90 100
110 120
130 140
150 1997Q1
1997Q2 1997Q3
1997Q4 1998Q1
1998Q2 1998Q3
1998Q4 1999Q1
1999Q2 1999Q3
1999Q4 2000Q1
2000Q2 2000Q3
2000Q4 2001Q1
2001Q2 2001Q3
2001Q4 2002Q1
2002Q2 2002Q3
2002Q4
JP Y
A C
U JP
Y U
S D
6 6.5
7 7.5
8 8.5
9 1997Q1
1997Q2 1997Q3
1997Q4 1998Q1
1998Q2 1998Q3
1998Q4 1999Q1
1999Q2 1999Q3
1999Q4 2000Q1
2000Q2 2000Q3
2000Q4 2001Q1
2001Q2 2001Q3
2001Q4 2002Q1
2002Q2 2002Q3
2002Q4
C NY
AC U
C NY
US D
Grafi k
5. Nilai Tu
k a
r JP YASEA
N +3 ACU
97-02
Grafi k
6. Nilai Tu
k a
r CNY
ASEAN +
3 ACU 97-02
600 800
1000 1200
1400 1600
1800 1997Q1
1997Q2 1997Q3
1997Q4 1998Q1
1998Q2 1998Q3
1998Q4 1999Q1
1999Q2 1999Q3
1999Q4 2000Q1
2000Q2 2000Q3
2000Q4 2001Q1
2001Q2 2001Q3
2001Q4 2002Q1
2002Q2 2002Q3
2002Q4
KR W
US D
KR W
A C
U
20 00
40 00
60 00
80 00
1000 1200
1997Q1 1997Q2
1997Q3 1997Q4
1998Q1 1998Q2
1998Q3 1998Q4
1999Q1 1999Q2
1999Q3 1999Q4
2000Q1 2000Q2
2000Q3 2000Q4
2001Q1 2001Q2
2001Q3 2001Q4
2002Q1 2002Q2
2002Q3 2002Q4
ID R
A C
U ID
R U
S D
Grafi k
7. Nilai Tu
k a
r KR
WASEA N+3 ACU
97-02
Grafi k
8. Nilai Tu
k a
r ID RASEA
N +
3 ACU 97-02
2 2.5
3 3.5
4 4.5
1997Q1 1997Q2
1997Q3 1997Q4
1998Q1 1998Q2
1998Q3 1998Q4
1999Q1 1999Q2
1999Q3 1999Q4
2000Q1 2000Q2
2000Q3 2000Q4
2001Q1 2001Q2
2001Q3 2001Q4
2002Q1 2002Q2
2002Q3 2002Q4
MY R
A C
U MY
R U
S D
1 1.1
1.2 1.3
1.4 1.5
1.6 1.7
1.8 1.9
1997Q1 1997Q2
1997Q3 1997Q4
1998Q1 1998Q2
1998Q3 1998Q4
1999Q1 1999Q2
1999Q3 1999Q4
2000Q1 2000Q2
2000Q3 2000Q4
2001Q1 2001Q2
2001Q3 2001Q4
2002Q1 2002Q2
2002Q3 2002Q4
S GD
A C
U SG
D U
S D
Grafi k
9. Nilai Tu
k a
r MY RASEA
N+3 ACU 97-02
Grafi k
10. Nilai T
u k
a r
SGDASEA N+3 ACU
97-02
20 25
30 35
40 45
50 1997Q1
1997Q2 1997Q3
1997Q4 1998Q1
1998Q2 1998Q3
1998Q4 1999Q1
1999Q2 1999Q3
1999Q4 2000Q1
2000Q2 2000Q3
2000Q4 2001Q1
2001Q2 2001Q3
2001Q4 2002Q1
2002Q2 2002Q3
2002Q4
THB A
C U
TH B
U S
D
20 25
30 35
40 45
50 55
60 1997Q1
1997Q2 1997Q3
1997Q4 1998Q1
1998Q2 1998Q3
1998Q4 1999Q1
1999Q2 1999Q3
1999Q4 2000Q1
2000Q2 2000Q3
2000Q4 2001Q1
2001Q2 2001Q3
2001Q4 2002Q1
2002Q2 2002Q3
2002Q4
PH P
A C
U PH
P U
S D
Grafi k
11. Nilai T
u k
a r T
H BA
S EA
N+3 ACU 97-02
Grafi k
12. Nilai T
u k
a r
P H
PA S
EA N+3 ACU
97-02
84
9000 10000
11000 12000
13000 14000
15000 16000
1 997Q
1 1
997Q 2
1 997Q
3 1
997Q 4
1 998Q
1 1
998Q 2
1 998Q
3 1
998Q 4
1 999Q
1 1
999Q 2
1 999Q
3 1
999Q 4
2 000Q
1 2
000Q 2
2 000Q
3 2
000Q 4
2 001Q
1 2
001Q 2
2 001Q
3 2
001Q 4
2 002Q
1 2
002Q 2
2 002Q
3 2
002Q 4
VNDACU VNDUSD
1 1.1
1.2 1.3
1.4 1.5
1.6 1.7
1.8 1.9
1 997
Q1 1
997 Q2
1 997
Q3 1
997 Q4
1 998
Q1 1
998 Q2
1 998
Q3 1
998 Q4
1 999
Q1 1
999 Q2
1 999
Q3 1
999 Q4
2 000
Q1 2
000 Q2
2 000
Q3 2
000 Q4
2 001
Q1 2
001 Q2
2 001
Q3 2
001 Q4
2 002
Q1 2
002 Q2
2 002
Q3 2
002 Q4
BRDACU BRDUSD
Grafik 13. Nilai Tukar VNDASEAN+3 ACU 97-02 Grafik 14. Nilai Tukar BRDASEAN+3 ACU 97-02
4 4.5
5 5.5
6 6.5
7
1 997
Q1 1
997 Q2
1 997
Q3 1
997 Q4
1 998
Q1 1
998 Q2
1 998
Q3 1
998 Q4
1 999
Q1 1
999 Q2
1 999
Q3 1
999 Q4
2 000
Q1 2
000 Q2
2 000
Q3 2
000 Q4
2 001
Q1 2
001 Q2
2 001
Q3 2
