Mekanisme Nilai Tukar Periode 2003-2007

6.5 7 7.5 8 8.5 9 2003Q1 2003Q2 2003Q3 2003Q4 2004Q1 2004Q2 2004Q3 2004Q4 2005Q1 2005Q2 2005Q3 2005Q4 2006Q1 2006Q2 2006Q3 2006Q4 2007Q1 2007Q2 2007Q3 2007Q4 CN Y A CU CN Y U S D 90 95 100 105 110 115 120 125 130 135 2003Q1 2003Q2 2003Q3 2003Q4 2004Q1 2004Q2 2004Q3 2004Q4 2005Q1 2005Q2 2005Q3 2005Q4 2006Q1 2006Q2 2006Q3 2006Q4 2007Q1 2007Q2 2007Q3 2007Q4 JP Y A C U JP Y U S D Grafi k

19. Nilai T

uk a r CNY ASEA N+3 ACU 03-07 Gr afi k

20. Nilai T

u k a r JPY ASEA N+3 ACU 03-07 800 850 900 950 1000 1050 1100 1150 1200 1250 2003Q1 2003Q2 2003Q3 2003Q4 2004Q1 2004Q2 2004Q3 2004Q4 2005Q1 2005Q2 2005Q3 2005Q4 2006Q1 2006Q2 2006Q3 2006Q4 2007Q1 2007Q2 2007Q3 2007Q4 KR W U S D KR W A C U 80 00 85 00 90 00 95 00 1000 1050 2003Q1 2003Q2 2003Q3 2003Q4 2004Q1 2004Q2 2004Q3 2004Q4 2005Q1 2005Q2 2005Q3 2005Q4 2006Q1 2006Q2 2006Q3 2006Q4 2007Q1 2007Q2 2007Q3 2007Q4 ID R A C U ID R USD Grafi k

21. Nilai T

uk a r KR WASE AN+3 ACU 03-0 7 Grafi k

22. Nilai T

uk a r I DRASE A N+3 ACU 03-07 3 3.2 3.4 3.6 3.8 4 4.2 2003Q1 2003Q2 2003Q3 2003Q4 2004Q1 2004Q2 2004Q3 2004Q4 2005Q1 2005Q2 2005Q3 2005Q4 2006Q1 2006Q2 2006Q3 2006Q4 2007Q1 2007Q2 2007Q3 2007Q4 MY R A C U MY R US D 1.3 1.3 5 1.4 1.4 5 1.5 1.5 5 1.6 1.6 5 1.7 1.7 5 1.8 2003Q1 2003Q2 2003Q3 2003Q4 2004Q1 2004Q2 2004Q3 2004Q4 2005Q1 2005Q2 2005Q3 2005Q4 2006Q1 2006Q2 2006Q3 2006Q4 2007Q1 2007Q2 2007Q3 2007Q4 S GD A C U SG D U S D Grafi k

23. Nilai T

uk a r M YRASE A N+ACU 03-07 Grafi k

24. Nilai T

u k a r SGDASEA N+3 ACU 03-07 30 32 34 36 38 40 42 44 2003Q1 2003Q2 2003Q3 2003Q4 2004Q1 2004Q2 2004Q3 2004Q4 2005Q1 2005Q2 2005Q3 2005Q4 2006Q1 2006Q2 2006Q3 2006Q4 2007Q1 2007Q2 2007Q3 2007Q4 THB A C U TH B U S D 30 35 40 45 50 55 60 65 2003Q1 2003Q2 2003Q3 2003Q4 2004Q1 2004Q2 2004Q3 2004Q4 2005Q1 2005Q2 2005Q3 2005Q4 2006Q1 2006Q2 2006Q3 2006Q4 2007Q1 2007Q2 2007Q3 2007Q4 PH P A C U PH P U SD Grafi k

