63 berusahatani kedelai edamame. Dengan memiliki pengalaman berusahatani
kedelai edamame yang lama, dapat membantu petani dalam melaksanakan kegiatan produksi kedelai edamame. Misalnya saja hal yang terkait dengan
pembenihan dan teknik budidaya kedelai edamame.
6.8. Responden Berdasarkan
Budidaya Dalam Setahun
Berdasarkan hasil kuesioner menunjukkan bahwa terdapat 20 petani responden atau 50,0 persen yang melakukan budidaya kedelai edamame sebanyak
2 kali dalam setahun. Umumnya kedelai edamame ini dijadikan sebagai tanaman selingan untuk padi dan komiditi lain seperti caisin, mentimun, terong, jagung,
dan ubi. Sementara sebanyak 19 petani responden atau 47,5 persen yang melakukan budidaya kedelai edamame dalam setahun sebanyak 1 kali. Petani
responden yang melakukan budidaya kedelai edamame selama 1 kali ini umumnya juga menjadikan kedelai edamame sebagai tanaman selingan, hanya
saja komoditi lain yang lebih banyak untuk ditanam oleh petani. Sisanya sebanyak 1 petani responden atau 2,5 persen melakukan budidaya kedelai edamame
sebanyak 3 kali. Petani responden melakukan budidaya kedelai edamame sebanyak 1 dan 2
kali dalam setahun karena masih rendahnya benih yang tersedia di pasar, sehingga sulit untuk memperoleh benihnya. Hal lain dikarenakan sistem irigasi yang masih
rendah, sehingga setiap petani harus bergiliran dalam mengairi lahan. Di samping itu juga untuk menjaga kesuburan tanah, sehingga diselingi dengan tanaman lain.
Sementara petani yang melakukan budidaya kedelai edamame sebanyak 3 kali dalam setahun memang didukung oleh letak lahan dan pengairan yang bagus yang
berbeda dengan petani lainnya, sehingga lebih mudah dalam melakukan budidaya kedelai edamame. Hasil sebaran responden berdasarkan budidaya dalam setahun
dapat dilihat pada Tabel 16.
64
Tabel 16. Sebaran Responden Berdasarkan Budidaya Dalam Setahun
No Budidaya Dalam Setahun
Jumlah orang Persentase
1 1
19 47,5
2 2
20 50,0
3 3 1
2,5 Total
40 100,0
6.9. Responden Berdasarkan
Status Kepemilikan Lahan
Petani responden dapat melakukan budidaya kedelai edamame pada lahan dengan status kepemilikan lahan yang beragam yaitu mulai dari milik sendiri,
menyewa, dan juga menggunakan lahan garapan. Pada Tabel 17 diketahui bahwa status kepemilikan lahan yang digunakan oleh petani responden untuk melakukan
budidaya kedelai edamame didominasi oleh lahan milik sendiri sebanyak 24 petani responden atau 60,0 persen. Hasil ini merupakan petani responden
terbanyak berdasarkan status kepemilikan lahan. Sedangkan petani yang menyewa lahan sebanyak 10 petani responden atau 25,0 persen. Petani dengan status
lahannya garap sebanyak 6 petani responden atau 15,0 persen. Dengan status kepemilikan lahan milik sendiri, memudahkan petani dalam
mengambil keputusan untuk melakukan budidaya kedelai edamame. Petani menjadi lebih leluasa dan memiliki kewenangan lebih besar atas lahannya
dibandingkan dengan menyewa ataupun menggunakan lahan garapan. Misalnya saja petani dengan lahan milik sendiri dapat bebas menggunakan lahannya untuk
kegiatan usahatani komoditi apapun. Selain itu, status kepemilikan lahan dapat juga berpengaruh terhadap pendapatan usahatani yang diterima oleh petani. Di
mana petani yang melakukan budidaya di lahan milik sendiri cenderung akan menerima pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang
menyewa ataupun menggunakan lahan garapan. Hal ini dikarenakan petani yang menyewa ataupun menggunakan lahan garapan tentunya akan menerima risiko
berupa mengeluarkan sejumlah biaya atas lahan yang digunakan. Menyewa dan menggunakan lahan garapan dipilih petani karena untuk menambah luasan lahan
yang akan digunakan untuk berusahatani pada musim tanam tertentu.
65
Tabel 17. Sebaran Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan
No Status kepemilikan lahan
Jumlah orang Persentase
1
Sendiri 24 60,0
2 Sewa 10
25,0 3 Garapan
6 15,0
Total 40
100,0
6.10. Responden Berdasarkan Luas Lahan