Komposisi dan Penentuan Bobot ACU

Tabel 11. Mata Uang Negara ASEAN+3 No Negara Mata Uang Satuan 1 China Yuan CNY 2 Jepang Yen JPY 3 Korea Won KRW 4 Indonesia Rupiah IDR 5 Singapura Dollar Singapura SGD 6 Thailand Bath THB 7 Malaysia Ringgit MYR 8 Filipina Peso PHP 9 Brunei Dollar Brunei BND 10 Vietnam Dong VTD 11 Kamboja Riel KHR 12 Myanmar Kyat MYK 13 Laos Kip LAK Sumber : ADB Economic Outlook, 2007 Mengacu pada Tabel 11, setiap negara anggota ASEAN+3 yang berpartisipasi akan diberi bobot dalam proses pembentukan ACU. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan sebagai proksi indikator penentuan bobot adalah pangsa Produk Domestik Bruto Riil PPP PDB Riil PPP masing-masing negara dalam total PDB ASEAN dan pangsa ekspor intra kawasan. Alasan penggunaan dua variabel tersebut antara lain : i variabel PDB merupakan salah satu tolak ukur pertumbuhan perekonomian suatu negara maupun kawasan, ii variabel ekspor intra kawasan mendeskripsikan salah satu kegiatan integrasi ekonomi dalam kawasan dan merupakan proksi dari perdagangan intra kawasan, iii pada pembentukan ECU, digunakan variabel PDB Riil PPP, perdagangan intra-kawasan, dan kuota setiap negara anggota Eropa dalam short-term support facility , serta iv keterbatasan data dan rentang waktu penelitian. Selanjutnya adalah memaparkan proses pembentukan ACU untuk ASEAN+3. Kemudian, hasil pembentukan ASEAN+3 ACU tersebut akan digunakan untuk simulasi guna mengetahui perilaku ACU dan bagaimana variasi pergerakan masing-masing mata uang domestik terhadap ACU. Hal ini untuk menjawab apakah mata uang ASEAN+3 ACU ini konvergen atau divergen terhadap mata uang regionalnya dari waktu ke waktu. Simulasi ini akan diawali dengan i penentuan komposisi mata uang dan bobot timbangan dalam keranjang 73 mata uang, dan ii perhitungan nilai ACU terhadap USD dan mata uang lokal masing-masing negara di Kawasan ASEAN+3. Namun, pembahasan tidak dilakukan secara menyeluruh, melainkan dibagi dalam dua periode, yaitu i Periode krisis ekonomi pada tahun 1997 sampai tahun 2002, dan ii Periode pasca krisis ekonomi pada tahun 2003 sampai tahun 2007.

4.5. ACU pada Periode Krisis Ekonomi 1997-2002

Dasar untuk penentuan mata uang yang diperhitungkan dalam suatu keranjang mata uang ACU ASEAN+3 adalah partisipasi dalam kesepakatan nilai tukar yang dimaksud. Mata uang yang membentuk ASEAN+3 ACU terdiri dari 10 mata uang negara ASEAN ditambah dengan mata uang China, Jepang dan Korea lihat Tabel 11. Bobot timbangan dari masing-masing mata uang dalam keranjang ASEAN+3 ACU dihitung berdasarkan ukuran tingkat signifikansi ekonomi dari negara-negara yang menerbitkannya. Tabel 12 menunjukkan besar pangsa masing-masing negara anggota ASEAN+3 terhadap total PDB Riil PPP dan ekspor dalam ASEAN+3. Data yang digunakan adalah data rata-rata periode 1997 hingga 2002. Tabel 12. Pangsa Masing-masing Anggota ASEAN+3 1997-2002 GDP PPP Ekspor Intra ASEAN+3 China 42.4 Jepang 30.4 Jepang 30.3 China 17.7 Indonesia 7.8 Singapura 11.5 Korea 7.3 Malaysia 10.3 Thailand 3.8 Korea 9.4 Malaysia 2.6 Indonesia 7.5 Filipina 2.6 Thailand 6.8 Vietnam 1.6 Filipina 3.1 Singapura 1.1 Vietnam 2.3 Myanmar 0.3 Brunei 0.7 Kamboja 0.2 Myanmar 0.2 Brunei 0.1 Kamboja 0.0 Laos 0.1 Laos 0.0 Sumber : CEIC data 2008, diolah Berdasarkan Tabel 12 sulit untuk melakukan generalisasi guna mendapatkan satu negara yang dominan berdasarkan indikator tersebut. Sebagai 74 contoh, meskipun China merupakan negara yang memiliki pangsa PDB Riil PPP terbesar untuk periode ini, China menempati urutan kedua dari sisi pangsa ekspor dalam ASEAN+3. Sebaliknya, Jepang yang mempunyai pangsa ekspor terbesar di ASEAN+3 pada periode ini justru menempati urutan kedua dalam pangsa PDB Riil PPP-nya di ASEAN+3. Tidak hanya China dan Jepang saja yang dimaksud, hal ini pun berlaku untuk negara-negara ASEAN+3 lainnya. Oleh sebab itu, untuk menghitung ASEAN+3 ACU dilakukan perhitungan bobot timbangan terhadap variabel-variabel tersebut. Untuk tujuan mempermudah, diasumsikan bahwa PDB Riil PPP dan perdagangan dalam ASEAN memiliki peran yang sama pentingnya sehingga diberlakukan bobot yang seimbang untuk kedua variabel tersebut. Bobot 50 persen untuk variabel PDB Riil PPP dan bobot 50 persen untuk variabel ekspor dalam ASEAN+3, sehingga dapat diperoleh bobot untuk masing-masing negara dalam pembentukan ASEAN+3 ACU. Tabel 13. Bobot Masing-masing Anggota ASEAN+3 1997-2000 Negara Total Jepang 30.4 China 30.1 Korea 8.3 Indonesia 7.7 Malaysia 6.4 Singapura 6.3 Thailand 5.3 Filipina 2.8 Vietnam 1.9 Brunei 0.4 Myanmar 0.2 Kamboja 0.1 Laos 0.1 Sumber : CEIC data 2008, diolah Dengan melakukan pembobotan untuk setiap negara berdasarkan variabel PDB Riil PPP dan variabel Ekspor, dalam kawasan ASEAN+3 pada periode Krisis yang dapat dilihat pada Tabel 13 menunjukan bahwa negara-negara plus three China, Jepang, dan Korea terlalu dominan dalam kawasan ASEAN+3. Hal ini tidaklah mengherankan dikarenakan pangsa PDB untuk ketiga negara tersebut 75