Evaluasi Input HASIL EVALUASI

anak-anak tersebut berasal dari keluarga yang kurang mampu pra sejahtera, memiliki keinginan untuk mengikuti kegiatan di Anaklangit, dan memiliki semangat untuk menempuh pendidikan umum.

b. Variabel Staff

Para staff atau pengurus di Yayasan Keluarga Anaklangit memiliki latar belakang pendidikan yang bermacam-macam seperti sarjana strata satu ilmu sosial, ilmu agama, broadcasting, administrasi niaga, teknik perminyakan dsb. Para pendiri Yayasan Anaklangit yang saat ini menjadi dewan Pembina awalnya adalah sebuah komunitas yang tergabung dalam lembaga sosial yang menangani masalah bencana dan rescue, yaitu TAGANA Tanggap Siaga Bencana. Mereka sering terlibat dalam penyelamatan dan penyembuhan trauma trauma healing bagi para korban bencana alam. Sampai saat ini ada sekitar 10 orang pengurus yang masih aktif mendampingi anak-anak didik. Selebihnya adalah relawan dari berbagai universitas yang ikut menjadi tenaga pengajar di Yayasan Keluarga Anaklangit. Selain kompeten pada bidangnya masing-masing, para pengurus dan relawan yang terlibat dalam pelaksanaan program di Yayasan Keluarga Anaklangit haruslah aktif dalam berkontribusi serta sering bertukar pikiran selama proses pelaksanaan program. Para pengurus dan relawan juga telah mendapatkan pengembangan wahana belajar bersama dan sama-sama belajar untuk pembentukan relawan rumah belajar keluarga anaklangit yang mandiri, cerdas, kreatif dan berbudi mulia. Seperti yang diungkapkan oleh Kak Sulthan selaku Sekretaris Yayasan Keluarga Anaklangit berikut ini. “…kalau pengurus itu jumlahnya sekitar 15 orang, tapikan dari 15 itu kadang aktif, kadang jarang.. jadi ya 10 oranglah yang masih aktif, terus kalau untuk latar belakang pendidikan disini sih banyak pengurusnya tuh yg berpendidikan.. dari sarjana sampai yang lulus SMA.. yang penting telah lulus sekolah dan telah mampu mengajarkan andik-andik disini sih.. terus bisa kita jadikan pengurus yaitu ketika koordinasi atau kontribusinya terhadap anaklangit lumayan bisa dibilang aktif.. aktif hadirnya, aktif ikut kegiatan, aktif bertukar pikiran. Tapi dari situ juga gak bisa langsung ujuk-ujuk jadi pengurus.. banyak lagi lah pilihannya. Kalau kata saya sendiri sih di anaklangit seleksinya seleksi alam, jadi gak ada kaya di kantor-kantor psikotest gak ada, tes tulis atau wawancara gak ada, jadi di anaklangit itu seleksi alam aja.. ketika dia tidak mampu menyatu dengan alam ya mereka mental sendiri.. paling gitu sih yang bisa saya ceritakan tentang tenaga pengajar serta pengurus..” 83 Adapun pengalaman dari masing-masing pengurusfasilitator di rumah belajar Yayasan Keluarga anaklangit ini berbeda-beda sesuai dengan bidang yang ditekuninya masing-masing. Penanggungjawabkoordinator program juga dipilih berdasarkan latar belakang pengalaman yang dimiliki. Misalnya seperti koordinator program pendidikan nonformal khususnya pada bidang seni dijabat oleh Kak Rudy yang memang sudah lama berkecimpung di dunia seni dan berlatarbelakang sebagai pengurus sebuah organisasi seni yaitu DKT Dewan Kesenian Tangerang. Senada dengan yang diungkapkan oleh bendahara di Yayasan Keluarga anaklangit berikut ini. “jadi kalau untuk penanggungjawab suatu program itu dipilih dari latar belakang pendidikan atau pengalamannya Kak.. contohnya kayak kak 83 Wawancara pribadi dengan Kak Sulthan, Sekretaris Yayasan Keluarga Anaklangit, pada tanggal 18 Mei 2016, pada pukul 14.30 WIB. wulan yang megang kesehatan dia alumni akper, terus kalau untuk keterampilan dan seni itu Kak Rudy Kak Bewok karena dia memang orang seni gitu, dia ikut ngurus DKT Dewan Kesenian Tangerang itu kayak perkumpulan anak- anak seni gitu..” Dengan demikian apabila variabel staff ini dikaitkan dengan indikator relevansi, maka peneliti melihat bahwa pemilihan pengurus maupun penanggungjawab suatu program di Yayasan Keluarga anaklangit ini sudah sesuairelevan dengan kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki oleh orang tersebut, sehingga program bisa dikelola dan berkembang dengan baik. Namun apabila ditinjau dari segi kuantitas, pengurus dan pengajar tetap di Yayasan Keluarga Anaklangit masih kurang, sehingga terkadang menyebabkan satu pengurus harus menangani lebih dari satu tugas. Dan peneliti melihat bahwa Yayasan Keluarga Anaklangit belum memiliki pengurus atau pengajar yang berlatarbelakang sebagai pekerja sosial. Peran pekerja sosial ini cukup penting dalam hal pendampingan sosial terhadap anak jalanan. Anak jalanan seringkali merupakan kelompok yang tidak berdaya baik karena hambatan internal dari dalam dirinya maupun tekanan eksternal dari lingkungannya. Pendamping sosial berperan sebagai agen perubahan yang turut terlibat dalam membantu memecahkan persoalan yang dihadapi. Pendampingan sosial sangat menentukan keberhasilan program penanganan anak jalanan. Pekerja sosial sebagai pendamping biasanya mencakup tiga peran utama yaitu sebagai fasilitator, pendidik, dan perwakilan masyarakat. Fasilitator merupakan peran yang berkaitan dengan pemberian motivasi, kesempatan dan dukungan bagi anak jalanan tersebut. Beberapa tugas yang berkaitan dengan peran ini antara lain melakukan mediasi dan negosiasi, memberi dukungan, serta melakukan pengorganisasian dan pemanfaatan sumber. Pendidik educator berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya serta bertukar gagasan, pengetahuan dan pengalaman dengan anak jalanan yang didampinginya. Perwakilan masyarakat dilakukan dalam kaitannya dengan interaksi antara pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan klien dampingannya. Pekerja sosial dapat bertugas mencari sumber-sumber, melakukan pembelaan advokasi sosial, meningkatkan hubungan masyarakat dan membangun jaringan kerja.

