Pengembangan dan Potensi Kedelai Edamame di Indonesia

8 II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi tinjauan mengenai komoditi kedelai edamame, seperti dalam hal pengembangan dan potensi kedelai edamame di Indonesia. Tidak hanya dari segi komoditinya saja yang ditinjau, akan tetapi dari segi alat analisis yang digunakan pun juga ditinjau yaitu kajian penilaian sikap dengan multiatribut fishbein, penilaian tingkat kepentingan dan kinerja dengan Importance Performance Analysis IPA dan penilaian tingkat kepuasan dengan Customer Satisfaction Index CSI. Tinjauan lainnya juga membahas mengenai perbedaan dengan penelitian terdahulu.

2.1. Pengembangan dan Potensi Kedelai Edamame di Indonesia

Santoso 2003 menjelaskan bahwa di Indonesia kedelai edamame dikenal sebagai kedelai yang diproduksi dalam keadaan belum masak penuh yang biasanya dipanen pada umur 65 hari setelah tanam. Sementara ini sentra produksi kedelai edamame di pulau Jawa dapat dijumpai di daerah Jember Jawa Timur, Wonogiri Jawa Tengah, dan Ciawi-Bogor Jawa Barat. Namun, tidak menutup kemungkinan pada masa yang akan datang produksi komoditi ini akan meningkat karena tanaman kedelai mempunyai daerah penyebaran yang luas. Pada pengelolaan di tingkat industri, kedelai edamame sebagian besar diproduksi sebagai komoditi ekspor dalam bentuk olahan beku frozen edamame dan sebagian dipasarkan di dalam negeri dalam bentuk kedelai segar yang masih dalam polong dengan kemasan plastik berlubang maupun styrofoam yang ditutup strech film . Kondisi tersebut didukung pula oleh Fadloli 2005 yang menyatakan bahwa prospek pengembangan kedelai edamame untuk keperluan ekspor khususnya ke Jepang masih besar karena permintaan Jepang dapat mencapai 7.000 ton per tahun, akan tetapi sampai saat ini Indonesia belum mampu memenuhinya. Ekspor kedelai edamame pada kurun waktu 1997 sampai dengan 1999 mengalami penurunan dalam volume dan nilainya. Akan tetapi, sejak tahun 2000 volume ekspor kedelai edamame mulai meningkat yaitu sebesar 126, 326 ton atau naik sebesar 127,57 persen. Kondisi tersebut pun berlanjut pada volume dan nilai ekspor pada tahun 2001. 9 Sama halnya menurut Purnomo 2006 yang menyatakan kedelai edamame beku frozen vegetable soybean merupakan produk olahan kedelai edamame yang dikonsumsi sebagai makanan ringan dan mempunyai prospek pasar yang menjanjikan. Pasar utama edamame beku adalah Jepang 88 dan Amerika 11. Permintaan edamame di Amerika terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1993 permintaan edamame beku hanya 800 ton, namun pada tahun 2000 telah meningkat sampai mencapai lebih dari 10.000 ribu ton. Peningkatan permintaan edamame beku di Amerika disebabkan karena kebutuhan konsumen terhadap manfaat kesehatan yang diperoleh dengan mengkonsumsi edamame. Sama halnya juga dengan di Jepang, peningkatan permintaan edamame beku diperkirakan mencapai tiga sampai lima persen per tahunnya Meidyawati 2006 menjelaskan permintaan edamame baik untuk pasar domestik maupun luar negeri cukup besar. Produktivitas edamame di Jawa Barat selama periode 1996 sampai 2000 relatif masih rendah yaitu 2,92 ton per ha. Sementara itu, volume ekspor kedelai edamame Indonesia tahun 2000 sebanyak 126,326 ton dan pada tahun 2001 meningkat menjadi 192,806 ton. Tingginya permintaan tersebut menarik Indonesia untuk memproduksi kedelai edamame. Di Indonesia, kedelai edamame mulai ditanam pada tahun 1988 di daerah Megamendung, Bogor Jawa Barat. Kedelai edamame dapat tumbuh di daerah beriklim tropis dan subtropis pada suhu cukup panas dan curah hujan yang relatif tinggi, sehingga cocok untuk ditanam di Indonesia. Feifi 2008 juga menjelaskan bahwa kedelai edamame ini sangat diminati oleh Jepang dan Amerika. Oleh karena itu, saat ini telah banyak permintaan akan kedelai edamame baik dalam negeri maupun luar negeri untuk diolah menjadi sayur ataupun camilan pada restoran-restoran Jepang. Kebutuhan Jepang terhadap kedelai edamame ini adalah sekitar 100.000 ton setahun, 70.000 ton sudah dipasok dari sejumlah Negara seperti Cina, Thailand, dan Taiwan. Begitu pula dengan Amerika yang membutuhkan sekitar 7.000 ton kedelai edamame setiap tahunnya. Sehingga, Indonesia sebagai Negara yang beriklim tropis sangat cocok untuk pengembangan kedelai edamame masih memiliki kesempatan untuk memenuhi pangsa pasar yang ada. 10 Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Irsyadi 2011 yang menyatakan bahwa kedelai edamame yang sering juga disebut kedelai Jepang memiliki pasar yang berbeda dengan kedelai biasa. Kedelai edamame memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai biasa. Komoditi kedelai edamame biasa dipasarkan ke supermarket ataupun diekspor ke luar negeri seperti Jepang. Walaupun belum terlalu banyak yang produksi dan konsumsi oleh masyarakat Indonesia, tetapi kedelai edamame memiliki peluang yang dapat dimanfaatkan Indonesia untuk meningkatkan produksi kedelai edamame di dalam negeri dan memasarkannya ke Negara Jepang.

2.2. Kajian Penilaian Sikap Dengan Metode Multiatribut Fishbein