56
VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN
Karakteristik umum dari responden pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan
di luar usahatani per bulan, status pekerjaan, lama berusahatani, budidaya dalam setahun, status kepemilikan lahan, luas lahan, pola tanam dan rata-rata hasil
panen. Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petani kedelai edamame. Di mana petani kedelai edamame tersebut memposisikan diri sebagai
konsumen dari benih kedelai edamame. Konsumen dalam artian sebagai orang yang secara langsung mendapatkan, mengkonsumsi dan menggunakan benih
kedelai edamame yang tidak untuk dimakan, tetapi digunakan dalam kegiatan produksi kedelai edamame. Berikut ini akan dijelaskan hasil penelitian mengenai
karakteristik umum dari petani responden kedelai edamame yang berjumlah 40 orang di Desa Sukamaju Kecamatan Megamendung Bogor.
6.1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh informasi bahwa 100,0 persen petani responden berjenis kelamin laki-laki Tabel 9.
Tabel 9.
Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin Jumlah orang
Persentase 100 1
Laki-laki 40 100,0
2 Perempuan Total
40 100,0
Tabel 9 menunjukan bahwa responden berdasarkan jenis kelamin lebih didominasi oleh jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Persentase responden berjenis kelamin laki-laki adalah sebesar 100,0 persen dari total responden. Hasil sebaran ini tentu bisa dimaklumi mengingat umumnya
petani adalah laki-laki. Selain itu, di Desa Sukamaju perempuan yang berusahatani cenderung memposisikan dirinya untuk bergabung kepada
Kelompok Wanita Tani yang mengusahakan komoditas bunga seperti bunga krisan dan bunga balon. Di lapang, responden yang berjenis kelamin perempuan
hanya sebagai buruh dan sebagian membantu suami di lahan berbagai komoditas
57 seperti cabai, padi, ubi jalar,dan kedelai edamame, tetapi tidak sebagai konsumen.
Oleh karena itu, petani responden berdasarkan jenis kelamin perempuan tidak ada.
6.2. Responden Berdasarkan
Usia Karakteristik responden berdasarkan usia menunjukkan bahwa jumlah
petani responden terbanyak adalah petani responden yang berada pada rentang usia 31-40 tahun yaitu 13 orang atau sebesar 32,5 persen. Petani responden
terbanyak kedua berada pada rentang usia 20-30 tahun yaitu 10 orang atau sebesar 25 persen. Kemudian pada rentang usia 41-50 tahun petani responden berjumlah 9
orang atau 22,5 persen. Sementara untuk rentang usia 51-60 tahun berjumlah 7 orang petani responden atau 17,5 persen dan
≥61 tahun diperoleh 1 orang petani responden atau sebesar 2,5 persen. Sebaran responden berdasarkan usia dapat
dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Sebaran Responden Berdasarkan Usia
No Usia tahun
Jumlah orang Persentase
1 20-30
10 25,0
2 31-40 13
32,5 3 41-50
9 22,5
4 51-60 7
17,5 5
≥61 1 2,5
Total 40
100,0 Rentang usia 31-40 tahun menjadi jumlah petani responden terbanyak
yang melakukan usahatani kedelai edamame. Hasil tersebut disebabkan karena
masih rendahnya pengalaman petani responden dalam berusahatani kedelai edamame dibandingkan dengan berusahatani padi, jagung, ubi jalar, dan komoditi
lain yang umumnya dilakukan di Desa Sukamaju. Di mana sebesar 70,0 persen petani responden telah berusahatani kedelai edamame selama kurang dari 5 tahun.
Rendahnya pengalaman dari petani responden tersebut disebabkan karena PT Saung Mirwan, perusahaan yang pertama kali mengenalkan kedelai edamame
kepada petani baru membentuk kemitraan pada pada tahun 1992. Pada tahun 1992 jumlah petani yang bermitra berjumlah 5 orang dan berkembang menjadi 40
orang pada tahun 2005 dan sekarang telah mencapai kurang lebih 100 petani mitra Irsyadi, 2011. Selain itu, juga dikarenakan pada rentang usia 31-40 tahun petani
58 responden cenderung lebih responsif dalam menerima sesuatu yang baru, baik dari
segi teknologi budidaya maupun jenis komoditi baru dibandingkan dengan petani responden dengan rentang usia 51-60 tahun. Sama halnya pada rentang usia 20-30
tahun atau 41-50 tahun yang masih mampu untuk menerima bahkan memilih berusahatani kedelai edamame sebagai tanaman selingan.
Kondisi ini
terjadi karena pada umumnya petani sulit untuk merubah pola pemikirannya dalam menentukan komoditi yang akan ditanam, apalagi untuk
komoditi seperti kedelai edamame. Selain itu, juga dipengaruhi dari tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh oleh petani. Hasil menunjukkan bahwa sebesar
82,5 persen petani menempuh pendidikan sampai SD saja, sehingga pemahaman dalam menerima hal yang baru yang berkaitan dengan produksi menjadi
cenderung sulit untuk dapat diterima. Faktor lain juga dapat terkait dengan adanya budaya turun temurun, sehingga berusahatani kedelai edamame menjadi lebih
sulit untuk usia pada rentang 51-60 tahun dan usia ≥ 61 tahun.
6.3. Responden Berdasarkan Status Pernikahan