c. Variabel Program

Pada variabel program, peneliti memfokuskan ke dalam aspek layanan program yang diberikan, donatur atau jaringan kemitraan, keterjangkauan lokasi belajar, dan sarana fasilitas yang tersedia. Pada aspek layanan dan tujuan program yang diberikan dalam hal ini peneliti akan fokus pada program pendidikan non formal yaitu seni tari tradisional dan seni musik perkusi yang ada di Yayasan Keluarga Anaklangit. Pada aspek donatur atau jaringan kemitraan, menjelaskan siapa saja yang terlibat dalam pembiayaan program tersebut. Pada aspek keterjangkauan lokasi belajar, menjelaskan apakah lokasi belajar mudah dijangkau oleh seluruh anak didik atau belum. Pada aspek sarana fasilitas, peneliti akan mengevaluasi sarana yang sudah tersedia atau yang belum tersedia di Yayasan Keluarga Anaklangit. Layanan yang diberikan Yayasan Keluarga Anaklangit dalam hal pendidikan non formal diantaranya adalah seni tari tradisional serta seni musik perkusi. Seni tari tradisional yang ada di Yayasan Keluarga Anaklangit ini telah berjalan selama tiga tahun sejak tahun 2013. Pada mulanya ada tenaga dua orang pengajar tetap yang berasal dari sanggar tari yang mengajarkan beberapa tarian tradisional seperti tari Lenggang Cisadane, tari Cublak-cublak Suweng dan tari Mbok Jamu. Namun saat ini kedua pengajar tersebut sudah tidak lagi dapat mengajarkan tari karena alasan tertentu. Akhirnya saat ini pengajar tari tradisional tersebut adalah Dita yang juga merupakan anak didik sekaligus anak yang mengikuti program seni tari tersebut. Dita dipilih untuk menggantikan pengajar sebelumnya dengan pertimbangan karena Dita adalah anak yang paling memahami seni tari dan lebih unggul dari teman-temannya yang lain. Saat ini ada sekitar delapan anak usia remaja dan delapan anak usia dini yang mengikuti program seni tari tradisional di Yayasan Keluarga Anaklangit. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan yang peneliti telaah dalam program seni tari tradisional ini. Kelebihannya adalah jika dinilai dari indikator dampak indicators of impact seni tari tradisional ini telah memberikan dampak positif bagi anak-anak lingkungan sekitar Rumah Belajar, anak-anak tersebut dapat menghabiskan waktunya dengan kegiatan yang lebih bermanfaat. Seperti yang dinyatakan oleh pengajar seni tari tradisional di Yayasan Keluarga Anaklangit berikut. “Hmm ada aja sih ya.. kayak misalkan kebanyakan kan nih anak-anak di sekitar lingkungan sini sering main-main yang gak jelas kan.. jadi tuh kita omongin ke mereka, ayolah kesini.. kita latihan nari sebentar aja.. kaya gitu sih daripada mereka ngabisin waktu main ps atau warnet, jadi kita ajak kesini latihan nari sebentar.. jadi orangtuanya juga tau dan jelas gitu anaknya lagi ngapain.. dan mereka juga kayak seneng.. oiyaya anak saya jadi lebih rajin, gak main terus kerjaannya.. paling kayak gitu sih” 84 Gambar 2 Latihan kegiatan Seni Tari Tradisional oleh anak Paud Cikal Klangit Selain itu peneliti juga melihat adanya relevansi antara program seni tari tradisional ini dengan sasaran program yaitu anak-anak didik yang berasal dari keluarga kurang mampu yang tidak memungkinkan untuk bisa mendapatkan keterampilan khusus seperti menari di lembaga-lembaga kursus pada umumnya. Dan apabila ditinjau dari indikator keterjangkauan indicators of accessibility, seni tari tradisional yang ada di Yayasan Keluarga Anaklangit ini masih dalam jangkauan pihak-pihak yang membutuhkan, dimana dalam hal ini yaitu masyarakat kurang mampu yang berada disekitar Yayasan. 84 Wawancara pribadi dengan Dita Agustina, Pengajar Seni Tari Tradisional, pada tanggal 25 Mei 2016, pada pukul 12.35 WIB. “Menurut Dita sih bener-bener dibutuhin sih ya.. karna anak-anak disekitaran sini kan asalnya dari anak kurang mampu, dan mereka butuh sesuatu hal atau kegiatan yang positif yang dikasih cuma-cuma gitu. Nah yaudah kita kasih keterampilan menari khususnya tari tradisional. Karna orang tuh kebanyakan pada kurang tau tentang seni tari tradisional.. karna sekarang kan kebanyakan tarian modern ya.. terus buat apa nih kita punya tarian tradisional kalo gak di jaga lama-lama bakalan ilang kan.. jadi seni tari disini emang dibutuhin karna buat melestarikan tari tradisional juga.” Disamping itu seni tari tradisional ini juga memberikan manfaat pada tiap-tiap individu yang mengikuti program tersebut. Dari sisi psikologis, menari dapat menghilangkan stress dan mengubah suasana hati menjadi lebih baik sehingga hal tersebut dapat memperpanjang usia. Selain itu, anak-anak tersebut dapat memiliki keterampilan menari yang dapat mereka gunakan dikemudian hari. Dengan kegiatan menari anak-anak diajarkan untuk memiliki keberanian dan kepercayaan diri untuk tampil di depan umum. “Kalau buat yang baru belajar nih ya.. gak usah jauh-jauh ke perform deh, dia bisa untuk belajar gimana