Produksi Gas Metana Sentra Energi Biomassa
102
Tabel 28 memperlihatkan produksi harian pada tahun-tahun operasional sentra energi menyerupai pola total biomassa yang terkumpul, yaitu yang berfluktuasi
dengan rata-rata produksi sebesar 17,045 tonhari. Kenaikan tertinggi adalah sebesar 103,26 dari rata-rata produksi, dan penurunan tertinggi dari sebesar 95,23 dari
rata-rata produksi. Pada kurun waktu tahun 1990 sampai tahun 2000 penjualan gas kota dan LPG yang tertinggi untuk konsumen rumahtangga dan kebutuhan tran-
sportasi di Indonesia terjadi pada tahun 1996, yaitu sebesar 47 Juta m
3
gas kota dan 2.900 ton LPG Ditjen Migas, 2004. Nilai energi dari jumlah gas tersebut setara
dengan 18.880 ton metana. Produksi terendah gas metana terjadi pada tahun 1998 se- besar 16,232 tonhari atau 5843,52 tontahun setara dengan 30,95 penjualan gas
untuk rumahtangga dan transportasi di Indonesia. Jumlah gas metana yang dihasilkan tersebut menunjukkan bahwa produksi gas metana sentra energi kawasan Bogor rela-
tif tinggi. Tabel 28 Produksi gas metana sentra energi kawasan Bogor tonhari
Tahun Bahan
Sampah Limbah
Sapi Limbah
Kambing Limbah
Sawah Produk
Ladang Total
1996 4,104 4,766 1,864
2,522 5,029 18,285 1997 4,442 3,967
1,410 2,532 5,029 17,379
1998 4,168 3,323 1,131
2,582 5,029 16,232 1999 4,563 3,235
1,282 2,529 5,029 16,638
2000 4,390 3,346 1,331
2,487 5,029 16,583 2001 4,134 2,946
1,937 2,486 5,029 16,531
2002 4,614 2,860 1,921
2,683 5,029 17,107 2003 4,808 3,584
1,981 2,200 5,029 17,601
Perhitungan produksi gas metana sentra energi biomassa kawasan DKI Jakarta menggunakan jumlah biomassa yang dapat dikumpulkan, yaitu pada Tabel 23. Ber-
dasarkan jumlah biomassa yang dapat dikumpulkan dan sesuai dengan proporsinya, maka produksi harian gas metana dari sentra energi kawasan DKI Jakarta selama de-
lapan tahun operasional dari tahun 1996 sampai tahun 2003 seperti pada Tabel 29. Tabel 29 memperlihatkan pola hasil produksi harian sentra energi pada tahun-
tahun operasionalnya menyerupai pola total biomassa terkumpul, yaitu berfluktuasi
103
dengan rata-rata 69,57 ton gas metana perhari. Kenaikan tertinggi sebesar 107,7 dari rata-rata produksi yang terjadi pada tahun 2003, dan penurunan tertinggi terjadi
pada tahun 1998 sebesar 96,01 dari rata-rata produksi. Hasil produksi gas metana yang terendah adalah sebesar 66,797 tonhari atau 24.046,92 tontahun. Bila jumlah
kosumsi gas yang tertinggi oleh rumahtangga dan transportasi di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1990 sampai tahun 2000 yang setara dengan 18.880 ton metana
sebagai pembanding, maka produksi terendah gas metana dari sentra energi tersebut adalah setara dengan 127,37 konsumsi gas untuk rumahtangga dan transportasi di
Indonesia. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa jumlah gas metana yang dipro- duksi oleh sentra energi kawasan DKI Jakarta mencapai jumlah yang tinggi, yaitu
melampuai jumlah penjualan gas untuk rumahtangga dan transportasi di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1990 sampai dengan tahun 2000..