001 Q4
2 002
Q1 2
002 Q2
2 002
Q3 2
002 Q4
MMKACU MMKUSD
2000 2500
3000 3500
4000 4500
1 997
Q1 1
997 Q2
1 997
Q3 1
997 Q4
1 998
Q1 1
998 Q2
1 998
Q3 1
998 Q4
1 999
Q1 1
999 Q2
1 999
Q3 1
999 Q4
2 000
Q1 2
000 Q2
2 000
Q3 2
000 Q4
2 001
Q1 2
001 Q2
2 001
Q3 2
001 Q4
2 002
Q1 2
002 Q2
2 002
Q3 2
002 Q4
KHRUSD KHRACU
Grafik 15. Nilai Tukar MMKASEAN+3 ACU 97-02 Grafik 16. Nilai Tukar KHRASEAN+3 ACU 97-02
2000 4000
6000 8000
10000 12000
19 97Q
1 19
97Q 2
19 97Q
3 19
97Q 4
19 98Q
1 19
98Q 2
19 98Q
3 19
98Q 4
19 99Q
1 19
99Q 2
19 99Q
3 19
99Q 4
20 00Q
1 20
00Q 2
20 00Q
3 20
00Q 4
20 01Q
1 20
01Q 2
20 01Q
3 20
01Q 4
20 02Q
1 20
02Q 2
20 02Q
3 20
02Q 4
LAKUSD LAKACU
Grafik 17. Nilai Tukar LAKASEAN+3 ACU 1997-02
Dari Grafik 5 sampai Grafik 17 menunjukkan perilaku masing-masing
mata uang domestik yang berbeda. Dengan menetapkan benchmark ACU pada periode dasar, beberapa mata uang antara lain Jepang JPY, China CNY, dan
Myanmar MMK mengalami trend apresiasi masing-masing mata uang lokal terhadap ASEAN+3 ACU. Sementara mata uang Korea KRW, Indonesia IDR,
Malaysia MYR, Thailand THB, Singapura SGD, Filipina PHP, Brunei Darussalam BRD, Kamboja KHR dan Laos LAK cenderung mengalami
depresiasi mata uang lokal nya terhadap ASEAN+3 ACU. Semua mata uang ASEAN+3 ACU bergerak menembus batas koridor 2.25 persen. Artinya
perberlakuan bencmark rate sebesar 2.25 persen berdasarkan ketetapan awal EMS
85
tidak bisa diterapkan pada periode krisis ekonomi 1997-2002 di kawasan ASEAN+3 ini.
Dengan mengacu pada Tabel 18, nilai mata uang domestik terhadap ASEAN+3 ACU yang mempunyai pergerakan paling kecil adalah mata uang
Dollar Brunei Darussalam dan Dollar Singapura, yakni pada koridor fluktuasi 6 sampai 15 persen. Selanjutnya diikuti oleh mata uang Yen Jepang, Yuan China,
Dong Vietnam, dan Kyat Myanmar yang mempunyai pergerakan mata uang ACU pada rentang 15 sampai 20 persen. Sedangkan Ringgit Malaysia dan Riel
Kamboja berfluktuasi pada koridor 20-5o persen. Sementara nilai tukar Won Korea, Rupiah Indonesia, Bath Thailand, Peso Filipina dan Kip Laos mengalami
fluktuasi melebihi koridor 50 persen. Tabel 18. Koridor Pergerakan Mata Uang Domestik terhadap ASEAN+3
ACU 1997-2002 Negara 1997-2002
0-2.25 6-15 15-25
25-50 50
JPY √
CNY √
KRW √
IDR √
MYR √
SGD √
THB √
PHP √
VND √
BRD √
MMK √
KHR √
LAK √
Apabila ditetapkan koridor fluktuasi seperti yang pernah dilakukan oleh EMS, untuk periode krisis ini sulit menentukan pada koridor berapa harus
disepakati batas toleransi bencmark rate tersebut. Hal ini dikarenakan pergerakan beberapa mata uang negara-negara ASEAN+3 mempunyai tingkat fluktuasi yang
beragam. Dari hasil simulasi ini pun hampir setiap negara cenderung bergerak menjauh dari ASEAN+3 ACU benchmark rate dan melampaui koridor 2.25
persen. Meskipun demikian, untuk beberapa nilai tukar seperti Dollar Brunei
86
Darussalam dan Dollar Singapura 6-15 pergerakan nilai tukar negara tersebut masih memenuhi batas toleransi fluktuasi EMS pada batas maksimal 15 persen.
