5. Nilai Lingkungan HASIL DAN PEMBAHASAN

109 dan kerbau rata-rata 25 kghari, rata-rata kotoran setiap ekor kambing dan domba 0,6818 kghari Kadir, 1995, rata-rata kotoran setiap ekor ayam 0,09 kghari Kadir, 1995, dan setiap hektar pasca panen padi menghasilkan limbah padat rata-rata sebesar 4,36 kghari Pandey, 1997 Berdasarkan asumsi dan dengan menggunakan data statistik dari BPS kawasan Bogor Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, diperoleh potensi limbah padat yang meliputi sampah kota, kotoran sapi dan kerbau, kotoran kambing dan domba, dan limbah padat pertanian padi dalam kurun waktu tahun 1996 sampai tahun 2003. Jumlah limbah padat yang terkumpul menggunakan data dalam Tabel 22. Potensi limbah padat dan limbah padat yang terkumpul serta perlindungan lingkungan setiap hari dalam tahun tertntu untuk kawasan Bogor seperti pada Tabel 34. Tampak reduksi limbah padat yang dapat direalisasikan oleh sentra energi berkisar dari 30,21 sampai dengan 34,55 dari produksi total empat sumber limbah padat di kawasan Bogor. Rata-rata selama masa operasional 8 tahun adalah 31,82 yang merupakan indikasi bahwa peranan sentra energi kawasan Bogor cukup nyata dalam mereduksi jumlah limbah padat yang dihasilkan. Tabel. 34 Perlindungan Lingkungan kawasan Bogor Tahun Potensi Sampah tonhari Sampah Terkumpul tonhari Nilai Lingkungan 1996 2079,97 629,62 30,27 1997 1834,11 615,46 33,56 1998 1717,45 565,72 32,94 1999 1720,13 594,34 34,55 2000 1801,99 584,77 32,45 2001 1901,69 564,28 29,67 2002 2002,27 604,84 30,21 2003 2038,49 630,27 30,92 Berdasarkan asumsi dan dengan menggunakan data statistik dari BPS Provinsi DKI Jakarta, diperoleh potensi limbah padat yang meliputi sampah kota, kotoran sapi, dan limbah padat pertanian padi dalam kurun waktu tahun 1996 sampai tahun 2003. Jumlah limbah padat yang terkumpul menggunakan data dalam Tabel 23. Potensi limbah padat dan limbah padat yang terkumpul serta perlindungan ling- 110 kungan setiap hari dalam tahun tertentu untuk kawasan DKI Jakarta seperti pada Tabel 35 Tabel 35 Perlindungan Lingkungan kawasan DKI Jakarta Tahun Potensi Sampah tonhari Sampah Terkumpul tonhari Nilai Lingkungan 1996 7595,55 5109,24 67,27 1997 8129,4 5228,23 64,31 1998 7755,77 5084,18 65,55 1999 7107,91 5290,79 74,44 2000 7062,54 5224,81 73,98 2001 7051,09 5155,21 73,11 2002 7113,19 5603,35 78,77 2003 7045,48 5719,97 81,19 Terlihat pada Tabel 35, sentra energi kawasan DKI Jakarta dapat mereduksi limbah padat berkisar 64,31 sampai dengan 81,19 atau rata-rata 72,33 dari produksi total limbah padat di kawasan tersebut. Tingginya nilai lingkungan, dise- babkan dominannya produksi sampah kota dalam struktur limbah padat di kawasan DKI Jakarta. Perlindungan lingkungan rata-rata 72,33 menunjukkan bahwa peran sentra energi kawasan DKI Jakarta sangat nyata dalam mereduksi jumlah limbah pa- dat yang dihasilkan di kawasan tersebut. Berdasarkan asumsi dan dengan menggunakan data statistik dari BPS kawasan Purwakarta, diperoleh potensi limbah padat yang meliputi sampah kota, kotoran sapi dan kerbau, kotoran kambing dan domba, kotoran ayam, dan limbah padat pertanian padi dalam kurun waktu tahun 1996 