Kerjasama Nilai Tukar di ASEAN+3

kemungkinan interim currency arrangement. Hasil kajian yang telah dilakukan oleh ASEAN pada tahun 2002 menghasilkan beberapa kesimpulan. Hasil studi yang dimaksud menunjukkan kondisi negara-negara ASEAN saat ini belum siap untuk membentuk common currency, karena belum dapat memenuhi beberapa prasyarat pembentukannya. Hal ini disebabkan antara lain karena masih lemahnya konvergensi makroekonomi, celum memadainya regional institutional framework dan relatif masih rendahnya perdagangan intra kawasan ASEAN, serta tingginya kekhawatiran akan hilangnya sovereignty atas kebijakan nasional. Pergerakan ke arah single currency akan melalui banyak tahapan bila tujuan monetary union yang sustainable ingin dicapai. Khususnya terdapat kebutuhan untuk trust building dan penciptaan komitmen politik yang tinggi. Studi berikutnya yang dilakukan oleh ASEAN adalah pada tahun 2004- 2006 untuk mencari peluang terbentuknya currrency arrangement yang dapat memfasilitasi dan mempromosikan perdagangan intra-kawasan dan memperdalam integrasi ekonomi regional. Hasil studi yang dimaksud, menyimpulkan bahwa adanya kerja sama nilai tukar di kawasan ASEAN memang sangat diperlukan terutama untuk mencapai stabilitas keuangan regional. Namun demikian, berbagai arrangement nilai tukar saat ini masih belum dilaksanakan.

5.1.3. Nilai Tukar dan Inflasi

Dalam penelitian ini, pilihan penentuan mata uang yang tepat bagi setiap negara ASEAN+3 adalah berdasarkan simulasi yang menggunakan Model VAR. Nilai tukar ACU dan mata uang domestik setiap negara anggota ASEAN+3 akan di schok secara bersamaan dan dilihat bagaimana prilaku inflasi setiap negara anggota ASEAN+3 dengan adanya shock tersebut. Landasan menggunakan variabel inflasi sebagai tolah ukurnya karena inflasi merupakan empat indikator makroekonomi penting, selain pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan balance of payment Blanchard, 2007. Nilai tukar mempunyai pengaruh terhadap variabel inflasi. Suatu negara yang menyerahkan nilai tukarnya kepada pasar, berarti keleluasaan aliran modal dan perdagangan internasional sehingga nilai tukar dan harga-harga akan bergerak dengan keterkaitan yang erat. Nilai tukar dapat mempengaruhi harga-harga 104 konsumen domestik secara langsung melalui pengaruhnya terhadap permintaan domestik dan permintaan eksternal bersih atau ekspor Simorangkir dkk, 2004. Mekanisme transmisi tersebut secara sistematis dapat dilihat pada Gambar 4. Mekanisme transmisi permintaan domestik dapat terjadi melalui perubahan harga relatif antara harga barang domestik dengan harga barang impor. Kenaikkan harga barang impor terjadap harga barang di dalam negeri akibat depresiasi mengakibatkan masyarakat cenderung untuk membeli lebih banyak barang di dalam negeri. Kenaikkan permintaan tersebut mendorong kenaikkan harga barang-barang di dalam negeri. Transmisi tidak langsung terjadi melalui permintaan luar negeri ekspor berawal dari perubahan harga barang impor dan ekspor. Nilai Tukar Inflasi Tidak Langsung Langsung Harga Impor Permintaan Domestik Permintaan LN Permintaan Total Gambar 4. Mekanisme Transmisi Nilai Tukar ke Inflasi Sumber : Sumorangkir 2004 Devaluasi nilai tukar mengakibatkan harga barang impor lebih mahal dan harga barang ekspor lebih murah. Kenaikkan harga barang impor ini dapat menekan jumlah barang impor, sedangkan penurunan harga barang ekspor dapat meningkatkan ekspor. Kedua faktor ini secara simultan akan meningkatkan permintaan luar negeri yang selanjutnya meningkatkan total permintaan agregat dan akhirnya meningkatkan laju inflasi. 105