20
Tabel 3. Estimasi Konsumsi Energi Dunia x10
9
kWh Negara 1975
1980 1990
2000 Amerika Serikat
CIS Jerman
Prancis Canada
Jepang Inggris
India Cina
Negara lain 15,0
7,5 3,0
2,5 3,0
2,5 2,0
0,5 0,1
13,9 20,0
15,0 5,0
4,0 5,0
3,5 3,0
1,0 2,0
21,5 40,0
35,0 10,0
8,0 10,0
7,0 5,0
4,0 6,0
35,0 80,0
70,0 20,0
15,0 20,0
15,0 10,0
16,0 20,0
60,0
Total 50,0
80,0 160,0
326,0
Sumber : Pandey 1997. Proyeksi berdasarkan pertumbuhan historis.
Kebutuhan energi dunia sebagian besar berasal dari energi komersial. Pada tahun 1975 sebanyak 92,2 kebutuhan energi dunia disediakan dari sumber-
sumber energi komersial Tabel 4. Peranan energi non-komersial yang dominan terjadi di Afrika, yaitu sebesar 67,7 dari konsumsi energi di Afrika. Amerika
Latin menggunakan 29,8 energi non-komersial dari konsumsi energi tahun pada 1975.
Tabel 4. Konsumsi Energi Menurut Regional 1975 Regional
Komersial Kayu Bakar
Limbah Pertanian Total
Afrika Timur Tengah
Timur Jauh
+
Amerika Latin Eropa Barat
Eropa Timur Amerika Utara
32,2 86,5
83,0 70,2
98,5 96,3
99,7 56,8
4,0 10,9
22,6 1,1
2,3 0,3
10,9 9,5
6,1 7,1
0,4 1,4
0,0 100
100 100
100 100
100 100
Dunia 92,2
5,8 2,0
100
Sumber : Pandey 1997. Termasuk Afrika Selatan. + Termasuk Jepang
Pada wilayah Timur Jauh termasuk Jepang masih menggunakan 17 energi non-komersial untuk memenuhi konsumsi energinya. Diperkirakan pro-
porsi terbesar konsumsi energi non-komersial di wilayah Timur Jauh terjadi di negara berkembang terutama di Indonesia, Filipina, dan Vietnam Pandey, 1997.
21
2.3.2. Konsumsi Energi Indonesia
Kebutuhan energi di Indonesia terus meningkat, baik karena peningkatan penduduk maupun karena peningkatan konsumsi energi perkapita. Konsumsi
energi komersial mengalami pertumbuhan dari 47,5x10
6
SBM pada tahun 1970 menjadi 357,5x10
6
SBM pada tahun 1990. Sebagian besar dari energi komersial tersebut berasal dari energi fosil. Menurut Kadir 1995, terdapat 93,5 dari
konsumsi energi komersial di Indonesia pada tahun 1990 berasal dari energi fosil, yaitu minyak bumi 64,3 dan gas bumi 21,5 serta batu bara 7,7.
Konsumsi energi di Indonesia seperti halnya dengan konsumsi energi dunia, mengalami peningkatan dalam kurun waktu 1975 sampai 1988. Menurut Kadir
1995 konsumsi energi di Indonesia meningkat dari 257,3x10
6
SBM pada tahun 1975 menjadi 487x10
6
SBM pada tahun1988 Tabel 5. Konsumsi energi total pada tahun 1988 sebesar 487x10
6
SBM sebanyak 292,2x10
6
SBM adalah energi komersial yang sebagian besarnya berasal dari minyak dan gas bumi. Peranan
energi komersial dalam struktur energi Indonesia terus meningkat dari 34,7 pada tahun 1975 menjadi 60 pada tahun 1988. Peningkatan peranan dan jumlah
energi komersial dalam struktur energi nasional berasal dari energi fosil. Berarti bagian terbesar dari peningkatan konsumsi energi di Indonesia adalah dari energi
fosil, sehingga secara bersamaan terjadi pula peningkatan pencemaran atmosfir sebagai dampak pemakaian energi tersebut.
Tabel 5. Konsumsi Energi Total Indonesia Tahun
Energi Komersial Kayu dan Limbah
Total 10
6
SBM 10
6
SBM 10
6
SBM 1975
1976 1977
1978 1983
1988 89,2 34,7
100,2 35,4 120,0 37,8
145,0 40,4 223,6 52,1
292,2 60,0 168,1 65,3
182,8 64,6 197,6 62,2
213,6 59,6 205,5 47,9
194,8 40,0 257,3
283,0 317,6
358,6 429,1
487,0
Sumber : Kadir 1995
Konsumsi energi komersial sangat dominan berasal dari minyak bumi dan gas bumi. Pada tahun 1975 dari 89,2x10
6
SBM konsumsi energi komersial terda-
22
pat 67,5x10
6
SBM atau sebesar 75,67 berasal dari minyak dan gas bumi. Pada kurun waktu dari tahun 1975 sampai tahun 1988 proporsi minyak dan gas bumi
dalam konsumsi energi komersial mengalami penurunan, yaitu apabila pada tahun 1975 sebesar 75,67 turun menjadi 63,82 pada tahun 1988 Kadir, 1995.
Seperti halnya kecenderungan konsumsi energi pada dasawarsa sebelumnya, pada kurun waktu 1990 sampai dengan 2000 konsumsi energi di Indonesia terus
mengalami peningkatan. Menurut data Ditjen Migas 2004, pada tahun 1990 kon- sumsi energi mencapai 420,863x10
6
SBM meningkat menjadi 641,271x10
6
SBM pada tahun 2000 atau meningkat sebesar 52,37 Tabel 6. Pertumbuhan kon-
sumsi energi di Indonesia serupa dengan perilaku umum dari konsumsi energi seluruh negara di dunia, yaitu berkecenderungan yang meningkat Pandey, 1997.
Di lihat dari jumlah energi yang dikonsumsi, pemakaian energi komersial berkecenderungan meningkat, baik secara proporsi dalam komposisi energi mau-
pun secara kuantitas. Apabila pada tahun 1990 proporsi energi komersial dari energi yang dikonsumsi sebesar 54,1 227,672x10
6
SBM meningkat menjadi 65,69 421,271x10
6
SBM pada tahun 2000. Ditjen Migas, 2004. Tabel 6. Pemakaian Energi Total
Tahun Energi Komersial
Energi Non-komersial Jumlah
10
6
SBM 10
6
SBM 10
6
SBM 1990
1991 1992
1993 1994
1995 1996
1997 1998
1999 2000
227,672 54,10 245,318 55,54
269,006 57,42 292,752 59,09
304,749 59,75 330,488 61,44
356,732 63,03 377,240 63,82
369,511 62,92 389,714 63,96
421,277 65,69 193,191 45,90
196,354 44,46 199,505 42,58
202,655 40,91 205,265 40,25
207,404 38,56 209,220 36,97
213,843 36,18 217,172 37,02
219,568 36,04 220,044 34,31
420,863 441,672
468,511 495,407
510,014 537,892
565,952 591,083
586,683 609,282
641,271
Sumber : Ditjen Migas 2004
Pada kurun waktu sebelas tahun dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 peningkatan konsumsi energi selain sebagai konsekuensi dari pertambahan pen-