sih cara maju kedepan.. terus gimana caranya berani tampil di depan orang.. percaya diri.. jadi tujuannya sih buat mengajarkan keterampilan, keberanian sama kepercayaan diri buat anak- anak disini aja gitu.” Sedangkan kebutuhan yang belum terpenuhi pada program seni tari tradisional ini adalah dari aspek tenaga pengajar serta sarana penunjang seperti kostum tari dan peralatan rias. Pada awalnya terdapat dua pengajar tari yang berasal dari sanggar untuk mengajarkan seni tari kepada anak-anak didik secara sukarela, namun karena adanya beberapa kendala akhirnya saat ini hanya ada seorang pengajar. Pengajar tersebut merupakan anak didik yang juga mengikuti program seni tari ini. Hal ini diungkapkan langsung oleh Dita, anak didik sekaligus pengajar seni tari tradisional Yayasan Keluarga Anaklangit. “Jadi Yang ngajarin pertama kali itu Kak Syifa dia ngajarinnya tari lenggang.. terus kalau cublak-cublak suweng itu ada bu Ulfa, kalau bu Ulfa ini sekarang juga udah gak ngajar disini tapi ngajar di sanggar lain.. Kak Syifa juga karna udah sibuk kuliah jadi jarang kesini lagi. Terus kalo untuk kebutuhan yang belum terpenuhi itu kostum sih.. kemaren kan kita udah sempet bikin kostum tapi ya masih kurang banyak gitu. Make up juga. Kalau kita tampil terus kita dapet uang ya kita sisihin buat beli apa yang kurang.. kalau dulu sebelum kita bikin kostum tuh kita cuma pakai kain dan kainnya sendiri kita suruh bawa dari rumah masing- masing..” “…sebenernya Dita sebagai pengajar juga masih kesusahan karna Dita handle semuanya kan sendiri ya skarang.. kadang ada aja kan nih gerakan yang susah banget.. gimana caranya Dita biar ngasih ke anak kecil itu tuh gak susah gitu loh.. padahal kan kalau ngeliat youtube kayaknya ribet banget.. tapi Dita rubah lagi jadi yang lebih mudah.. jadi biar anak-anak lebih ngerti gitu. Dan kalau untuk ngajarin anak kecil sih susah ya.. jadi Dita ngikutin maunya anak itu aja, kalo lagi pada mood nari ya ayo Dita langsung ajarin.. tapi kalo engga yaudah ikutin aja.” 85 Tidak jauh berbeda dengan seni tari tradisional, seni musik perkusi di Yayasan Keluarga Anaklangit pun memiliki kelebihan dan kekurangan. Perkusi yang sudah ada sejak lama di anaklangit ini diberi nama perkusi bangun pagi. Saat ini jumlah anak didik yang mengikuti kegiatan musik perkusi ini ada sekitar 13 orang, dan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah untuk remaja, dan kelompok kedua untuk anak-anak. Alat musik perkusi yang digunakan adalah barang-barang bekas yang bisa menghasilkan bunyi dan nada seperti botol, jerigen, drum, galon dsb. 85 Wawancara pribadi dengan Dita Agustina, Pengajar Seni Tari Tradisional, pada tanggal 25 Mei 2016, pada pukul 12.35 WIB. Gambar 3 Rangkaian barang bekas yang dijadikan alat musik Perkusi Gambar 4 Rangkaian Paralon, Drum, Panci dsb yang dijadikan alat musik perkusi Perkusi anaklangit pertama kali diajarkan oleh pengajar yang memiliki keahlian dibidang musik, kemudian keterampilan memainkan musik perkusi tersebut diajarkan pada andik dan terus dikembangkan hingga sekarang. Perkusi bangun pagi milik anaklangit ini sudah sering tampil di acara-acara pentas seni, perkusi ini juga pernah diundang untuk mengisi acara dibeberapa stasiun televisi swasta. Gambar 5 Perkusi “Bangun Pagi” saat tampil di acara Hari Bumi di salah satu Mall di Tangerang Namun dibalik prestasi yang sudah banyak dicapai oleh perkusi ini, masih ada kekurangan yang dimiliki dari segi tenaga pelatih serta fasilitasnya. Berdasarkan hasil observasi peneliti, belum ada ruangan khusus untuk latihan perkusi itu sendiri, padahal seharusnya untuk latihan musik baik itu perkusi atau bukan perkusi sebaiknya dilakukan di dalam ruangan indoor agar bunyi musik yang dihasilkan lebih terdengar jelas. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Elli, anak didik yang mengikuti seni musik perkusi di anaklangit. “…banyak sih ka.. jadi kita dibagi jadi dua ring gitu. Ring pertama itu buat yang gede-gedenya, kalau ring kedua buat yang kecil-kecilnya.. kalau gak salah yang udah gede tuh ada 6, dan yang kecil-kecilnya 7, kalau saya megang bass.. terus biasanya sih kita kalau mau tampil ya tergantung acara sih, kalau lagi acara 17an ya kita bawain lagu 17an.. kalau lagi acara yang muslim-muslim gitu kita bawain lagu religi, jadi kita menyesuaikan acaranya aja. Tapi kan sebelumnya kita latihan juga ya ka, makanya itu kalau ada event atau acara gitu dari jauh-jauh hari kita udah nyiapin dulu semuanya.. “….sebenarnya sih kalau dari programnya udah bagus.. cuma mungkin dari sarananya sih yang kurang.. kaya misalkan nih kaya tempat juga, kan kita latihan nih outdoor ya gak indoor.. jadinya kan kalau hujan juga kita jadi gak latihan, dulu sih sempet ada studio musik.. cuma kan sekarang dijadiin kantor sama tempat belajar paud” 86 Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dijelaskan di atas, 87 peneliti melihat pada program seni tari tradisional dan seni musik perkusi ini belum memenuhi indikator ketersediaan indicators of availability yaitu dari aspek tenaga pengajar, sarana serta fasilitas pendukung. Anak didik yang mengikuti program seni tari tradisional berjumlah 16 orang dimana delapan diantaranya adalah usia remaja dan delapan lainnya usia anak-anak, sedangkan pengajarnya berjumlah satu orang. Hal ini berpengaruh pada indikator kualitas indicators of quality layananprogram yang diberikan itu sendiri. Pengajar merasa kesulitan dan belum maksimal dalam mengajarkan tari khususnya untuk anak-anak usia dini, hal tersebut dikarenakan pengajar belum bisa menggunakan pendekatan khusus kepada anak-anak usia dini untuk menarik perhatian terutama pada saat menari. Sarana pendukung seperti kostum tari dan peralatan berhias juga belum ada dan masih diusahakan. Sedangkan kekurangan pada seni musik perkusi adalah dari segi fasilitas pendukung untuk 86 Wawancara pribadi dengan Ellisa Melinia, Anak Didik yang mengikuti kegiatan Perkusi, pada tanggal 25 Mei 2016, pada pukul 10.30 WIB. 87 Hasil Observasi Peneliti terhadap Pelaksanaan Program Pendidikan Non Formal yaitu Pelatihan Keterampilan Seni Tari dan Perkusi, pada tanggal 28 Mei 2016, pada pukul 12.00-15.00 WIB latihan yaitu ruang musik yang saat ini beralih fungsi menjadi kantor dan ruang belajar. Adapun dari aspek donatur dan jaringan kemitraan, Yayasan Keluarga anaklangit tidak memiliki donatur yang tetap, namun tiap tahunnya selalu ada donatur yang membantu pendanaan program baik itu dari perorangan maupun instansi. Untuk jaringan kemitraan seperti yang telah dijelaskan pada bab 3 halaman 82-83, anaklangit menjalin kerjasama dengan beberapa organisasi pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Kerjasama tersebut tidak hanya berupa bantuan dana atau logistik, tetapi juga dari segi tenaga pengajar atau relawan yang turut membantu proses belajar mengajar di anaklangit. Salah satu organisasi yang setiap tahunnya memberikan financial support pada anaklangit adalah PT. Dynaplast sebagai bagian dari tanggungjawab sosial perusahaannya CSR. Kontribusi yang dilakukan PT. Dynaplast dari awal berdirinya Yayasan Keluarga anaklangit adalah dengan memfasilitasi pembangunan saung-saung yang ada di anaklangit. Sampai saat ini PT. Dynaplast masih memberikan pendanaan pada program kesejahteraan sosial anak khususnya untuk beasiswa bagi anak didik yang ingin melanjutkan sekolah formal. Sesuai dengan penuturan sekretaris Yayasan Keluarga anaklangit berikut ini. “Kalau kemitraan ada di web kalau gak salah.. yang di laman kerabat kita gitu kalau gak salah, jadi ada beberapa perusahaan sama beberapa swasta. Awalnya csr pertama kita kalau gak salah pertama kalinya banget di sini tuh dari PT. Dynaplast dan sampai sekarang terjalin baik, tidak ada kekecewaan. Waktu itu bapaknya Dynaplastlah atau salah satu pendiri Dynaplast melihat kondisi anaklangit lagi sedang pembangunan, pembangunan saung di depan tuh yang tinggi.. ditanyalah lagi sedang apa.. turun langsung tuh turun langsung beliau.. ini lagi sedang pembangunan Pak.. nah Alhamdulillahnya langsung diturunkan dari pihak Dynaplast seseorang khusus untuk pembangunan tersebut.. udah tuh dari situ terjadilah pembangunan pertama dari PT. Dynaplast awalnya.. tapi kan semenjak kesini-sini kan ada juga dari beberapa csr- csr juga.. kaya Musholla dari Angkasa Pura II kerjasama gitu. Terus kalau ini menunjuk saung seni kerjasama dari salah satu Finance, sama sih mereka dateng kesini menanyakan pengennya apa, kalau perlu proposal kita bikin proposal dulu gitu. Jadi sama mereka menanyakan kebutuhan-kebutuhan disini dulu, karena kita pertama kali sebelum mengenal lebih jauh itu kita sebutnya LDR Lihat Dengar Rasakan.. ya ketika lihat kondisi seperti ini.. dengarnya seperti apa yang kita omongin gini gini gini.. terus rasakan, rasakan itu bisa kita simpulkan dari melihat dari mendengar, baru bisa terciptakan rasa itu, seperti itu sih paling cara tamu-tamu csr tuh sepe rti itu LDR.” Aspek selanjutnya adalah keterjangkauan lokasi belajar. Rumah Belajar Yayasan Keluarga Anaklangit terletak di daerah pinggiran sungai Cisadane yang berada di Jalan Akses Tanah Gocap, Karawaci Ilir, Kota Tangerang. Lokasinya berada di tengah-tengah wilayah Kota Tangerang sehingga cukup mudah dijangkau oleh anak-anak didik baik itu yang tinggal di sekitar lokasi belajar maupun yang tinggal cukup jauh. Karena berada di jalan utama dan bersebelahan dengan sungai cisadane, akses menuju lokasi ke anaklangit juga cukup mudah karena bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Dengan demikian peneliti menghubungkannya dengan indikator keterjangkauan indicators of accessibility yang sudah dijelaskan dalam bab dua halaman 35, lokasi rumah belajar sudah memenuhi indikator keterjangkauan yaitu berada ditengah-tengah wilayah dampingan. Namun kekurangan dari lokasi rumah belajar anaklangit ini adalah bangunannya yang didirikan di wilayah Garis Sepadan Sungai GSS sehingga lokasi tersebut merupakan hak mutlak milik Pemerintah Kota Tangerang. Pihak pengurus anaklangit tidak bisa memperluas daerahnya apabila sewaktu-waktu terjadi banjir. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Sekyan Anaklangit berikut ini. “Ya kalau hambatan sih ada.. kekurangan juga pasti ada gak mungkin lebih.. karena kita dekat sungai, hambatannya itu karena wilayah ini kan GSS Garis Sepadan Sungai 20 meter dari bibir sungai itu, hak mutlaknya pemerintah kota atau pemda jadi tidak boleh mendirikan bangunan permanen gitu ya.. pasti kan nanti kalau suatu saat banjir kena.. terus tanahnya gak bisa diperlebar lagi.. ya disitu sih paling kekurangannya, dan kita kan juga bisa suatu saat pindah jika diminta oleh pemkot atau pemda untuk pindah, tapi dengan cara diskusi lagi sih, musyawarah lagi gitu baru kita bisa pindah karna kita kan juga berkontribusi terhadap masalah sosial di kota Tangerang ini kan khususnya soal anak jalan yaa kita berharap pemkot juga tidak begitu saja meninggalkan kita, pemkot sebagai ibunya kita ya pemkot harus mendukung dan mensupport kita, seperti itu sih paling.” 88 Selain keterjangkauan lokasi, di dalam variabel program juga disebutkan sarana dan fasilitas pendukung. Telah disebutkan sebelumnya pada bab dua bahwa sarana dan fasilitas program harus sesuai dengan yang dibutuhkan. Sarana dan fasilitas program yang dibutuhkan tentunya harus sesuai dengan program pendidikan formal dan non formal yang diselenggarakan. Seperti yang telah dijelaskan pada bab tiga halaman 69, Rumah Belajar Yayasan Keluarga Anaklangit memiliki beberapa fasilitas pendukung diantaranya yaitu aula, galeri, workshop, ruang musik, ruang komputer, ruang kelas, perpustakaan, kantor, panggung apresiasi, saung-saung, musholla dan kamar mandi. Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, ada beberapa fasilitas yang saat ini sudah beralihfungsi ataupun sudah tidak mendukung untuk proses belajar. Fasilitas yang kini beralihfungsi adalah ruang musik yang saat ini dijadikan ruang kelas 88 Wawancara pribadi dengan Kak Sulthan, Sekretaris Yayasan Keluarga Anaklangit, pada tanggal 18 Mei 2016, pada pukul 14.30 WIB. belajar untuk anak usia dini. Sedangkan fasilitas yang sudah tidak mendukung yaitu saung-saung yang biasa dijadikan tempat belajar dan bermain. Kondisi saung-saung tersebut sudah tidak mendukung karena kayu dan bambu yang digunakan sudah usang dan tidak lagi kokoh, bahkan ada beberapa saung yang saat ini sudah roboh karena terkena hujan dan angin kencang. Sedangkan untuk sarana penunjang pendidikan nonformal khususnya seni tari tradisional, peneliti melihat masih ada sarana yang belum terpenuhi seperti perlengkapan tari, kostum, alat berhias, serta ruang khusus untuk berlatih menari. Sama halnya dengan seni musik perkusi, ruang musik yang beralihfungsi menjadi kelas paud menyebabkan anak-anak untuk berlatih perkusi di luar ruangan. Dari hasil pengamatan peneliti mengenai aspek sarana dan fasilitas pendukung di Yayasan Keluarga Anaklangit, pengurus harus lebih meningkatkan dan memperbaiki sarana dan fasilitas yang sudah ada, serta menambah lagi sarana dan fasilitas yang belum ada dan tentunya dibutuhkan untuk keberlangsungan program. Jika dikaitkan dengan Indikator Ketersediaan, Yayasan Keluarga Anaklangit sudah cukup memiliki sarana dan fasilitas pendukung, namun perlu adanya peningkatan dan perbaikan terhadap sarana dan fasilitas pendukung tersebut. Aspek terakhir yang ada pada variabel program adalah pendanaan. Dalam setiap program, tentunya ada biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan program tersebut. Begitu pula dengan program pendidikan nonformal di Yayasan keluarga anaklangit yang mendapat pendanaan dari donatur dan CSR perusahaan-perusahaaan swasta. Dana yang didapat dikelola secara efisien oleh bendahara, kemudian digunakan untuk kebutuhan program pendidikan nonformal dalam hal ini seni tari tradisional dan perkusi. Jadi tidak ada pengeluaran tetap tiap bulannya, melainkan dana akan dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan yang sedang dibutuhkan pada suatu waktu. Jika dikaitkan dengan indikator efisiensi indicators of efficiency, pengelolaan keuangan di anaklangit sudah dimanfaatkan secara tepat guna efisien dan tidak memboroskan biaya yang ada. Tabel 8 Hasil temuan dan Analisis Evaluasi Input Evaluasi Input 1. a. Aspek Usia Usia anak didik yang mengikuti program pendidikan non formal di Yayasan Keluarga anaklagit adalah dari 4 tahun sd 16 tahun. b. Analisis Aspek Usia Berdasarkan hasil penelitian lapangan, usia anak didik yang mengikuti program seni tari dan musik perkusi adalah 4 tahun sd 16 tahun sesuai dengan sumber tertulis yang di dapat oleh peneliti. 