krisis ekonomi global dalam kaitannya dengan anak jalanan adalah sebagai berikut.
65
1 Orang tua mendorong anak untuk bekerja membantu ekonomi keluarga.
2 Kasus kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak oleh orang tua
semakin meningkat sehingga anak turun ke jalan. 3
Anak terancam putus sekolah karena orang tua tidak mampu membayar uang sekolah.
4 Makin banyak anak yang hidup di jalanan karena biaya kontrakan
rumahkamar meningkat. Selain faktor yang diungkapkan oleh Soetarso, secara umum terdapat
tiga faktor utama yang dikemukakan oleh Kalida Muhsin, yang menyebabkan anak turun ke jalanan.
66
1 Tingkat Mikro, yaitu faktor yang berhubungan dengan keluarga. Pada
tingkat ini, diidentifikasikan anak lari dari keluarga, kekurangan kasih sayang orang tua broken home, dipaksa bekerja baik yang masih
sekolah ataupun sudah putus sekolah, dieksploitasi, dan sebagainya. 2
Tingkat Messo, yaitu faktor lingkungan masyarakat setempat. Sebab yang diidentifikasi adalah masyarakat miskin, sehingga orangtua mengajarkan
anak-anaknya untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga. 3
Tingkat Makro, yaitu berhubungan dengan faktor informal misalnya ekonomi. Sektor ini menjadi pertimbangan mereka yang tidak terlalu
65
Soetarso, Praktik Pekerjaan Sosial Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, 1996. h.19.
66
Kalida Muhsin, Sahabatku Anak Jalanan Yogyakarta: Aliefpress, 2005, h.20
membutuhkan modal atau keterampilan yang besar. Mereka mempunyai latar belakang yang berbeda sebelum terjun dan bekerja di jalanan,
sehingga sering mendapat julukan anak seribu masalah.
4. Model Penanganan Anak Jalanan
Untuk menangani permasalahan anak jalanan harus diakui bukalah hal yang mudah. Selama ini, berbagai upaya sebenarnya telah dilakukan, baik
oleh LSM, pemerintah, organisasi profesi dan sosial maupun orang per orang untuk membantu anak jalanan keluar atau paling tidak sedikit mengurangi
penderitaan mereka. Namun, karena semuanya dilakukan secara temporer, segmenter dan terpisah maka hasilnya pun menjadi kurang maksimal.
Selama ini, upaya yang telah dilakukan untuk menangani anak-anak jalanan biasanya adalah dengan berusaha mengeluarkan mereka dari jalanan,
memasukannya ke berbagai “Rumah Singgah”, tempat-tempat pelatihan, atau dengan cara menangkap mereka, memasukkan ke tempat anak-anak nakal,
atau tindak kekerasan lain. Namun, banyak bukti menunjukkan, model penanganan yang bersifat karitatif dan punitif seperti itu tidak mampu
menyelesaikan permasalahan anak jalanan secara tuntas. Untuk menangani permasalahan anak jalanan hingga ke akar-akarnya,
yang dibutuhkan bukanlah program bantuan yang sifatnya karitatif atau paket- paket program yang didropping begitu saja dari pusat. Sikap karitatif dengan
cara memperlakukan anak-anak jalanan sebagai objek amal, memberikan santunan dan bantuan yang sifatnya temporer niscaya hanya akan melahirkan
ketergantungan dari anak jalanan terhadap belas kasihan para penderma, dan bahkan tidak mustahil hanya akan meniadakan keberdayaan dan tekad self
help anak-anak jalanan itu sendiri.
67
Berdasarkan pada prinsip-prinsip profesi kesejahteraan sosial, maka kebijakan dan program perlindungan sosial mencakup bantuan sosial, asuransi
kesejahteraan sosial, rehabilitasi sosial dan pemberdayaan sosial yang dikembangkan berdasarkan right based initiatives, memperhatikan sungguh-
sungguh hak-hak dasar anak sesuai dengan aspirasi terbaik mereka the best interest of children. Strategi intervensi pekerjaan sosial tidak bersifat parsial,
melainkan holistic dan berkelanjutan. Secara garis besar, alternatif model penanganan anak jalanan mengarah pada 4 jenis model yaitu.
68
1 Street centered intervention yaitu penanganan anak jalanan yang
dipusatkan di „jalan‟ dimana anak-anak jalanan biasa beroperasi. Tujuannya agar dapat menjangkau dan melayani anak di lingkungan
terdekatnya yaitu di jalan. 2
Family centered intervention yaitu penanganan anak jalanan yang difokuskan pada pemberian bantuan sosial atau pemberdayaan keluarga
sehingga dapat mencegah anak-anak agar tidak menjadi anak jalanan atau menarik anak jalanan kembali ke keluarganya.
67
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak Edisi Revisi Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, h.214.
68
Edi Suharto, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik Bandung: Alfabeta, 2011, h.233- 235.