sampai tahun 2003. Jumlah limbah padat yang terkumpul menggunakan data dalam Tabel 24. Potensi limbah padat dan limbah padat yang terkumpul serta perlindungan lingkungan setiap hari dalam tahun tertentu untuk kawasan DKI Jakarta seperti pada Tabel 36 Tampak pada Tabel 36 reduksi sampah yang dapat direalisasikan oleh sentra energi berkisar dari 24,53 sampai 29,49 dari produksi total lima sumber limbah di kawasan Purwakarta. Perlindungan lingkungan selama masa operasional delapan tahun adalah rata-rata 28,54 . Nilai rata-rata perlindungan lingkungan tersebut 111 mengindikasikan bahwa peran sentra energi kawasan Purwakarta cukup nyata dalam mereduksi jumlah limbah padat yang dihasilkan. Tabel 36 Perlindungan Lingkungan kawasan Purwakarta Tahun Potensi Sampah Tonhari Sampah Terkumpul Tonhari Nilai Lingkungan 1996 1160,89 319,92 27,56 1997 1163,60 340,18 29,24 1998 1315,92 322,80 24,53 1999 1165,75 342,45 29,38 2000 1193,70 351,95 29,48 2001 1240,09 362,41 29,23 2002 1299,98 382,64 29,43 2003 1310,44 386,38 29,49 Peranan sentra energi biomassa dalam mengurangi jumlah limbah padat yang dihasilkan oleh kegiatan di kawasan sentra energi tersebut pada tingkatan yang cukup berarti kawasan Bogor dan kawasan Purwakarta dan pada tingkatan yang sangat berarti kawasan DKI Jakarta. Berdasarkan temuan pada ketiga kawasan yang po- tensi biomassanya antara satu kawasan dengan kawasan lainnya relatif mempunyai perbedaan, dapat dinyatakan bahwa sentra energi biomassa dapat memberikan peran yang signifikan dalam mereduksi limbah padat di kawasan sentra energi tersebut. Peran tersebut sangat berarti apabila dikaitkan dengan proporsi jenis limbah peter- nakan dan limbah budidaya padi sawah, yaitu kawasan Bogor sebesar 78,89 , sebesar 100 pada kawasan DKI Jakarta, dan di kawasan Purwakarta, yaitu lebih dari 80 . Budidaya tanaman di Belanda yang menggunakan kompos dan pupuk sin- tesis potensial mengemissikan gas N 2 O dan gas CH4 Kramer et al, 1999. Menurut Yang et al 1998 budidaya padi sawah yang menggunakan kompos limbah budidaya padi mengemisikan gas metana maksimum pada suhu 37 o C dan 60 o C. Emisi gas metana dari budidaya padi sawah sekitar 25 dari emisi metana global terutama oleh proses fermentasi anaerobik oleh bakteri matogen Renenberg et al, 1992. Pe- nerapan teknik-teknik pengolahan pengairan pada budidaya padi sawah hanya dapat mengurangi emisi gas metana, tetapi tidak dapat menghilangkan emisi gas metana secara total Naharia, 2004. 112 4.5. Simulasi Sentra Energi Biomassa 4.5.1. Biomassa Terkumpul dan Produksi Metana Simulasi model untuk meramalkan karakteristik operasional ketiga sentra energi pada kurun waktu delapan tahun, yaitu dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2003. Peramalan menggunakan data histroris biomassa setiap kawasan dalam kurun waktu lima tahun, yaitu dari tahun 1991 sampai tahun 1995. Data historis yang digu- nakan adalah statistik dari BPS BPS Kabupaten Bogor, 1991, 1994, 1995; BPS Kota Bogor, 1993, 1996; BPS Provinsi DKI Jakarta, 1993, 1995; BPS Kabupaten Purwakarta, 1993, 1996. Berdasarkan asumsi-asumsi yang layak, karakteristik ope- rasional delapan tahun seperti pada