2. a. Latar Belakang Anak didik berasal dari keluarga yang kurang mampu pra sejahtera, dimana indikatornya diukur berdasarkan tahapan keluarga sejahtera menurut BKKBN. Keluarga tersebut tidak memenuhi satu dari enam aspek Keluarga Sejahtera I. b. Analisis Latar Belakang Latar belakang anak-anak yang menjadi sasaran program di Yayasan Keluarga Anaklangit sudah memenuhi kriteria dimana anak-anak tersebut berasal dari keluarga yang kurang mampu, memiliki keinginan untuk mengikuti kegiatan di Anaklangit, dan memiliki semangat untuk menempuh pendidikan umum, sudah sesuai dengan visi dan misi yayasan. 3. a. Wilayah Tinggal Anak didik yang mengikuti program pendidikan nonformal ini tinggal di wilayah Karawaci Ilir, Pasar Lama, Cipondoh, dan Sitanala. b. Analisis Wilayah Tinggal Wilayah tinggal anak didik Yayasan Keluarga anaklangit sudah menjangkau daerah sekitar Kota Tangerang. 4. a. Kategori Anak Jalanan Children on the street b. Analisis Kategori Anak Jalanan Anak didik yang menjadi informan adalah anak yang dulunya sering berpartisipasi di jalan namun masih memiliki hubungan yang kuat dengan orangtua, sehingga sesuai sasaran program pendidikan non formal di Yayasan Keluarga Anaklangit. 5. a. Demografi Keluarga Klien Anak didik berasal dari keluarga yang kurang mampu, orangtua berpenghasilan kurang dari Rp. 1.000.000bulan, jumlah tanggungan minimal 5 orangkeluarga. b. Analisis Demografi Keluarga Klien Demografi keluarga klien sudah memenuhi kriteria penerima program pendidikan non formal di Yayasan Keluarga Anaklangit. 6. a. Pendidikan Staff Latar belakang pendidikan pengurus dan pengajar program pendidikan nonformal di Yayasan Keluarga Anaklangit berbeda-beda dari lulusan Sarjana Ilmu Sosial, Ilmu Agama, Broadcasting, seni rupa sampai dengan tamatan SMA. b. Analisis Pendidikan Staff Tidak ada kriteria pendidikan tertentu untuk menjadi pengurus Yayasan Keluarga Anaklangit, namun terdapat penilaian lain seperti misalnya dari keikutsertaan dan keaktifan di lembaga dll 7. a. Pengalaman staff Mayoritas pengurus atau pengajar di Yayasan Keluarga anaklangit ini memiliki pengalaman berorganisasi di bidangnya masing-masing. b. Analisis Pengalaman Staff Untuk program pendidikan nonformal khususnya keterampilan seni tari, penanggung jawabnya sudah memiliki pengalaman sebagai pengurus di DKT Dewan Kesenian Kota Tangerang sehingga sesuai dengan bidang yang ditanganinya. 8. a. Layanan yang diberikan Untuk pendidikan nonformal, anaklangit memberikan berbagai macam keterampilan dasar seperti seni tari dan perkusi. b. Analisis Layanan yang diberikan Pada program seni tari dan perkusi, layanan yang diberikan sudah dilaksanakan dengan baik namun masih perlu ditingkatkan dalam hal tenaga pengajar serta peralatan pendukung program. 9. a. Donatur dan Kemitraan Yayasan Keluarga anaklangit tidak memiliki donatur tetap, sedangkan untuk kemitraan anaklangit menjalin kerjasama dengan organisasi pemerintah, swasta maupun masyarakat. Salah satunya adalah PT. Dynaplast. b. Analisis donatur dan kemitraan Anaklangit belum bisa memenuhi pendanaan secara maksimal karena belum memiliki donatur tetap. Anaklangit hanya menunggu bantuan dari pihak- pihak yang secara sukarela ingin membantu, namun mereka telah menjalin banyak kerjasama dengan berbagai organisasi untuk menunjang pelaksanaan kegiatan. 10. a. Lokasi Belajar Lokasi rumah belajar Yayasan Keluarga anaklangit berada di wilayah Kota Tangerang, tepatnya di Jl. Akses Karawaci Ilir, Tanah Gocap. b. Analisis Keterjangkauan Lokasi Belajar Lokasi belajar sudah strategis karena berada di tengah-tengah Kota Tangerang sehingga dapat dijangkau dengan mudah. 11. a. Sarana dan Fasilitas Pendukung Sarana pendukung yang sudah ada pada program seni tari adalah tape, speaker, dan selendang tari. Sedangkan pada program musik perkusi adalah alat- alat musik daur ulang seperti plat, panci bekas, botol bekas dan sebagainya yang dikombinasikan dengan alat musik modern seperti gitar, bass dan piano. b. Analisis sarana dan Fasilitas Pendukung Sarana pendukung untuk seni tari masih harus ditambah seperti kostum dan alat rias, sedangkan fasilitas yang belum ada adalah ruang tari. Pada musik perkusi alat-alat pendukung sudah cukup terpenuhi namun untuk fasilitas belum ada ruang khusus latihan musik. 12. a. Pendanaan Pendanaan untuk program pendidikan nonformal khususnya seni tari dan perkusi dikeluarkan hanya per kebutuhan, jadi tidak ada jumlah pengeluaran tetap. Namun semua pengeluaran biasanya kurang dari Rp. 500.000,- b. Analisis Pendanaan Yayasan keluarga anaklangit sudah mengelola pendanaan yang didapat secara efisien karena dana yang dikeluarkan untuk pengeluaran disesuaikan dengan kebutuhan.

