Kesiapan ASEAN+3 Membentuk Uni Moneter Regional

bahwa kondisi dan perkembangan kerja sama ekonomi di kawasan ASEAN+3 dinilai belum mencapai tahapan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Hal itu dilandasi dari hasil penelitiannya yang mempunyai kesimpulan bahwa negara-negara di kawasan ASEAN+3 tidak dapat melakukan integrasi ekonomi secara penuh karena tidak semua negara memenuhi kriteria OCA. Sementara itu, dalam penelitian ini kesiapan ASEAN+3 membentuk Unit Moneter Regional akan dianalisis berdasarkan penerapan kriteria konvergensi Maastricht Treaty di kawasan ASEAN+3. Semenjak Uni Eropa mendeklarasikan dirinya pada tahun 1983, banyak ahli ekonomi mendiskusikan wacana yang serupa untuk diterapkan di kawasan ASEAN+3. Namun, untuk menuju satu kawasan perekonomian baru membutuhkan proses dan ketentuan-ketentuan yang berlaku seperti yang telah dilakukan di Eropa. Pertanyaanya adalah apakah semua negara di kawasan ASEAN+3 sudah siap untuk menghadapi ini? Di Eropa, suatu kriteria dipilih sebagai tolak ukur prestasi ekonomi bagi negara-negara yang akan tergabung dalam Uni Eropa. Kriteria ini dikenal sebagai Kriteria Konvergensi Maastricth Maastricth Treaty Convergence. Ruang lingkup dari kriteria ini meliputi inflasi, suku bunga, defisit fiskal, dan utang pemerintah. Seperti yang telah disinggung, kriteria Maastricth ini merupakan kriteria- kriteria yang ditetapkan oleh masyarakat Eropa menuju monetary union. Melalui kriteria ini, kebijakan ekonomi negara yang akan berpartisipasi dalam monetary union diharapkan mencapai tingkat konvergensi yang telah ditetapkan sebelum bergabung dalam monetary union. Hal ini penting mengingat negara-negara yang telah bergabung tidak mempunyai kewenangan lagi untuk melakukan kebijakan moneter dan nilai tukar secara unilateral. Adapun berbagai persyaratan dalam kriteria Maastricht yang harus dipenuhi adalah : 1. Tingkat inflasi tidak melebihi 1.5 persen di atas rata-rata inflasi tiga negara anggota dengan inflasi terendah. 2. Tingkat suku bunga tidak melebihi 2 persen di atas rata-rata suku bunga tiap negara anggota dengan inflasi terendah. 3. Defisit fiskal terhadap GDP setiap negara tidak melebihi batas 3 persen. 4. Utang Pemerintah terhadap GDP setiap negara tidak melebihi 60 persen. 68 Perbandingan kondisi negara-negara di ASEAN+3 selama kurun 1997- 2007, yang dibagi dalam dua periode, yakni i periode krisis ekonomi 1997- 2002, dan ii periode pasca krisis ekonomi 2003-2007 dengan kriteria Maastricht menunjukkan bahwa negara-negara dalam kawasan ini tidak memenuhi seluruh Maastricht treshold. Untuk melihat bagaimana kesiapan setiap negara ASEAN+3 pada periode krisis ekonomi dapat dilihat pada Tabel 8 sebagai berikut : Tabel 8. Konvergensi ASEAN+3, Kriteria Maastricht, Periode 1997-2002 Negara Inflasi Suku Bunga Defisit Fiskal of GDP Utang Pemerintah of GDP Reference Value 1.02 5.72 3 60 Brunei 0.12 n.a 3.95 n.a Kamboja 4.80 6.14 -2.12 71.45 Indonesia 19.23 21.38 -1.90 89.52 Laos 49.51 11.14 -4.47 156.95 Malaysia 2.58

5.06 -3.24

49.60 Myanmar 29.80 12.00 n.a 87.93 Philipines 5.76 8.69 -3.17 75.70 Singapura

0.63 2.32

1.82 228.57

Thailand 2.97 5.63 -2.28 69.22 Vietnam 0.01 6.75 -1.92 60.36 China -1.42 4.26 -1.86 13.74 Korea 3.65 8.46 -0.36 28.17 Jepang -0.04

0.14 -6.18

121.90 Keterangan : Memenuhi empat kriteria Memenuhi tiga kriteria Memenuhi dua kriteria Memenuhi satu kriteria Sumber : ADB Key Indicator 2009, IFS-IMF2008, ASEAN Statistical Year Book 2008 Berdasarkan Tabel 8, pada periode krisis ekonomi hanya negara China yang memenuhi kriteria konvergensi Maastricht secara keseluruhan. Singapura dan Jepang memenuhi tiga kriteria Maastricht kecuali kriteria utang pemerintah, sementara Malaysia yang juga memenuhi tiga kriteria konvergnesi inflasinya masih di atas reference value pada saat itu. Kemudian negara Korea, Vietnam, Thailand memenuhi dua kriteria konvergensi. Sedangkan Brunei, Kamboja, 69 Indonesia, Laos dan Filipina hanya memenuhi satu kriteria konvergensi Maastricht . Melihat kondisi seperti pada periode krisis, ternyata hamper seluruh negara di Kawasan ASEAN+3 tidak dapat memenuhi seluruh kriteria konvergensi Maastricht , kecuali China. Hal ini menunjukkan bahwa pada periode krisis ekonomi mayoritas perekonomian di Kawasan ASEAN+3 belum konvergen satu dengan yang lainnya. Menjadi sebuah pertanyaan bahwa apakah ketidaksiapan Kawasan ASEAN+3 membentuk uni moneter regional berdasarkan kriteria konvergensi Maastricht disebabkan oleh kondisi krisis yang melanda kawasan tersebut. Untuk melihat kriteria konvergensi Maastricht pasca terjadinya krisis ekonomi Tahun 1997-2002, akan dibahas lebih lanjut. Pada Tabel 9 akan dilihat kesiapan negara ASEAN+3 membentuk suatu uni moneter regional pada periode pasca krisis ekonomi 2003-2007 sebagai berikut : Tabel 9. Konvergensi ASEAN+3, Kriteria Maastricht, Periode 2003-2007 Negara Inflasi Suku Bunga Defisit Fiskal of GDP Utang Pemerintah of GDP Reference Value 1.870 4.817 3 60 Brunei

0.56 1.06

16.29 n.a Kamboja 4.27

1.89 -1.19

56.16 Indonesia 8.65 8.90 -1.15 45.50 Laos 8.93 5.84 -3.63 92.84 Malaysia 2.24 3.08 -3.95 37.66 Myanmar 21.60 10.80 n.a 55.71 Philipines 5.23 5.19 -2.41 61.62 Singapura

1.14 0.49

0.15 249.78 Thailand 3.20

2.31 0.10

29.89 Vietnam 0.60 7.01 -2.07 36.73 China

1.12 3.20

-1.25 12.30 Korea 2.93

4.30 1.27

26.87 Jepang -0.05 0.38 -6.16 147.48 Keterangan : Memenuhi empat kriteria Memenuhi tiga kriteria Memenuhi dua kriteria Memenuhi satu kriteria Sumber : ADB Key Indicator 2009, IFS-IMF2008, ASEAN Statistical Year Book 2008 70