Prosedur Analisis Penelitian DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

keseluruhan. Jika terpenuhi, maka negara-negara tersebut sudah siap membentuk suatu uni moneter regional. Langkah ketiga, penarapan ACU di kawasan ASEAN+3. Dalam Bab ini, akan dibahas bagaimana kemungkinan pembentukan ACU untuk tiga belas negara-negara ASEAN+3. Pembahasannya meliputi konstruksi dari pembentukan ACU, kriteria penentuan bobot, penentuan indikator divergen untuk setiap mata uang negara anggota ASEAN+3 berdasarkan fluktuasi nilai tukar ACU. Analisis yang dilakukan meliputi konstruksi dan pembentukan ACU menggunakan jumlah mata uang tetap atau dengan menggunakan bobot yang tetap untuk ACU. Selanjutnya dalam kriteria penentuan bobot untuk ACU digunakan pendekatan variabel GDP total ASEAN+3 dan total ekspor intra regional ASEAN+3. Setelah mendapatkan bobot untuk mata uang ACU setiap mata uang negara-negara ASEAN+3, adalah menentukan indikator divergen untuk setiap mata uang tersebut. Langkah Keempat, adalah pembahasan mengenai pilihan penggunaan mata uang, apakah menggunakan mata uang domestik atau menggunakan nilai tukar ACU. Pada Bab ini akan dianalisis mengenai keuntungan dan kerugian dengan menggunakan ACU, ketika salah satu maupun kedua nilai tukar tersebut di shock dan bagaimana pengaruhnya terhadap inflasi setiap negara ASEAN+3. Pada bahasan tersebut, akan direkomendasikan penggunaan pilihan mata uang yang sesuai untuk setiap negara. . 58 Tabel 4. Tahapan Prosedur Analisis Penelitian Judul Bab Pembahasan Keterangan Konstruksi ACU Meliputi pembahasan mengenai asumsi penggunaan ACU sebagai currency dengan satuan mata uang tetap atau bobot yang tetap. Pengalaman Eropa-ECU Proses dimana negara-negara di Eropa menggunakan mata uang paralel European Currency Unit ECU. Kesiapan ASEAN+3 dengan pendekatan konvergensi Maastricht Treaty Criteria 1. Kesiapan setiap negara ASEAN+3 dalam memenuhi Kriteria Maastricht pada periode 1997-2002 2. Kesiapan setiap negara ASEAN+3 dalam memenuhi Kriteria Maastricht pada periode 2002-2007 Komposisi dan Penentuan Bobot ACU Ruang lingkup bahasan mengenai komposisi mata uang yang digunakan dalam ACU, penentuan variabel pembentuk ACU, dan penentuan pangsa untuk memperoleh komposisi bobot setiap mata uang negara- negara di ASEAN+3 ACU pada periode krisis ekonomi 1997-2002 1. Perhitungan ACU dalam mata uang lokal setiap negara di ASEAN+3 1997- 2002 2. Mekanisme Nilai Tukar setiap negara di ASEAN+3 1997-2002 Kerja sama Nilai Tukar Asian Currency Unit ACU ASEAN+3 ACU pada periode pasca krisis ekonomi 2002-2007 3. Perhitungan ACU dalam mata uang lokal setiap 59 negara di ASEAN+3 1999- 2002 4. Mekanisme Nilai Tukar setiap negara di ASEAN+3 2003-2007 Pilihan Penggunaan Nilai Tukar di Kawasan ASEAN+3 Pilihan Penggunaan Mata Uang setiap negara di ASEAN+3 Menentukan mata uang yang sesuai bagi setiap negara di ASEAN+3, pilihan antara mata uang domestiknya atau menggunakan nilai tukar ASEAN+3. 60 IV. KERJA SAMA NILAI TUKAR ASIAN CURRENCY UNIT ACU ASEAN+3 Sejalan dengan upaya pencapaian integrasi ekonomi kawasan ASEAN+3 yang lebih dalam, stabilitas nilai tukar intra kawasan perlu untuk mendapatkan perhatian penting. Stabilitas nilai tukar diperlukan untuk menciptakan kepastian usaha dan investasi dalam suatu kawasan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi arus barang dan jasa lintas batas terutama bagi negara-negara yang sudah terintegrasi dan sangat tergantung pada pasar internasional. Krisis ekonomi dan moneter yang melanda ASEAN dan Asia Timur