Latar Belakang Integrasi Moneter ASEAN+3

Pada konteks ini, Kuroda 2004 menyarankan menerapkan pendekatan lima tahapan. Pendekatan ini meliputi ; 1 Chiang Mai Initiative, 2 Asian Bond Market Initiative , 3 Kesepakatan Perdagangan Bebas Free Trade Agreements, 4 Stabilitas Nilai Tukar intra regional Intra-regional Exchange rate stabilization , 5 Peningkatan posisi fiskal dari negara-negara yang pengambil bagianpartisipan improvement of the fiscal position of participating countries. Pendekatan dari Kuroda dapat menerangkan implementasi praktis berbagai kebijakan ke arah mata uang tunggal regional. Sementara itu, Kim 2007 menggunakan pendekatan tiga tahap agar menuju mata uang tunggal Asia. Ketiga tahapan ini meliputi ; 1 Koordinasi Kebijakan untuk Stabilitas nilai tukar, 2 Membuat Mata Uang Tunggal Regional Asian Currency Unit, 3 Membuat Mata Uang Tunggal Asia.

2.3.2. Paralel Currency Asian Currency Unit ACU

Dewasa ini telah berkembang berbagai wacana dan studi mengenai kemungkinan pembentukan mata uang regional di ASEAN dengan mencari sistem nilai tukar bersama yang dapat memfasilitasi dan mempercepat integrasi moneter di kawasan ASEAN+3. Dalam hal ini, pengalaman Eropa dengan Sistem Moneter Eropa European Monetary System-EMS seringkali digunakan sebagai rujukan. Melanjutkan inisiatif kerja sama regional yang sudah berjalan di kawasan ASEAN+3, proses untuk integrasi moneter diawali dengan peningkatan efektifitas dialog dan tinjauan kebijakan dengan masing-masing negara yang tetap mempertahankan rezim nilai tukar yang dianut, untuk selanjutnya bertahap bergerak ke proses integrasi yang lebih dalam. Pelaksanaan dialog dan tinjauan kebijakan di kawasan ASEAN+3 lambat laun dapat membangun kepercayaan dan membantu meningkatkan hubungan kerja untuk koordinasi kebijakan dan memperkuat dukungan keuangan di antara negara-negara yang terlibat dalam CMI, dan pada akhirnya menciptakan lingkungan politik dan ekonomi yang kondusif untuk memperkenalkan sistem nilai tukar bersama. Dalam masa transisi kearah pencapaian common currency area yang akan memakan waktu yang cukup lama, terdapat tiga alternatif sistem nilai tukar yang dapat dipertimbangkan untuk diadopsi, yaitu i sistem peg terhadap satu mata 29 uang asing single currency peg, ii sistem mata uang parallel parallel currency , iii sistem peg terhadap sekeranjang mata uang mitra dagang currency basket. Pembentukan Asian Currency Unit untuk konteks ASEAN+3, menggunakan sistem parallel currency mengikuti pengalaman Eropa dalam pembentukan European Currency Unit. Dalam sistem nilai tukar parallel, terdapat penciptaan mata uang sintesis, di mana mata uang sintesis tersebut digunakan bersamaan dengan mata uang domestik masing-masing negara anggota. Mata uang sintesis tersebut dibentuk dari sekeranjang mata uang yang terdiri dari mata uang negara-negara di kawasan yang berpartisipasi dalam pembentukan sistem tersebut. Mata uang domestik masing-masing negara anggota kemudian dikaitkan kepada mata uang sintesis yang dijadikan mata uang bersama. Menurut Kurniati 2007, contoh populer penerapan parallel currency adalah ECU dalam EMS dan Special Drawing Rights SDR dari International Monetary Fund IMF. Sebagai gambaran, ECU merupakan unit moneter yang dibentuk dari mata uang domestik negara-negara yang tergabung dalam EMS. Dengan demikian, ECU mencerminkan rata-rata tertimbang kinerja nilai tukar kawasan. EMS diadopsi oleh anggota masyarakat eropa European Community untuk menjaga stabilitas dengan membatasi fluktuasi nilai tukar antar negara anggota. Dalam hubungan tersebut, EMS mensyaratkan mata uang domestik negara anggota dalam sistem dikaitkan dengan ECU. ECU juga digunakan oleh lembaga supranational Masyarakat Eropa sebagai alat satuan hitung unit of account, serta sebagai denominasi untuk perdagangan dan investasi. Dengan tujuan untuk stabilitas nilai tukar dalam kawasan, untuk kawasan Asia Timur, sistem nilai tukar parallel yang dibentuk lebih sesuai dengan mengikuti pola pembentukan ECU European Currency Unit, yaitu dengan membentuk ACU Asian Currency Unit. ACU dibangun dari sekeranjang mata uang negara anggota di kawasan Asia Timur yang berpartisipasi dalam sistem nilai tukar tersebut. ACU digunakan sebagai numeraire untuk transaksi perdagangan dan keuangan di kawasan, sementara transaksi di luar negeri tetap memiliki kendali atas mata uang domestik dan kebijakan moneternya. Adapun pembentukan Asian Currency Unit dapat dilihat pada Gambar 2. 30