Tabel. 29 Produksi gas metana sentra energi kawasan DKI Jakarta tonhari Tahun
Bahan Sampah Kotoran sapi
Sampah Padi Total
1996 66,164 0,805
0,105 67,074
1997 67,711 0,835
0,092 68,638
1998 65,798 0,892
0,107 66,797
1999 68,511 0,856
0,101 69,468
2000 67,693 0,763
0,109 68,565
2001 66,778 0,780
0,106 67,664
2002 72,693 0,669
0,068 73,430
2003 74,236 0,640
0,051 74,927
Perhitungan produksi gas metana sentra energi biomassa kawasan Purwakarta menggunakan jumlah biomassa yang dapat dikumpulkan, yaitu pada Tabel 24. Ber-
dasarkan jumlah biomassa yang dapat dikumpulkan, produksi harian gas metana sentra energi kawasan Purwakarta selama masa operasionalnya dari tahun 1996 sam-
pai dengan tahun 2003 seperti pada Tabel 30. Tabel 30 memperlihatkan produksi harian pada tahun-tahun operasional sentra
energi menyerupai pola total biomassa yang terkumpul yang berfluktuasi dengan rata-rata 20,787 tonhari. Kenaikan tertinggi sebesar 105,76 dari rata-rata pro-
104
duksi, dan penurunan tertinggi dari sebesar 94,26 dari rata-rata produksi. Produksi gas metana terendah terjadi pada tahun 1996 sebesar 19,594 tonhari atau 7.053,84
tontahun setara dengan 37,36 penjualan gas untuk rumah tangga dan transportasi di Indonesia pada tahun yang sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah gas
metana hasil produksi sentra energi biomassa Purwakarta dapat mensubstitusi kebu- tuhan gas untuk rumah tangga dan transportasi pada proporsi yang sangat berarti.
Tabel 30 Produksi Gas metana sentra energi kawasan Purwakarta tonhari Tahun
Bahan Sampah
Sampah Sapi
Kotoran kambing
Sampah Padi
Kotoran ayam
Produk Ladang
Total 1996 0,236 5,531 2,186 1,008 0,576 10,057
19,594 1997 0,246 5,739 2,829 0,916 0,588 10,057
20,375 1998 0,254 5,116 2,893 1,034 0,535 10,057
19,890 1999 0,250 5,612 2,979 1,007 0,576 10,057
20,480 2000 0,264 5,725 3,086 1,024 0,658 10,057
20,815 2001 0,251 5,867 3,193 1,071 0,823 10,057
21,261 2002 0,260 6,228 3,321 1,126 0,905 10,057
21,897 2003 0,268 6,449 3,429 0,942 0,839 10,057
21,984 Bila penjualan gas tertinggi untuk rumah tangga dan transportasi di Indonesia
pada kurun waktu tahun 1990 sampai tahun 2000 sebagai pembanding, maka tingkat produksi gas metana yang terendah selama delapan tahun operasionalnya di ketiga
sentra energi biomassa merupakan jumlah yang relatif besar, yaitu dengan proporsi 30,95 untuk kawasan Bogor, sebesar 127,37 pada kawasan DKI Jakarta, dan
untuk sentra energi biomassa kawasan Purwakarta sebesar 37,36 . Hal ini mengin- dikasikan, bahwa sentra energi biomassa dapat menghasilkan energi yang dapat men-
substitusi energi fosil pada proporsi yang cukup nyata. Fakta tersebut membuktikan hipotesis bahwa dipandang dari jumlah energi yang dihasilkan model sentra energi
biomassa layak untuk diwujudkan. Pada aspek lain, perolehan gas metana sebagai bahan energi substitusi energi fosil akan menurunkan emisi gas rumah kaca terutama
emisi gas CO
2
. Indonesia memiliki sumberdaya energi terbarukan yang relatif besar seperti : energi solar, biomassa, angin gelombang laut, tenaga air, dan panas bumi ,
sebagai energi alternatif yang dapat mengendalikan emisi gas CO
2
MERI, 1996.
105
Menurut Claveland 1995, penggunaan bahan energi alternatif pada daerah yang memiliki sumberdaya akan mereduksi penggunaan energi fosil yang berdampak pada
penurunan biaya produksi dan pencemaran lingkungan, seperti pengunaan energi biomassa dan tenaga hewan yang dikombinasikan dengan energi fosil di daerah per-
tanian di Amerika Serikat telah menurunkan biaya produksi sampai 30 .