Kerangka Pemikiran TINJAUAN PUSTAKA
ekonomi negara di kawasan Asia. Pada saat yang bersamaan, kenaikkan laju inflasi yang tidak terkendali, seperti Indonesia tergolong tinggi 77.6 Bank
Indonesia, 2008 dan beberapa negara Asia lainnya serta terjadinya penurunan penghasilan masyarakat akibat merosotnya kegiatan ekonomi masyarakat
menjadikan daya beli menurun, hal ini kian menciptakan terjadinya kemiskinan. Dampak dari krisis ini dirasakan cukup sulit untuk berbagai negara
terutama negara yang mengalami pelemahan nilai tukar dan inflasi yang tinggi. Oleh karena itu, kecenderungan proses integrasi dan moneter di suatu kawasan
pada dasarnya selain memberikan manfaat ekonomi yang akan diperoleh dari proses tersebut lebih besar dibandingkan dengan biaya atau resiko yang mungkin
dihadapi apabila tidak terlibat dalam proses tersebut. Menyadari hal tersebut, banyak pengambil kebijakan mencoba untuk menempuh kebijakan liberalisasi
perdagangan atau mencapai kesepakatan integrasi ekonomi dengan negara lain, khususnya pada konteks ini adalah ASEAN+3.
Kebijakan maupun kesepakatan integrasi tersebut digunakan sebagai alat untuk mendapatkan akses pasar yang lebih luas dan mendorong pertumbuhan
guna meningkatkan kesejahteraan welfare state yang kokoh. Didasari oleh pemikiran tersebut, sekaligus untuk memperkuat daya saing kawasan dalam
menghadapi kompetisi global dan regional, negara-negara di kawasan Asia Tenggara tergabung dalam forum ASEAN telah menyepakati untuk meningkatkan
proses integrasi di antara negara-negara dalam kawasan tersebut melalui pembentukan ASEAN Economic Community AEC atau Masyarakat Ekonomi
ASEAN MEA dan diharapkan dapat diperluas menjadi Masyarakat Ekonomi ASEAN+3.
Berdasarkan pengalaman Eropa, keputusan integrasi ekonomi secara penuh dilandasai oleh kesepakatan trakta Maastricht. Oleh karena itu, dalam
penentuan inetgrasi di kawasan ASEAN+3 perlu merujuk apa yang telah dilakukan oleh Eropa. Dalam penelitian ini dikaji bagaimana kesiapan negara-
negara di Kawasan ASEAN+3 memenuhi konvergensi Maastricht sebagai upaya integrasi ekonomi secara penuh.
Untuk menuju suatu integrasi moneter yang komperhensif memang tidak semudah yang diharapkan. Eropa melewati perjalan transisi yang sukup panjang
40
sebelum akhirnya mampu menjadi sebuah Uni Moneter Regional Eropa. Oleh sebab itu, diperlukan beberapa langkah yang harus dilakukan oleh kawasan
ASEAN+3 antara lain penerapan Regional Currency Unit RCU yang pernah dilakukan oleh eropa dengan ECU-nya ketika memberlakukan EMS. Dalam
konteks ASEAN+3, penerapan RCU akan diberi nama ACU sesuai dengan nama kawasan Asia. Adapun tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini
untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama adalah i Kontruksi model ACU, ii Kriteria Penentuan Bobot ACU, dan iii Penentuan Indikator Divergen.
Setelah model ACU diperoleh dengan menggunakan pendekatan matematis dan deskriptif, selanjutnya adalah menjawab manfaat yang akan
dihasilkan apabila kawasan ASEAN+3 menerapkan ACU. Penentuan manfaat dari ACU dilakukan dengan cara melihat bagaimana pergerakan inflasi masing-masing
negara ASEAN+3 ketika suatu negara memilih menggunakan mata uang domestik dan nilai tukar ACU. Rangkaian kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.
41
Depresiasi Nilai Tukar Inflasi tidak terkendali
GDP Rendah Dampak Krisis
Bergabung Membentuk Kesatuan Moneter
Regional ASEAN+3 Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN+3
Konstruksi ACU Bobot ACU
Mata Uang Domestik INFLASI
Maastricht Treaty Criteria OCA
Siap Tidak Siap
Uji Kovergensi Tidak Konvergen
ACU
Indikator Divergen
Tidak Bergabung Unemployment mennigkat
Krisis Ekonomi 1997
Konvergen Mata Uang Tunggal
Kawasan Eropa
ECU
Mata Uang Euro 1999
European Monetary
Unit Background
Kesuksesan Eropa Kutub Perekonomian
Amerika Kutub Perekonomian
Eropa
Keterangan :
Latar Belakang
Lingkup Penelitian
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
42