Impulse Response Functions Pilihan Penggunaan Mata Uang ASEAN+3

IRF dapat melacak efek perubahan suatu peubah suatu waktu, terhadap peubah lainnya pada waktu sekarang dan waktu mendatang. P3njelasan ini dapat dilihat dalam bentuk grafik respons impulse pada Grafik 32. -60 -50 -40 -30 -20 -10 10 5 10 15 20 25 30 35 40 ACU_CNY USD_CNY Response of INF_CNY to Cholesky One S.D. Innovations .00 .04 .08 .12 .16 .20 .24 5 10 15 20 25 30 35 40 ACU_JPY USD_JPY Response of INF_JPY to Cholesky One S.D. Innovations -.1 .0 .1 .2 .3 .4 .5 5 10 15 20 25 30 35 40 USD_KRW ACU_KRW Response of INF_KRW to Cholesky One S.D. Innovations -2 -1 1 2 3 4 5 5 10 15 20 25 30 35 40 ACU_IDR USD_IDR Response of INF_IDR to Cholesky One S.D. Innovations -.20 -.15 -.10 -.05 .00 .05 .10 5 10 15 20 25 30 35 40 ACU_SGD USD_SGD Response of INF_SGD to Cholesky One S.D. Innovations -.0010 -.0005 .0000 .0005 .0010 .0015 .0020 5 10 15 20 25 30 35 40 AC U_MY R USD _M YR Res pons e of I N F _MY R to C hol es ky One S . D . Inno v at ions 110 .000 .001 .002 .003 .004 .005 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 ACU_TH B U S D_TH B Res ponse of IN F _THB t o C h ol es k y On e S .D . Inn ov a t ions -.1 .0 .1 .2 .3 .4 .5 5 10 15 20 25 30 35 40 ACU_PHP USD_PHP Response of INF_PHP to Cholesky One S.D. Innovations -.0020 -.0015 -.0010 -.0005 .0000 .0005 .0010 .0015 5 10 15 20 25 30 35 40 ACU_VND USD_VND Response of INF_VND to Cholesky One S.D. Innovations .0000 .0002 .0004 .0006 .0008 .0010 .0012 .0014 5 10 15 20 25 30 35 40 ACU_BRD USD_BRD Response of INF_BRD to Cholesky One S.D. Innovations -.08 -.06 -.04 -.02 .00 .02 .04 .06 .08 5 10 15 20 25 30 35 40 ACU_MYK USD_MYK Response of INF_MYK to Cholesky One S.D. Innovations -.006 -.004 -.002 .000 .002 .004 .006 5 10 15 20 25 30 35 40 ACU_KHR USD_KHR Response of INF_KHR to Cholesky One S.D. Innovations 111 -.20 -.15 -.10 -.05 .00 .05 .10 .15 .20 5 10 15 20 25 30 35 40 ACU_LAK USD_LAK Response of INF_LAK to Cholesky One S.D. Innovations Grafik 32. Grafik Impulse Response Function terhadap Inflasi setiap Negara ASEAN+3 Berdasarkan Grafik 32 di atas, semua negara ASEAN+3 mempunyai pengaruh guncangan yang berbeda untuk mata uang ACU ASEAN+3 dan mata uang domestik terhadap variabel inflasi. Dari keterangan pada gambar tersebut ada beberapa negara yang sudah layak untuk mengganti mata uangnya dengan mata uang ACU ASEAN+3 dan ada beberapa negara yang lebih baik menggunakan mata uang domestiknya sendiri. Hal ini didasarkan bahwa jika terjadi guncangan pada salah satu mata uang tersebut maka mata uang mana yang dapat meminimalisir terjadinya inflasi yang semakin buruk. Oleh karena itu, kelayakan penentuan mata uang untuk setiap negara ASEAN+3 berdasarkan pergerakan inflasi terendah dalam jangka panjang akan disimpulkan pada pembahasan ini. Secara ringkas penentuan tersebut dapat dilihat pada Tabel 30. 112 Tabel 30. Pilihan Mata Uang Masing-Masing Negara ASEAN+3 No. Negara Mata Uang 1 China Domestik Yuan 2 Jepang ACU 3 Korea ACU 4 Indonesia ACU 5 Malaysia ACU 6 Singapura Domestik Dollar 7 Thailand ACU 8 Filipina ACU 9 Vietnam ACU 10 Brunei Domestik Dollar 11 Myanmar ACU 12 Kamboja ACU 13 Laos ACU Berdasarkan Tabel 30, terdapat tiga negara yang lebih baik menggunakan nilai tukar mata uang domestiknya terhadap USD daripada menggunakan mata uang ACU, yakni Cina, Singapura, dan Brunei Darussalam. Sementara Jepang, Korea, Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Myanmar, Kamboja dan Laos lebih layak menggunakan mata uang ACU ASEAN+3. Hasil ini menjawab permasalahan bahwa dengan adanya koordinasi penggunaan mata uang di suatu kawasan dapat meminimalisir kondisi buruk perekonomian suatu negara. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa ketika terjadi Krisis Ekonomi dan Moneter yang melanda Asia pada tahun 1998 menyebabkan kondisi perekonomian beberapa negara Asean dan Asia Timur memburuk. Hal ini dikarenakan tidak adanya pembagian resiko dari dampak krisis tersebut. Indikator perekonomian seperti inflasi dan nilai tukar mengalami pelemahan selama periode krisis. Namun dengan adanya integrasi perekonomian melalui penerapan ACU, penggunaan nilai tukar bersama ini dapat meminimalisir dampak buruk krisis melalui suatu pengujian, seperti pada penelitian ini. 113