C. Evaluasi Proses

Merujuk pada pemahaman tentang evaluasi proses dalam model evaluasi CIPP seperti yang telah dijelaskan dalam bab dua halaman 31-32, peneliti akan memfokuskan pada kegiatan apa yang dilakukan dalam program, siapa yang bertanggungjawab atas program, dan kapan kegiatan akan selesai. Program pemberdayaan anak jalanan yang dilakukan di Rumah Belajar Yayasan Keluarga Anaklangit menfokuskan pada kemampuan individu, khususnya anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu yang rentan turun ke jalan, maupun yang sudah berada di jalanan, sehingga mereka tidak turun kembali ke jalanan. Yayasan Keluarga Anaklangit secara langsung memberikan fasilitas bagi anakjalanan baik berupa fasilitas fisik maupun mental. Secara fisik, anak jalanan mendapatkan sandang, pangan dan papan yang sudah disediakan di anaklangit. Secara mental, pengurusfasilitator yang juga merangkap sebagai guru bertugas membimbing anak jalanan untuk meningkatkan kualitas hidupnya dengan cara memberikan pendidikan formal, pendidikan agama serta memberikan program- program pelatihan keterampilan yang bersifat nonformal. Pendidikan formal yang diberikan Yayasan Keluarga Anaklangit adalah dengan mengusahakan beasiswa bagi anak-anak jalanan yang ingin belajar di sekolah umum, namun di samping itu anaklangit juga mengajarkan ilmu dasar seperti membaca, menulis dan berhitung yang biasa dilakukan setelah anak-anak pulang sekolah. Kemudian anaklangit juga mengajarkan pendidikan agama kepada anak-anak didiknya, contohnya setiap hari selepas sholat maghrib anak-anak diajarkan mengaji dengan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pria dan wanita, selanjutnya anak-anak dipanggil satu per satu untuk mengaji, bagi yang bacaannya sudah baik bisa lanjut ke tingkat selanjutnya. Sedangkan untuk pendidikan nonformal, anaklangit juga mengajarkan keterampilan-keterampilan yang nantinya akan mendukung bagi masa depan anak-anak didiknya. Sampai saat ini keterampilan yang masih berjalan adalah seni tari tradisional, seni musik perkusi dan daur ulang sampah recycle. Dalam hal proses perekrutan anak jalanan di Yayasan Keluarga Anaklangit, dilakukan melalui beberapa cara seperti perekrutan langsung di jalanan, rekomendasi dari lembaga lain, serta menerima langsung dari orangtua anak yang menitipkan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, terdapat beberapa orang anak yang didapat dari rekomendasi lembaga lain, yaitu dari rumah singgah Darul Aitam. Rekomendasinya adalah karena rumah singgah tersebut hanya bersifat sementara atau hanya sebagai tempat singgah anak-anak jalanan untuk beristirahat pada saat sebelum dan sesudah mereka mencari uang di jalan. Hal lainnya adalah karena di rumah singgah tersebut tidak memiliki program-program dan pelatihan yang lengkap seperti di rumah belajar Yayasan Keluarga Anaklangit. Adapun untuk proses perekrutan langsung dari jalanan dilakukan oleh pengurus dengan cara turun langsung ke jalan untuk melakukan pendekatan kepada anak-anak yang hidup di jalanan. Agar lebih mudah dalam mengenali dan melakukan pendekatan terhadap anak-anak yang direkrut langsung di jalanan, pengurus anaklangit juga melakukan penggalian informasi tentang latar belakang keluarga anak tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Kak Iman berikut ini. “…kita ambil contoh satu anak namanya Iwan. Iwan Saputra ini kita temukan di Jembatan Robinson, orangnya dari kecil susah ngomong pun tidak, dia kalo gak perlu-perlu amat gak bakal ngomong.. sampe sekarang udah SMP. Misalnya ada mahasiswa yang psikolog ya dateng kesini nyoba ngobrol, susah juga sama. Nah kita cari tau kenapa sebabnya nih si anak begini, caranya dengan kita cari tau dulu asal usul keluarganya. Ternyata setelah kita gali informasi dan akhirnya kita tau bahwa Iwan ini memang berasal dari keluarga yang bermasalah.. tapi dibalik sikapnya itu Iwan ini sebenarnya punya potensi yang baik di bidang IT” 89 Selain itu ada juga anak didik yang diantar langsung oleh orangtuanya untuk belajar di anaklangit. Pada dasarnya setiap orangtua pasti menginginkan anaknya agar bisa sekolah, namun karena masalah ekonomi mereka tidak bisa menyekolahkan anaknya. Kemudian mereka mengetahui adanya rumah belajar Yayasan Keluarga Anaklangit yang memberikan bantuan pendidikan baik formal maupun nonformal secara gratis, oleh karena itu mereka mengantarkan anaknya untuk bergabung di anaklangit dengan harapan agar anaknya dapat merasakan 89 Wawancara pribadi dengan Kak Iman, Ketua Divisi PKSA, pada tanggal 15 Mei 2016, pada pukul 15.00 WIB. pendidikan formal maupun nonformal dan tidak lagi melakukan aktivitas di jalanan. Sebelum anak-anak tersebut menjadi bagian dari keluarga anaklangit, mereka terlebih dulu harus mengikuti psikohealing. Dalam kegiatan