Model VAR untuk ACU, Mata Uang Domestik dan Inflasi

Di sisi lain, depresiasi nilai tukar juga mengakibatkan barang impor menjadi lebih mahal. Hal ini mengakibatkan produksi barang domestik mempunyai komponen barang modal yang harus diimpor dari luar negeri. Kenaikan produk barang luar negeri yang juga menjadi barang modal produk domestik memicu kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi selanjutnya akan menggeser kurva AS ke kiri dalam model AD-AS yang ditandai dengan kontraksi output dan kenaikan harga. Interaksi pergeseran kurva AD dan AS ini selanjutnya akan menyebabkan kenaikan harga inflasi. Oleh karena itu, model VAR dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan pilihan antara mata uang ACU atau mata uang domestik yang sesuai bagi setiap negara anggota ASEAN+3. Dengan menggunakan model VAR, bagi setiap negara anggota ASEAN+3, mata uang ACU dan mata uang domestik akan di shock secara bersamaan dan dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap indikator inflasi setiap negara. Variabel yang digunakan dalam model VAR ini adalah nilai tukar ACU setiap negara anggota, nilai tukar domestik setiap negara anggota, dan variabel inflasi setiap negara anggota. Ketiga variabel tersebut, selanjutnya dituangkan dalam bentuk VAR sebagai berikut : t n i n i t i t J INF J EXR J ACU ε β β α + + + = ∑ ∑ = = − − 1 1 1 2 1 3.20 t n i n i t i t J INF J ACU J EXR ε β β α + + + = ∑ ∑ = = − − 1 1 1 2 1 3.21 t n i n i t i t J EXR J ACU J INF ε β β α + + + = ∑ ∑ = = − − 1 1 1 2 1 3.22 56 dengan : ACU = nilai tukar ACU EXR = nilai tukar domestik terhadap USD INF = inflasi J = negara-negara ASEAN+3 J = 1, 2, ..., 13

3.5. Prosedur Analisis Penelitian

Prosedur analisis digunakan untuk melihat alur penelitian. Dalam penelitian ini, prosedur analisis secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4. Secara garis besar, analisis dalam penelitian ini adalah i pengalaman Eropa dalam penerapan ECU, ii pembahasan mengenai konvergensi Maastricht Treaty Criteria , iii konstruksi ACU untuk kawasan ASEAN+3, iii penentuan pilihan penggunaan mata uang untuk setiap negara ASEAN+3. Analisis akan dilakukan dengan dua periode waktu yang berbeda. Periode tersebut meliputi periode krisis ekonomi 1997-2002, dan periode pasca krisis ekonomi 2003-2007. Landasan filosofis digunakannya dua periode dalam penelitian ini antara lain : i melihat konsistensi pergerakan negara-negara ASEAN+3 dalam pembentukan uni moneter regional, dan ii pengalaman eropa yang menggunakan selang interval 5 tahunan dalam merevisi bobot ECU. Langkah pertama prosedur analisis dalam penelitian ini adalah merujuk penerapan ECU di Eropa. Pada pembahasan ini akan dikaji bagaimana Uni Eropa menerapkan nilai tukar ECU sebelum terjadinya kesatuan moneter di kawasan tersebut. Analisis dilakukan berdasarkan penentuan bobot ECU, baik dari sisi penentuan awal bobot maupun revisi bobot yang pernah dilakukan oleh Eropa. Langkah kedua, adalah. menganalisis bagaimana kesiapan negara-negara di Kawasan ASEAN+3 membentuk suatu uni moneter regional. Pembahasan ini mencakup ruang lingkup kesiapan negara-negara ASEAN+3 untuk mencapai suatu integrasi ekonomi dan moneter seperti yang telah dilakukan oleh Uni Eropa dengan menggunakan persyaratan Maastricht Treaty Criteria. Untuk menguji negara mana saja yang sudah siap membentuk uni moneter regional adalah dengan melihat apakah setiap negara tersebut memenuhi kriteria Maastricht secara 57 keseluruhan. Jika terpenuhi, maka negara-negara tersebut sudah siap membentuk suatu uni moneter regional. Langkah ketiga, penarapan ACU di kawasan ASEAN+3. Dalam Bab ini, akan dibahas bagaimana kemungkinan pembentukan ACU untuk tiga belas negara-negara ASEAN+3. Pembahasannya meliputi konstruksi dari pembentukan ACU, kriteria penentuan bobot, penentuan indikator divergen untuk setiap mata uang negara anggota ASEAN+3 berdasarkan fluktuasi nilai tukar ACU. Analisis yang dilakukan meliputi konstruksi dan pembentukan ACU menggunakan jumlah mata uang tetap atau dengan menggunakan bobot yang tetap untuk ACU. Selanjutnya dalam kriteria penentuan bobot untuk ACU digunakan pendekatan variabel GDP total ASEAN+3 dan total ekspor intra regional ASEAN+3. Setelah mendapatkan bobot untuk mata uang ACU setiap mata uang negara-negara ASEAN+3, adalah menentukan indikator divergen untuk setiap mata uang tersebut. Langkah Keempat, adalah pembahasan mengenai pilihan penggunaan mata uang, apakah menggunakan mata uang domestik atau menggunakan nilai tukar ACU. Pada Bab ini akan dianalisis mengenai keuntungan dan kerugian dengan menggunakan ACU, ketika salah satu maupun kedua nilai tukar tersebut di shock dan bagaimana pengaruhnya terhadap inflasi setiap negara ASEAN+3. Pada bahasan tersebut, akan direkomendasikan penggunaan pilihan mata uang yang sesuai untuk setiap negara. . 58