Proses Reduksi Kimia. Metana Dari Gas bio

18 Menurut Komarayati et al 1994a, fermentasi anaerobik alang-alang Im- perata cykindrica Beauv yang mengandung selulosa 25,1 , lignin 33,4 , pen- tosan 26,9 , menghasil gas bio 50 lkg bk. Produksi gas bio dari batang dan daun enceng gondok segar sebesar 620 lkg bk dengan 52 metana Hadi, 1992. Pro- duksi gas bio dari limbah kelapa sawit adalah 2,4 liter per 10 gram bobot kering Sahirman et al, 1995. Fermentasi anaerobik limbah sagu segar dan limbah aren segar dapat menghasilkan gas bio 3,45 liter dan 8,45 liter masing-masing dengan volume larutan 2 liter pada kelarutan 9 , dan kadar metana dalam gas bio 61,04 dan 61,79 Komarayati et al,1994b. Hasil gas bio dari fermentasi anaerobik limbah cendana mempunyai efisiensi 54 Gusmailina et al, 1994. Berbagai bahan organik merupakan bahan yang baik untuk menghasilkan gas bio dari proses fermentasi anaerobik. Menurut Pandey, 1997, bahan selulosa dapat difermentasikan secara langsung tanpa proses pendahuluan Tabel 1. Tabel 1. Bahan Organik Yang Potensial Menghasilkan Metana Kelompok Bahan Organik Limbah panen Jagung dan sejenisnya, tebu, sisa jerami dan rumput pakan ternak dan limbah rumput. Peternakan Limbah peternakan tinja, urine, alas tidur, limbah per- ikanan, limbah rumah potong hewan. Manusia Tinja, urine. Produk dan limbah industri pengolahan hasil pertanian Sampah kapas dari industri tekstil,limbah proses pengo- lahan buah dan sayuran, sisa proses industri gula,limbah pengolahan teh. Sampah hutan Kulit kayu, cabang dan ranting, daun, bunga dan buah Akuatik Ganggang laut, rumput laut, kembang laut Sumber : Pandey 1997 Menurut Pandey 1997 bahan organik yang banyak mengandung lignin atau bahan hemisellulosa sebelum difermentasi anaerobik harus mengalami proses pendahuluan. Proses pendahuluan yang dapat dilakukan, yaitu proses fisik, proses kimia, proses biologis, seperti terdapat pada Tabel 2 19 Tabel 2. Proses Pendahuluan Bahan Lignin dan Hemisellulosa Fisik Kimia Biologi Penggilingan Penguapan Radiasi Natrium hidroksida Kalsium hidroksida Asam klorida Asam fosfat Ammonia Sodium bikarbonat Ozon Menggunakan : Aspergillus niger Tieghem, Fusarium semitectum Berkeley, Trichorderma harzianum Rifai, Penecillium sp, Termito- myces sp, Trichorderma pseudokoningii Nirmala P+ Cytophaga sp,Coptotermes curvignathus Holmgren, Mactotermes gilvus Hagen, Coptotermes curvinathus Light. Sumber : Pandey 1997; Adawiah et al 2001, Sisworo at al 2001

2.3. Konsumsi Dan Pencemaran Energi Fosil

2.3.1. Konsumsi Energi Dunia

Konsumsi energi di dunia meningkat dengan sangat pesat. Pada banyak ne- gara industri lebih dari separuh dari konsumsi energinya berasal dari energi ko- mersial, dan sebaliknya pada banyak negara berkembang lebih dari separuh kon- sumsi energinya berasal dari energi non-komersial Pandey, 1997. Kebutuhan energi dunia secara keseluruhan sulit untuk digambarkan, mengingat data kon- sumsi energi non-komersial sangat sukar diperoleh. Data konsumsi energi komer- sial jauh lebih lengkap dan mencakup kurun waktu yang panjang. Pada tahun 1960 konsumsi energi komersial di dunia sekitar 63,5x10 6 SBM sehari, meningkat lebih dari dua kali pada tahun 1980 menjadi 136,5x10 6 SBM sehari, dan pada tahun 1990 konsumsi energi primer dunia sebesar 173x10 6 SBM sehari Kadir, 1995. Kecenderungan pertumbuhan konsumsi energi dunia hampir menyerupai pertumbuhan yang linier Tabel 3. Konsumsi energi dunia pada ta- hun 1975 meningkat dari 50x10 9 kWh menjadi 80x10 9 kWh pada tahun 1980, yang berarti terjadi peningkatan 60 dalam lima tahun atau rata-rata 12 se- tahun. Kemudian pada tahun 1990 konsumsi energi dunia meningkat menjadi 160x10 9 kWh, berarti meningkat 100 atau rata-rata 10 setahun. Proyeksi pa- da tahun 2000 dengan data pertumbuhan historis, konsumsi energi dunia menca- pai 326x10 9 kWh yang meningkat 104 dari konsumsi tahun 1990. 20 Tabel 3. Estimasi Konsumsi Energi Dunia x10 9 kWh Negara 1975 1980 1990 2000 Amerika Serikat CIS Jerman Prancis Canada Jepang Inggris India Cina Negara lain 15,0 7,5 3,0 2,5 3,0 2,5 2,0 0,5 0,1 13,9 20,0 15,0 5,0 4,0 5,0 3,5 3,0 1,0 2,0 21,5 40,0 35,0 10,0 8,0 10,0 7,0 5,0 4,0 6,0 35,0 80,0 70,0 20,0 15,0 20,0 15,0 10,0 16,0 20,0 60,0 Total 50,0 80,0 160,0 326,0 Sumber : Pandey 1997. Proyeksi berdasarkan pertumbuhan historis. Kebutuhan energi dunia sebagian besar berasal dari energi komersial. Pada tahun 1975 sebanyak 92,2 kebutuhan energi dunia disediakan dari sumber- sumber energi komersial Tabel 4. Peranan energi non-komersial yang dominan terjadi di Afrika, yaitu sebesar 67,7 dari konsumsi energi di Afrika. Amerika Latin menggunakan 29,8 energi non-komersial dari konsumsi energi tahun pada 1975. Tabel 4. Konsumsi Energi Menurut Regional 1975 Regional Komersial Kayu Bakar Limbah Pertanian Total Afrika Timur Tengah Timur Jauh + Amerika Latin Eropa Barat Eropa Timur Amerika Utara 32,2 86,5 83,0 70,2 98,5 96,3 99,7 56,8 4,0 10,9 22,6 1,1 2,3 0,3 10,9 9,5 6,1 7,1 0,4 1,4 0,0 100 100 100 100 100 100 100 Dunia 92,2 5,8 2,0 100 Sumber : Pandey 1997. Termasuk Afrika Selatan. + Termasuk Jepang Pada wilayah Timur Jauh termasuk Jepang masih menggunakan 17 energi non-komersial untuk memenuhi konsumsi energinya. Diperkirakan pro- porsi terbesar konsumsi energi non-komersial di wilayah Timur Jauh terjadi di negara berkembang terutama di Indonesia, Filipina, dan Vietnam Pandey, 1997.