pada Tahun 1997 meruntuhkan mayoritas perekonomian negara-negara di kawasan tersebut. Hal ini diakibatkan karena ketidakstabilan nilai tukar setiap negara yang merupakan dampak buruk dari krisis. Oleh sebab itu, muncullah inisiasi CMI untuk melakukan pengkoordinasian nilai tukar dalam kawasan ini. Dari CMI melahirkan kesepakatan untuk menciptakan lingkungan politik dan ekonomi yang kondusif dengan memperkenalkan sistem nilai tukar bersama. Sistem nilai tukar bersama yang dimaksud adalah Asian Currency Unit ACU. Peluncuran ACU bertujuan untuk memonitor pergerakan divergen divergen movement dari mata uang yang tergabung dalam ASEAN ditambah China, Jepang, dan Korea dalam menghadapi pergerakan kawasan perekonomiannya sendiri. Tujuan lainnya adalah mengelompokan mata uang yang tergabung tersebut dalam suatu obligasi regional dengan jumlah tertentu Kawai dan Takagi, 2005. Adapun beberapa keunggulan menggunakan nilai tukar ACU menurut Kurniyati 2007, ACU meningkatkan stabilitas nilai tukar dalam kawasan dan mendorong intensitas perdagangan dalam kawasan. Penggunaan ACU sebagai numeraire untuk transaksi perdagangan dan keuangan dalam kawasan akan menghindari competitive depreciation antar anggota di kawasan, yang pada gilirannya akan mendorong intensitas perdagangan dalam kawasan. Selanjutnya keuntungan ACU adalah mengurangi resiko nilai tukar antara pemberi pinjaman dan peminjam dari negara-negara di kawasan yang memiliki sistem nilai tukar yang berbeda-beda. Contohnya, Bank Jepang memberikan pinjaman 61 berdenominasi yen kepada perusahaan di kawasan yang negaranya menganut sistem nilai tukar peg terhadap dollar AS. Dengan demikian, beban resiko nilai tukar ditanggung seluruhnya oleh perusahaan peminjam. Apabila pinjaman diberikan dalam denominasi ACU, maka resiko nilai tukar terbagi antara pemberi pinjaman dan peminjam. Di sisi lain, Yam 1999 menegaskan bahwa ACU memperdalam pasar keuangan regional. Selain berfungsi sebagai mata uang jangkar, penciptaan ACU membentu menciptakan pasar keuangan yang lebih dalam dan likuid, melalui penciptaan instrumen keuangan financial asset berdenominasi ACU. Instrumen keuangan dalam denominasi ACU tersebut akan menambah opsi investasi di pasar keuangan Asia sehingga dapat meningkatkan saving di dalam kawasan dan menjadi pendorong perkembangan pasar keuangan regional selanjutnya. Pasar keuangan regional yang dalam dan likuid pada gilirannya akan meningkatkan stabilitas keuangan secara keseluruhan di kawasan. Kondo 2000 menjelaskan bahwa keberadaan ACU yang berfungsi sebagai alat satuan hitung transaksi di kawasan berperan penting dalam memformalkan kerjasama moneter regional yang selanjutnya dapat menjadi pendorong mempercepat pencapaian tujuan penyatuan moneter kawasan. Pengalaman Eropa dalam mendirikan European unit of account EUA pada saat Monetary Snake di awal Tahun 1970-an adalah dengan membentuk European Monetary System EMS dan European Currency Unit ECU pada Tahun 1979. Melalui serangkaian proses yang panjang, akhirnya kawasan Eropa tersebut menetapkan dirinya sebagai uni moneter Eropa European Monetary Unit -EMU dengan meluncurkan euro sebagai mata uang regional Eropa pada tahun 1999. Dari proses yang telah dilakukan oleh Eropa, pengalaman mereka dalam membentuk sebuah uni moneter regional merupakan pelajaran yang sangat relevan bagi kawasan ASEAN+3. Sebenarnya, dari beberapa tahapan yang dilakukan oleh Eropa, penggunaan mata uang paralel ECU memiliki informasi maupun kegunaan yang melimpah dalam hal monitoring pasar kawasan. 62