25. Nilai T

u k a r T H BA S EA N+3 ACU 03-07 Grafi k

26. Nilai T

u k a r P H PA S EA N+3 ACU 03-07 96 15000 15500 16000 16500 17000 17500 18000 18500 2 003 Q1 2 003 Q2 2 003 Q3 2 003 Q4 2 004 Q1 2 004 Q2 2 004 Q3 2 004 Q4 2 005 Q1 2 005 Q2 2 005 Q3 2 005 Q4 2 006 Q1 2 006 Q2 2 006 Q3 2 006 Q4 2 007 Q1 2 007 Q2 2 007 Q3 2 007 Q4 VNDACU VNDUSD 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2 003 Q1 2 003 Q2 2 003 Q3 2 003 Q4 2 004 Q1 2 004 Q2 2 004 Q3 2 004 Q4 2 005 Q1 2 005 Q2 2 005 Q3 2 005 Q4 2 006 Q1 2 006 Q2 2 006 Q3 2 006 Q4 2 007 Q1 2 007 Q2 2 007 Q3 2 007 Q4 BRDACU BRDUSD Grafik 27. Nilai Tukar VNDASEAN+3 ACU 03-07 Grafik 28. Nilai Tukar BRDASEAN+3 ACU 03-07 5 5.2 5.4 5.6 5.8 6 6.2 6.4 2 003 Q1 2 003 Q2 2 003 Q3 2 003 Q4 2 004 Q1 2 004 Q2 2 004 Q3 2 004 Q4 2 005 Q1 2 005 Q2 2 005 Q3 2 005 Q4 2 006 Q1 2 006 Q2 2 006 Q3 2 006 Q4 2 007 Q1 2 007 Q2 2 007 Q3 2 007 Q4 MMKACU MMKUSD 3800 3900 4000 4100 4200 4300 4400 4500 4600 2 003 Q1 2 003 Q2 2 003 Q3 2 003 Q4 2 004 Q1 2 004 Q2 2 004 Q3 2 004 Q4 2 005 Q1 2 005 Q2 2 005 Q3 2 005 Q4 2 006 Q1 2 006 Q2 2 006 Q3 2 006 Q4 2 007 Q1 2 007 Q2 2 007 Q3 2 007 Q4 KHRUSD KHRACU Grafik 29. Nilai Tukar MMKASEAN+3 ACU 03-07 Grafik 29. Nilai Tukar KHRASEAN+3 ACU 03-07 8500 9000 9500 10000 10500 11000 11500 2 003 Q1 2 003 Q2 2 003 Q3 2 003 Q4 2 004 Q1 2 004 Q2 2 004 Q3 2 004 Q4 2 005 Q1 2 005 Q2 2 005 Q3 2 005 Q4 2 006 Q1 2 006 Q2 2 006 Q3 2 006 Q4 2 007 Q1 2 007 Q2 2 007 Q3 2 007 Q4 LAKUSD LAKACU Grafik 31. Nilai Tukar LAKASEAN+3 ACU 03-07 Dari Grafik 19 sampai dengan Grafik 31 menunjukkan perilaku masing- masing mata uang nasional yang berbeda. Dengan menetapkan benchmark ACU pada periode dasar, beberapa mata uang antara lain Singapura SGD, Korea KRW, Thailand THB, Filipina PHP, Brunei BRD, dan Myanmar MYK mengalami trend apresiasi masing-masing mata uang lokal terhadap mata uang ASEAN+3 ACU. Sementara Jepang JPY, Indonesia IDR, Vietnam VND, Kamboja KHR, dan Laos LAK cenderung mengalami depresiasi mata uang lokalnya terhadap ASEAN+3 ACU. Jika dibandingkan dengan periode krisis ekonomi 1997-2002, pada periode pasca krisis ekonomi 2003-2007 terdapat enam mata uang negara-negara 97 anggota ASEAN+3 yang mengalami trend apresiasi terhadap ASEAN+3 ACU, padahal pada periode krisis hanya tiga nilai tukar saja. Sedangkan untuk mata uang yang mengalami depresiasi atau pelemahan nilai tukar ada lima negara, tidak seperti pada kondisi krisis ekonomi yang mencapai sepuluh negara. Pada periode ini pun seluruh mata uang ASEAN+3 ACU bergerak menembus koridor 2.25 persen, artinya perberlakuan bencmark rate sebesar 2.25 persen oleh EMS tidak bisa diterapkan pada periode pasca krisis ekonomi 2003- 2007 di kawasan ASEAN+3 ini. Untuk itu perlu dilihat pada rentang berapa pergerakan mata uang masing-masing Negara Anggota ASEAN+3 dapat disepakati suatu koridor fluktuasi. Mengacu pada Tabel 25, nilai tukar domestik terhadap ASEAN+3 ACU yang memiliki pergerakan terkecil adalah Yuan China, Ringgit Malaysia, Kyat Myanmar dan Kip Laos yang berada pada rentang 2.25-6 persen. Sementara mayoritas fluktuasi nilai tukar negara-negara ASEAN+3 berada pada rentang 6-15 persen yang ditempati oleh Yen Jepang, Dollar Singapura, Bath Thailand, Peso Filipina, Dollar Brunei, dan Riel Kamboja. Sedangkan nilai tukar Won Korea, Rupiah Indonesia, dan Dong Vietnam berada pada koridor fluktuasi 15-20 persen. Berbeda dengan periode krisis ekonomi, pada periode pasca krisis ini rentang fluktuasi nilai tukar negara-negara ASEAN+3 relatif lebih kecil. Meskipun demikian, pemberlakuan benchmark rate seperti yang ditetapkan oleh Eropa ERM tidak dapat diberlakukan secara penuh karena tidak semua negara di ASEAN+3 berada pada koridor fluktuasi 15 persen. Kendati begitu, pada periode pasca krisis ekonomi, seluruh Bank Sentral di kawasan ASEAN+3 sebenarnya dapat melakukan kebijakan fluktuasi nilai tukar pada koridor pergerakan 25 persen. Hal ini dikarenakan fluktuasi nilai tukar seluruh negara-negara di Kawasan ASEAN+3 berada pada rentang tersebut. Namun, jika kawasan ASEAN+3 ingin menerapkan benchmark rate seperti yang dilakukan oleh Uni Eropa, yakni sebesar 15 persen, dibutuhkan intervensi khusus oleh Bank Sentral negara Korea, Indonesia, dan Vietnam dalam menjaga fluktuasi nilai tukarnya sampai pada koridor 15 persen. 