dilakukan program Gerakan Anak Sehat yang dimana program tersebut bertujuan untuk memberi informasi kepada anak-anak didik khususnya dan
masyarakat umumnya tentang bagaimana menerapkan pola hidup sehat terutama pada makanan yang biasa dikonsumsi sehari-hari. Kegiatannya
berupa makan makanan 4 sehat 5 sempurna secara bersama-sama di alam terbuka.
b. Identitas
Banyak dari anak didik di rumah belajar keluarga anaklangit yang pada awalnya tidak memiliki sebuah identitas, baik yang masih kecil maupun yang
sudah dewasa. Untuk itu rumah belajar keluarga anaklangit juga memberikan pendampingan dalam bidang identitas. Pendampingan ini dilakukan dengan
membuatkan identitas bagi yang belum memiliki akta kelahiran dan yang belum memiliki Kartu Tanda Penduduk, atau dengan mendampingi orangtua
anak didik dalam mengurus identitas keluarga.
G. Kerjasama dan Jaringan Organisasi
Hingga saat ini Yayasan Keluarga Anaklangit telah berhasil menjadi mitra dari beberapa organisasi pemerintah, organisasi swasta, organisasi
masyakat serta institusi pendidikan untuk saling membantu terhadap keberlangsungan program dan kegiatan di Yayasan Keluarga Anaklangit ini.
Adapun organisasi pemerintah yang turut bekerjasama seperti Kementrian Sosial RI, Pemerintah Provinsi Banten dan Pemerintah Kota Tangerang.
Kerjasama yang terjalin dengan organisasi pemerintahan ini adalah dalam hal
pendanaan bagi program pendidikan dan kesejahteraan anak. Kemudian organisasi swasta yang turut bekerjasama antara lain PT. Dynaplast, PT.
Angkasa Pura II, PT. Dipostar Finance, PT. Matahari Putra Prima, PT. Sarana Multi Infrastruktur, PT. Sinde Budi Sentosa, PT. Bank CIMB Niaga, PT.
Smartfren Tbk, Pacific Paint, dan Adidas Indonesia. Kerjasama dengan organisasi-organisasi swasta ini terjalin dalam bentuk dukungan melalui
berbagai bantuan salah satunya yaitu pemberian beasiswa bagi anak didik yang berprestasi melalui dana Corporate Social Responsibility CSR.
Selanjutnya organisasi masyarakat yang juga terlibat kerjasama dengan yayasan ini antara lain Perkemi Kota Tangerang, TAGANA Kota Tangerang
serta Dompet Dhuafa, sedangkan sekolahuniversitas yang menjalin kerjasama adalah Universitas Pelita Harapan, Universitas Multimedia Nusantara,
Universitas Indonesia, Bina Sarana Informatika, Universitas Budi Luhur, STISIP Yuppentek, Universitas Tarumanegara, Universitas Trisakti, Prasetya
Mulya Business School, Untirta, Institut Kesenian Jakarta, Sekolah Harapan Bangsa, Sekolah Surya Bangsa, dan Sekolah Insan Kamil. Ormas dan institusi
pendidikan ini bekerjasama membantu kelangsungan berjalannya program anak langit dengan menjadi relawan atau tenaga pengajar tetap di yayasan
keluarga anaklangit.
88
BAB IV HASIL EVALUASI
Sesuai dengan temuan yang didapatkan oleh peneliti di lapangan baik berupa wawancara, observasi dan studi kepustakaan, bahwa program pendidikan non formal
yang diselenggarakan melalui Rumah Belajar Yayasan Keluarga Anaklangit di Kota Tangerang merupakan sebuah wadah atau tempat bagi anak-anak jalanan untuk
menggali potensi dan mengasah kreativitasnya diberbagai bidang. Program ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap hak-hak anak khususnya anak jalanan
yang cenderung luput dari perhatian orangtua dan orang-orang terdekatnya sehingga mengharuskan mereka untuk bekerja di jalanan.
Metode analisis evaluasi program yang peneliti gunakan adalah model evaluasi CIPP dari Stufflebeam dkk, di dalam evaluasi ini terdapat empat unsur yang
akan dievaluasi yaitu evaluasi konteks context, evaluasi masukan input, evaluasi proses process dan evaluasi hasil product. Selain itu peneliti juga akan
menggunakan indikator dalam mengevaluasi program ini yaitu indikator ketersediaan, indikator relevansi, indikator keterjangkauan, indikator pemanfaatan, indikator
cakupan, indikator kualitas, indikator upaya, indikator efisiensi dan indikator dampak sebagai alat ukur untuk menilai unsur-unsur yang masuk dalam pelaksanaan program
tersebut. Evaluasi konteks program meliputi tujuan program serta relevansinya dengan
konteks program. Evaluasi konteks program juga mengidentifikasi kebutuhan-
kebutuhan yang belum terpenuhi dan peluang yang belum dimanfaatkan. Evaluasi input meliputi tiga variabel, pertama adalah variabel klien yang terdiri dari aspek
usia, wilayah tinggal, latar belakang dan sebagainya, kedua adalah variabel staff atau pengurus yang terdiri dari pendidikan dan pengalaman staff, ketiga adalah variabel
program yang terdiri dari layanan yang diberikan, mitra dan kerjasama, donatur, keterjangkauan lokasi, sarana dan fasilitas serta pendanaan. Evaluasi proses meliputi
kegiatan apa yang dilakukan, siapa yang bertanggungjawab pada program, serta kapan program akan selesai. Evaluasi hasil berkaitan dengan perubahan perilaku klien
atau peserta didik serta keberlanjutan program.