Tabel 37 Tabel 37 memperlihatkan biomassa yang terkumpul pada ketiga kawasan tidak memiliki perbedaan yang berarti antara suatu tahun dengan tahun yang lainnya. Pada kawasan Bogor berkecenderungan menurun, sedangkan pada kedua kawasan lainnya jumlah biomassa yang terkumpul mempunyai kecenderungan meningkat. Gambaran dari hasil simulasi tersebut serupa dengan kecenderungan yang terjadi pada keadaan yang sesungguhnya. Selisih biomassa terkumpul pada ketiga kawasan antara hasil simulasi model dengan hasil yang sesungguhnya seperti pada Gambar 23. Tabel 37 Biomassa terkumpul dan produksi metana masa operasional Tahun Biomassa terkumpul tonhari Metana tonhari Bogor Jakarta Purwakarta Bogor Jakarta Purwakarta 1996 771,84 5221,44 644,52 18,025 68,554 19,702 1997 770,09 5311,21 654,39 17,842 69,689 20,008 1998 768,34 5400,97 664,05 17,659 70,825 20,307 1999 766,60 5490,75 673,74 17,476 71,961 20,609 2000 764,85 5580,51 683,35 17,293 73,096 20,905 2001 763,11 5670,29 693,00 17,110 74,231 21,206 2002 761,36 5760,05 702,67 16,927 75,367 21,505 2003 759,61 5849,82 712,31 16,743 76,502 21,805 Pada Gambar 23 memperlihatkan selisih biomassa terkumpul antara hasil simulasi dengan hasil yang sesungguhnya di kawasan Bogor berkisar dari 0,5 sam- pai dengan 5,9 , atau rata-rata 2,6 . Pada kawasan DKI Jakarta selisih tersebut berkisar dari 1,6 sampai dengan 10 atau rata-rata 4,5 . Simulasi untuk kawas- 113 an Purwakarta menunjukkan selisih biomassa terkumpul antara hasil simulasi model dengan hasil sesungguhnya sangat baik, yaitu antara 0,01 sampai dengan 3,3 dengan rata-rata 1,3 . Hasil simulasi model pada ketiga kawasan sentra energi bio- massa memperlihatkan nilai yang tidak berbeda jauh dari hasil yang sesungguhnya, yaitu rata-rata kurang dari 5 masih dalam batasan kriteria sangat baik Suratmo, 2002. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Tahun operasional S el isi h b io m assa t er ku m p u l Bgr DKI Pw k Gambar 23 Persentase selisih biomassa hasil simulasi terhadap riel Hasil simulasi model dengan tingkat kebenaran yang sangat baik dalam mem- prediksi biomassa terkumpul pada ketiga kawasan yang memiliki potensi biomassa yang berbeda, merupakan indikasi bahwa tidak terdapat perbedaan kesalahan simu- lasi model antara kawasan-kawasan yang potensi biomassanya berbeda satu dengan lainnya. Berdasarkan hal tersebut, maka telah cukup beralasan untuk menyimpulkan bahwa model dapat digunakan untuk meramal jumlah biomassa yang terkumpul pada masa operasional sentra energi di suatu kawasan. Karakteristik jumlah gas metana hasil simulasi model mempunyai kecende- rungan yang serupa dengan karakteristik hasil gas metana yang sesungguhnya. Gas metana hasil simulasi model pada ketiga sentra energi memiliki pola yang sama de- ngan pola biomassa hasil simulasi model. Gambar 24, memperlihatkan persentase selisih jumlah gas metana hasil simulasi model dengan hasil yang sesungguhnya. Selisih hasil simulasi model dengan yang sesungguhnya untuk kawasan Bogor ber- kisar dari 1,1 sampai 8,8 dengan rata-rata 3,6 . Pada kawasan DKI Jakarta se- lisih jumlah gas metana yang antara hasil simulasi model dengan hasil yang se-