ini, anak-anak jalanan bisa berbagi cerita sharing dengan relawan yang berprofesi sebagai psikolog, agar dapat diketahui sampai digrade mana mereka ini berada. Bila masing-masing sudah diketahui tingkatannya, maka pola pengasuhan akan lebih mudah. Pada proses pengelolaan program, Yayasan Keluarga Anaklangit ini memberikan program pendidikan baik formal maupun nonformal. Program pendidikan yang diberikan langsung di anaklangit adalah pelajaran dasar seperti membaca, menulis dan berhitung. Pelajaran yang diajarkan juga seperti sekolah pada umumnya yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, Agama, Bahasa Inggris dll. Namun bedanya dengan sekolah formal, proses belajar mengajar di anaklangit dilakukan dengan santai di area terbuka. Anak-anak dibiarkan menyatu dengan alam, belajar di outdoor dengan rileks tetapi tetap serius. Sejalan dengan hasil observasi peneliti yang menyaksikan langsung proses belajar mengajar yang dilakukan di saung secara lesehan. Anak-anak bisa mengikuti pelajaran dengan cara duduk santai, tiduran, tertawa tetapi tetap serius dalam menyimak apa yang dijelaskan selama proses belajar oleh kakak pengajar. Dalam membina anak didik di anaklangit, pengurusfasilitator tidak selalu berpegang pada teori, yang mengharuskan anak untuk menjadi orang lain. Anak- anak hanya harus menjadi anak-anak. Ketika mereka tumbuh dengan sewajarnya dan menghabiskan masa anak-anaknya dengan utuh, maka mereka juga akan tumbuh menjadi dewasa dengan matang. Jadi, tidak ada istilah masa anak-anak yang kurang, atau masa kecil kurang bahagia. Adapun kegiatan pendidikan formal yang ada di Yayasan Keluarga Anaklangit dilakukan dengan cara memberikan beasiswa untuk menempuh pendidikan di sekolah formal kepada anak didik. Tidak ada seleksi khusus untuk anak didik yang ingin menempuh pendidikan di sekolah formal, beasiswa pendidikan ini diberikan kepada anak didik yang merasa memiliki rumah belajar Yayasan Keluarga Anaklangit sebagai identitasnya, kemudian dilihat dari kemampuan anak itu sendiri, dan yang terpenting mereka harus memiliki niat dan semangat belajar yang tinggi untuk mengembangkan pengetahuannya. Sedangkan untuk pendidikan nonformal dilakukan dengan memberikan beragam kegiatan pelatihan berupa pengembangan keterampilan kepada anak didik. Kegiatan ini berfokus pada keterampilan untuk mengembangkan kemandirian anak didik, di samping pendidikan yang mereka dapatkan di sekolah formal. Dengan demikian, anak didik dapat menerapkannya secara nyata dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kegiatan pengembangan keterampilan yang ada di anaklangit hingga sekarang ini adalah seni tari tradisional, seni musik perkusi dan daur ulang sampah recycle. Pelaksanaan kegiatan seni tari tradisional dilakukan setiap hari sabtu siang hingga sore. Hari sabtu dipilih sebagai hari latihan karena pada hari ini anak-anak didik hanya sekolah setengah hari, sehingga kegiatan pelatihan seni tari tradisional ini tidak mengganggu aktivitas sekolah anak didik. Pelatihan dilakukan dua kali pada siang hari sehabis shalat dzuhur dan sore hari sehabis shalat ashar. Waktu siang hari adalah untuk latihan anak-anak usia dini yang berjumlah 8 orang. Mereka diajarkan tari cublak-cublak suweng, dengan menggunakan selendang yang diikatkan di pinggang. Berdasarkan pengamatan peneliti, gerakan tari yang diajarkan kepada anak-anak usia dini ini tidak cukup sulit dan bisa dibilang sederhana sehingga anak-anak tidak merasa kesulitan dalam mengikuti gerakannya. Namun karena usianya yang masih kecil dan masih sulit diatur, peneliti melihat pelatih cukup kesusahan dalam mengatur anak-anak untuk tetap fokus hingga musiknya selesai. Seperti penuturan pengajar Tari Tradisional di Yayasan Keluarga Anaklangit berikut ini. “Emang sih agak susah ngatur yang anak-anak paud karna mereka kan masih kecil juga maklum jadi Dita fleksibel aja sih.. jadi Dita yang ngikutin maunya anak itu. Kalau mereka minta nari Dita langsung ngajarin, tapi kalau mereka minta istirahat dulu nih misal mau beli es yaudah Dita istirahatin dulu.. jadi ya gitusih caranya Dita supaya si anak seneng Dita gak paksain latih an terus..” 90 Pada sore harinya, giliran latihan menari untuk anak-anak usia remaja yang juga berjumlah 8 orang. Tari yang diajarkan adalah tari lenggang cisadane, sipatokaan dan suwe ora jamu. Tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, mereka menggunakan selendang dan kain untuk latihan. Biasanya latihan ini dilakukan selama satu jam dengan beberapa kali istirahat. Peneliti melihat bahwa anak-anak didik disini cukup antusias dalam mengikuti latihan menari ini. Hal ini dibuktikan 90 Wawancara pribadi dengan Dita Agustina, Pengajar Tari Tradisional Yayasan Keluarga Anaklangit, pada tanggal 25 Mei 2016, pada pukul 12.35 WIB.