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Penelitian ini secara umum mengkaji penerapan Asian Currency Unit ACU sebagai mata uang parallel ASEAN+3. Tujuannya selain melihat kesiapan kawasan ASEAN+3 menuju integrasi ekonomi secara penuh juga mengkonstruksi nilai tukar ACU di kawasan ASEAN+3 dan melihat keuntungan setiap negara di ASEAN+3 jika menerapkan nilai tukar ACU di kawasan ini. Dalam analisis ini secara umum dibagi dalam dua periode waktu penelitian antara lain : i periode krisis ekonomi 1997-2002, dan ii periode pasca krisis ekonomi 2003-2007. Penelitian ini memfokuskan bahasan pada tiga belas negara ASEAN+3 yang akan menuju sebuah masyarakat ekonomi yang terstruktur dan terintegrasi secara penuh. Adapun beberapa kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Berdasarkan kriteria konvergensi Maastricht Treaty untuk menuju suatu uni moneter regional seperti yang dilakukan oleh Uni Eropa, hasil yang diperoleh antara lain : i pada periode krisis ekonomi 1997-2002 hanya negara China yang yang memenuhi empat kriteria konvergensi, dan ii pada periode pasca krisis ekonomi 2003-2007 kembali hanya China yang memenuhi empat kriteria konvergensi. Hal ini tentu saja mengindikasikan bahwa kondisi saat ini bukanlah saat yang tepat bagi negara-negara di kawasan ASEAN+3 membentuk sebuah uni moneter regional kawasan. 2. Untuk pembobotan nilai tukar ACU diperoleh bahwa pada periode krisis ekonomi 1997-2002, bobot pembentukan mata uang ACU ASEAN+3 dikuasi oleh tiga negara plus three sebesar 68 persen dari total keseluruhan bobot mata uang, antara lain Jepang 30.4 persen, China 30.1 persen, dan Korea 8.3 persen. Sementara periode pasca krisis ekonomi 2003- 2007, bobot pembentukan mata uang ACU ASEAN+3 tidak lagi dikuasi oleh negara-negara plus three. Pada periode ini komposisi bobot terbesar secara berturut-turut dikuasai oleh China 38.1 persen, Jepang 25.0 persen, dan Singapura 7.2 persen. 114 3. Secara umum pada periode 1997-2002 mata uang ACU mengalami depresiasi terhadap nilai tukar US Dollar. Sementara pada periode 2003- 2007, mata uang ACU mengalami apresiasi terhadap nilai tukar dollar. 4. Di Eropa terdapat Exchange Rate Mechanism, yakni penentuan benchmark rate untuk koridor fluktuasi mata uang setiap negara. Dalam penelitian ini diperoleh bahwa pada periode 1997-2002 tidak dapat ditentukan benchmark rate sebesar 2.25 persen, 6 persen, maupun 15 persen seperti yang dilakukan oleh Eropa karena pergerakan seluruh mata uang anggota bergerak melebihi koridor fluktuasi tersebut. Sementara pada periode 2003-2007 kembali tidak ada negara yang benchmark rate-nya berada pada koridor 2.25 persen. Namun, pada periode ini dapat diberlakukan koridor fluktuasi sebesar 25 persen. 5. Hasil estimasi dari penelitian ini pun menunjukkan bahwa ada tiga negara yang tepat menggunakan mata uang ACU ASEAN+3 karena dapat meminimalisir fluktuasi inflasi jika terjadi shock pada nilai tukar ACU dan mata uang domestiknya. Ketiga negara tersebut antara lain, China, Singapura, dan Brunei Darussalam. Sementara itu untuk negara-negara seperti Jepang, Korea, Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Brunei, Myanmar, Kamboja dan Laos lebih tepat menggunakan mata uang domestiknya daripada menggunakan nilai tukar ACU.

6.2. Implikasi Kebijakan

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dilakukan, beberapa arahan kebijakan yang disarankan antara lain : 1. Kondisi kerja sama kawasan ASEAN+3 baru memasuki tahapan Free Trade Area . Untuk meningkatkan integrasi ekonomi yang lebih jauh, kawasan ini diharapkan segera menghapus hambatan perdagangan bagi perdagangan intra-kawasan, baik untuk barang dan jasa, sekaligus menciptakan timeline untuk mencapai sebuah pasar tunggal. 2. Diperlukan keseriusan kawasan dalam menjaga stabilitas nilai tukar regional untuk meningkatkan integrasi ekonomi. Hal-hal yang perlu ditindaklajuti adalah pemenuhan prakondisi yang diperlukan melalui 115