana Yang dan Chang, 1998; Cao et al, 1995 ; Yagi dan Minami, 1990 dalam Sarief, 1992. Sumber biomassa dari limbah pertanian dapat
pula berasal dari tanaman jagung, kacang, kedelai. Tongkol jagung merupakan sumber biomassa yang besar pada pertanian jagung dengan skala yang besar.
Limbah pertanian singkong berskala besar, merupakan pula sumberdaya biomassa yang cukup potensial Kadir, 1995. Limbah pertanian di dunia setiap tahunnya
dapat menyediakan energi yang setara 43.000.000 ton batu bara Pandey, 1997 Limbah dari industri pengolahan kayu dalam skala yang besar merupakan
sumber biomassa yang potensial. Potensi limbah tersebut dapat menjadi salah satu sumber biomassa, terutama bagi suatu kawasan yang memiliki banyak industri
pengolahan. Pada industri penggergajian dihasilkan limbah sampai dua pertiga da- ri produksi hutan Satari et al, 1992. Ini berarti untuk setiap satu juta ton produksi
terdapat lebih-kurang 680.000 ton limbah biomassa. Pemanfaatan limbah dalam jumlah besar selain dapat menghasilkan energi yang besar juga dapat mereduksi
jumlah limbah secara nyata. Menurut Ridlo et al 1999, apabila harga limbah penggergajian kayu rendah, maka pemanfaatan limbah tersebut sebagai sumber
energi secara finansial menguntungkan.
Peternakan yang berskala besar dapat merupakan sumber biomassa yang cu- kup besar. Limbah peternakan yang meliputi tinja dan urine serta sisa pakan dan
alas tidur dapat menjadi sumberdaya biomassa yang kontinyu. Seekor sapi meng- hasilkan tinja antara 28 sampai 50 kg setiap hari, sehingga suatu peternakan de-
ngan ribuan ekor sapi dapat menyediakan biomassa dalam jumlah yang besar. Se- ekor ayam setiap hari menghasilkan tinja sebanyak 0,09 Kadir,1995. Pemanfa-
atan limbah peternakan dengan mengubah kotoran ternak menjadi gas bio telah
14
banyak dilakukan dan berhasil dengan baik. India sejak tahun 1900 telah mene- rapkan instalasi gas bio dengan bahan baku tinja sapi. Data tahun 1980 menun-
jukkan bahwa di seluruh India terdapat 36.000 instalasi gas bio yang mengguna- kan bahan baku tinja sapi Kadir, 1995. Banyak negara lain, juga telah menggu-
nakan bahan baku dari tinja sapi yang dikonversikan menjadi bahan energi, seperti Taiwan, Korea dan RRC, meskipun selain menggunakan tinja sapi banyak diguna-
kan tinja babi.