Sedangkan negara-negara lainnya tidak dapat memenuhi kriteria fluktuasi tersebut, sehingga negara-negara ini perlu melakukan intervensi yang signifikan
agar nilai tukarnya dapat berada dalam koridor yang disepakati.
4.6. Periode Pasca Krisis Ekonomi 2003 - 2007
Dengan menggunakan variabel-variabel pembobotan seperti pada periode krisis ekonomi, yaitu variabel PDB riil PPP dan variabel ekspor intra kawasan
ASEAN+3, maka diperoleh bobot untuk kedua variabel tersebut bagi negara- negara ASEAN+3 pada periode pasca krisis ekonomi dalam Tabel 19. Tabel
tersebut menunjukkan besar pangsa masing-masing negara anggota ASEAN+3 terhadap total PDB Riil PPP dan ekspor dalam ASEAN+3. Sedangkan data yang
digunakan adalah data rata-rata periode 2003 hingga 2007.
Tabel 19. Pangsa Masing-masing Anggota ASEAN+3, 2003-2007 GDP PPP
Ekspor Intra ASEAN+3
China 52.2 Jepang
27.3 Jepang 22.6
China 23.9
Indonesia 6.6 Singapura
13.4 Korea 6.4
Malaysia 8.7 Thailand 3.3
Korea 7.4
Malaysia 2.4 Thailand
7.0 Filipina 2.3
Indonesia 6.4
Vietnam 1.6 Filipina
2.7 Myanmar 1.2
Vietnam 2.2
Singapura 1.0 Brunei
0.6 Kamboja 0.2
Myanmar 0.3
Brunei 0.1 Laos
0.1 Laos 0.1
Kamboja 0.0
Sumber : CEIC data 2008, diolah
Berdasarkan Tabel 19, sulit untuk kembali melakukan generalisasi guna mendapatkan satu negara yang dominan berdasarkan indikator-indikaor dari
variabel tersebut. Sebagai contoh, China yang memiliki pangsa GDP sebesar 52.26 persen terbesar di kawasan ASEAN+3 menempati peringkat kedua dalam
pangsa ekspor intra kawasan ASEAN+3 di bawah Jepang, begitu pun dengan
87
negara-negara lainnya. Jika dibandingkan dengan pangsa periode krisis, pada periode ini terjadi perubahan komposisi bobot, baik dari sisi besaran pangsa
maupun dari sisi urutan komposisi. Sebagai contoh, Indonesia yang pada periode krisis ekonomi menempati urutan keenam dalam hal pangsa ekspor, untuk periode
ini harus turun satu peringkat dan digantikan oleh Thailand. Hal tersebut pun terjadi pada negara Laos dan Kamboja. Laos yang pada periode krisis menempati
urutan terakhir dalam penguasaan bobot Ekspor, pada periode ini menggantikan posisi Kamboja, sehingga membuat Kamboja berada pada urutan terbawah
penguasaan pangsa Ekspor di Kawasan ini. Selanjutnya untuk menghitung kembali ASEAN+3 ACU, maka dilakukan
perhitungan bobot timbangan terhadap variabel-variabel tersebut. Sekali lagi diasumsikan bahwa PDB Riil PPP dan ekspor dalam ASEAN memiliki peran
yang sama pentingnya, sehingga diberlakukan bobot yang seimbang untuk kedua variabel tersebut, yakni dengan perbandingan bobot 50 : 50 persen. Kemudian
setelah melakukan perbandingan pada kedua bobot tersebut dapat diperoleh bobot untuk masing-masing negara dalam pembentukan ASEAN+3 ACU pada periode
pasca krisis ekonomi.
Tabel 20. Bobot Masing-masing Anggota ASEAN+3 2003-2007 Negara Total
China 38.1 Jepang 25.0
Singapura 7.2 Korea 6.9
Indonesia 6.5 Malaysia 5.5
Thailand 5.2 Filipina 2.5
Vietnam 1.9 Myanmar 0.7
Brunei 0.4 Kamboja 0.1
Laos 0.1
Sumber : CEIC data, 2008, diolah
Dengan melakukan pembobotan untuk setiap negara, pada periode pasca krisis ekonomi ini negara-negara plus three China, Jepang, dan Korea sudah
88