A. Evaluasi Konteks
Evaluasi konteks program menyajikan data tentang alasan-alasan untuk menetapkan tujuan-tujuan program serta prioritas tujuan. Evaluasi ini pun
menggambarkan hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan program seperti karakteristik dan perilaku peserta didik, keunggulan dan
kelemahan tenaga pelaksana, sarana, fasilitas dan sebagainya.
75
Indikator penilaian yang peneliti gunakan dalam evaluasi konteks adalah indikator
relevansi, dimana indikator ini menunjukkan seberapa relevan atau tepatnya suatu programlayanan yang ditawarkan.
76
Berikut ini merupakan penjelasan tentang unsur-unsur evaluasi konteks dengan menggunakan indikator relevansi.
75
Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, h.54.
76
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h.130-132.
a. Tujuan Program
Tujuan utama berdirinya Rumah Belajar Yayasan Keluarga Anaklangit ini adalah untuk menampung dan menjadikan anak jalanan dan anak-anak
yang berasal dari keluarga yang kurang mampu sebagai anak Indonesia yang cerdas, kreatif, mandiri, dan berbudi mulia. Mereka tidak hanya ditampung
tetapi juga diberikan pendidikan, keterampilan dan aktivitas rutin secara berkala. Di rumah belajar keluarga anaklangit, anak-anak yang ditampung
diajarkan berbagai macam ilmu seperti pelajaran yang dipelajari di sekolah. Mereka juga diberikan pendidikan yang sifatnya non formal seperti
menggambar, menyablon, daur ulang sampah, bermusik, teater, dan seni tari tradisional. Proses perekrutan anak didik ini dilakukan dengan penjangkauan
langsung, rujukan dari lembaga lain dan penerimaan langsung dari orangtua anak didik. Saat ini ada sekitar 66 anak yang aktif belajar di anaklangit,
dengan jumlah anak terbesar berasal dari Kecamatan Karawaci Ilir, Kota Tangerang. Tujuan diadakannya program pendidikan non formal tersebut
adalah untuk memberikan keterampilan dasar yang nantinya akan berguna bagi masa depan para peserta didik di Rumah Belajar Yayasan Keluarga
Anaklangit. Pernyataan tersebut disampaikan oleh ketua divisi Pendidikan Kesejahteraan Sosial Anak PKSA.
“Nah dari latar belakangnya mereka yang seperti itu, gimana caranya kita ngasih panduan atau basic life skill ke mereka, entah itu dari segi
pendidikan atau moral atau dari kesenian, biar mereka ada basic buat kedepannya.. nggak hanya satu kita kasih basic, misalnya kesenian tari,
olahraga futsal atau segala macem.. tapi nanti dia yang milih sendiri diantara basic-basic itu mana yang mereka suka dan mereka akan
tekunkan, jadi kita tidak memaksakan mereka harus kesini.. nggak kaya
gitu, kita aja dipaksa orang tua gak mau kan.. karena kan kita punya prinsip masing-masing, begitupun mereka, karena mereka juga kan lagi
fase remaja.. jadi rasa ingin taunya juga lebih besar gitu pada saat-saat sekarang seperti itu.”
77
Jika dinilai dari indikator relevansi yang sudah dijelaskan pada bab dua
halaman 34, tujuan program diatas sudah relevan dengan sasaran programnya, dimana layanan yang ditawarkan oleh Yayasan Keluarga Anaklangit sudah
tepat untuk kliennya yaitu anak-anak jalanan atau anak dari keluarga yang kurang mampu. Salah satu contohnya adalah seorang anak didik yang
bernama Ellisa Melinia. Elli sudah lama bergabung dengan anaklangit karena ayahnya tidak mampu menyekolahkannya ke jenjang yang lebih tinggi.
Ayahnya adalah seorang buruh, sedangkan ibunya sudah tiada. Saat ini Elli mendapatkan bantuan beasiswa dari anaklangit sehingga bisa bersekolah
hingga SMA. Dari hal tersebut, tujuan program pendidikan non formal ini telah memenuhi indikator relevansi.
b. Konteks Program
Pendidikan non formal yang diselenggarakan di Rumah Belajar Yayasan Keluarga Anaklangit memiliki beberapa program antara lain menggambar,
menyablon, daur ulang sampah, bermusik, teater, dan seni tari tradisional. Namun saat ini Yayasan lebih memfokuskan pada musik perkusi, seni tari
tradisional dan daur ulang sampah saja. Hal tersebut dikarenakan tenaga
77
Wawancara pribadi dengan Kak Iman, Ketua Divisi Pendidikan Kesejahteraan Sosial Anak, pada tanggal 24 Januari 2016, pada pukul 15.00 WIB.