98 V. PILIHAN PENGGUNAAN MATA UANG SETIAP NEGARA DI ASEAN+3 Berawal dari kesuksesan Uni Eropa dan dalam rangka menanggulangi krisis di masa yang akan datang, mendorong negara-negara ASEAN untuk menciptakan suatu single market. Pada KTT ASEAN ke-9 di Bali Tahun 2003 yang silam, para pemimpin ASEAN tersebut menyepakati sebuah penyatuan perekonomian yang dikenal dengan ASEAN Economic Community AEC yang ditargetkan akan diimplementasikan pada Tahun 2015 mendatang. Adanya rencana tersebut, bukan hanya untuk kalangan negara-negara ASEAN saja, melainkan diperluas ke Asia Timur yang melibatkan Negara-negara seperti China, Jepang, dan Korea. Perluasan kerjasama tersebut dikenal dengan nama ASEAN+3. Pembentukan AEC akan bermuara pada pembentukan Asian Currency Unit ACU atau satuan mata uang ASEAN, yang akan menjadi alat transaksi tunggal di kawasan ASEAN+3. Tetapi apakah kawasan ASEAN+3 sudah dapat menerapkan common currency area? Ada beberapa hasil penelitian yang dapat menjawab hal tersebut. Moon, Yoo dan Rhee 2000 menyimpulkan bahwa kondisi di Asia Tenggara dan Asia Timur tidak dapat mencapai hal tersebut berdasarkan kriteria OCA. Pendapat yang sama pun dikemukakan oleh Lee, Park, dan Sin 2002 yang meneliti bahwa kawasan tersebut untuk saat ini tidak tepat mengimplementasikan currency union. Sementara itu, Chow dan Kim 2000 serta Wyploz 2001 berpendapat bahwa kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara tidak dapat memenuhi prakondisi untuk menerapkan suatu monetary union dalam waktu dekat. Semua penelitian terkait tersebut menggunakan kriteria OCA dalam menyimpulkan kesiapan ASEAN+3 menjadi sebuah uni moneter regional. Dalam penelitian ini pun telah dibahas bagaimana kesiapan Negara-negara ASEAN+3 membentuk suatu uni moneter regional. Walaupun berbeda dengan beberapa penelitian yang menggunakan OCA, hasil dari penelitian ini mempunyai kesimpulan yang sama dengan menggunakan kriteria konvergensi Maastricht. Secara garis besar, benang merah yang dapat diambil dari hasil pembahasan sebelumnya bahwa kawasan ASEAN+3 belum layak untuk menjadi suatu uni 99 moneter regional karena belum terjadi integrasi secara menyeluruh pada kondisi saat ini. Sehingga untuk mencapai uni moneter regional dengan menerbitkan mata uang tunggal dalam kawasan masih memerlukan waktu yang panjang. Namun, proses pencapaian keaarah tersebut sudah mulai menunjukan beberapa kemajuan. Hal ini tercermin dari beberapa kesepakatan dalam melakukan berbagai upaya kerja sama untuk menuju komunitas ekonomi yang terintegrasi. Salah satu hasil kesepakatan yang terjalin antara lain keinginan menerapkan nilai tukar regional ACU dalam beberapa waktu mendatang. Proses konstruksi maupun implementasi ACU di kawasan ASEAN+3 pun sudah dikaji pada penelitian ini di Bab sebelumnya. Dengan mengadopsi mekanisme penerapan nilai tukar Eropa pada masa lampau, memberikan berbagai informasi menarik seputar pemberlakuan ACU di Kawasan ASEAN+3. Secara ekonomi tentu saja harus ada nilai tambah yang diberikan dari nilai tukar ACU dibandingkan dengan penggunaan nilai tukar domestik terhadap USD masing-masing negara anggota. Oleh sebab itu, fokus pembahasan bab ini adalah bagaimana suatu negara menentukan pilihan penggunaan mata uangnya, apakah menggunakan nilai tukar ACU atau tetap menggunakan mata uang domestiknya. Penentuan pilihan tersebut akan disimulasikan dengan menggunakan model VAR. Kesimpulan yang diperoleh adalah berdasarkan pergerakan indikator inflasi jika nilai tukar ACU dan mata uang domestik setiap negara di shock secara bersamaan.

5.1. Nilai Tukar Exchange Rate

Nilai tukar mempunyai peran penting dalam rangka tercapainya stabilitas moneter dalam mendukung kegiatan ekonomi. Nilai tukar ini didefinisikan sebagai satuan mata uang terhadap mata uang lainnya. Kurs antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan Mankiw, 2003. 100